34. 'Dia' Siapa?

840 84 2
                                    

Ela berjalan menuruni tangga dengan stelan pakaian santainya. Ia memasukkan handphonenya kedalam saku celananya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya menuju garasi.

Ia membuka pintu garasi, ia berjalan melewati beberapa koleksi motor dan mobilnya yang berjejer rapi disana.

Langkahnya terhenti, ia menatap kearah sebuah kain putih yang menutupi salah satu kendaraan koleksinya.

Ia mengulurkan tangannya, lalu membuka kain itu menampakkan sebuah Sepeda Gunung Polygon MTB Xtrada 7 berwarna hitam. Ia menelisik sepeda itu. Lantas ia mengangguk kemudian mendorongnya keluar dari garasi.

Ia meletakkan sepeda itu di halaman rumahnya, lalu ia melangkahkan kakinya menuju teras rumahnya kemudian mengambil sebuah kain bekas. Ia lalu kembali menghampiri sepedanya dan mengelap sepedanya itu yang sedikit kotor.

Setelah selesai ia langsung menaiki sepedanya kemudian mengayuh nya dengan pelan.

Dua orang pria berbadan kekar yang berjaga tepat di gerbang melihat kedatangan sang nona pun langsung membuka gerbangnya. Mereka menunduk hormat kala nona mereka melewati mereka dengan sepeda yang ditumpanginya.

Ela mengayuh sepedanya mengelilingi sekitar komplek perumahan nya. Ia menatap jalanan yang lumayan sepi. Hanya terdapat beberapa anak kecil yang tengah bermain.

Lalu atensinya tiba-tiba saja teralih. Ia memicingkan kedua matanya, memperjelas apa yang ia lihat. Ia mengerem sepedanya. Lantas ia turun dari sepedanya itu.

"Dokter Rian?" Gumamnya dengan pelan. Ia melangkahkan kakinya dengan pelan menuju sebuah taman yang sepi ini.

Ia bersembunyi dibalik sebuah pohon yang lumayan besar. Ia menatap kearah dua orang pria yang tengah bercakap, salah satu pria itu membelakanginya sehingga ia tidak dapat melihat wajah pria itu dan salah satunya lagi adalah seorang pria yang mengusik hidupnya.

Ela menajamkan telinganya. Berusaha mendengar percakapan kedua pria itu.

"Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya padanya?! Uh, aku sungguh sudah tidak tahan lagi menyembunyikan kebenaran ini?!" Ujar dokter Rian yang terlihat kesal dengan seorang pria yang ada dihadapannya. Ela kembali menajamkan telinganya.

"Jangan sekarang. Tunggu sampai masalah dia benar-benar sudah selesai" Sahut pria di hadapan dokter Rian membuat Ela mengernyit.

Dia kek nggak asing. Batin Ela

"Masalah apa yang kau maksud astaga?!! Dia sekarang tidak mendapat masalah apapun! Kau bagaimana! Bukankah kau mengetahui semuanya?!" Balas dokter Rian dengan frustasi. Ia mengacak rambutnya untuk mengurangi emosinya yang meluap-luap

"Cepat atau lambat dia akan mengalami masalah. Dan solusi masalah itu hanya ada di dirimu, Rian" Kata pria dihadapan dokter Rian membuat Ela seketika mengernyit

Dia yang mereka maksud siapa?

"Sungguh?! Kau yakin dia akan mendapat masalah?! Kalau memang benar masalah apa yang akan dia hadapi?"

"Akan ada hubungannya dengan Nathan."

Deg

*****

Nathan menggulingkan tubuhnya dengan asal. Ia memeluk gulingnya masih dengan memejamkan matanya. Sinar sang surya yang memancar dari jendelanya seolah tak ia rasakan. Ia masih bergelung dibalik selimut tebalnya.

Brak

"ASTAGA NATHAN! UDAH JAM BERAPA INI?! DAN KAMU MASIH TIDUR?! SEKARANG KAMU BANGUN!!!" Teriak Bunga menggelegar. Ia berjalan kearah Nathan dan menarik selimut yang membungkus tubuh putranya itu.

[2]  NEW LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang