50. Koma?

501 56 22
                                    

"SIALAN LO VARO! LO NGANGGEP GUE LEMAH ANJING! BERANI-BERANINYA LO CULIK CEWEK GUE! MAU MATI DITANGAN GUE LO HA----HAH?!! APA INI?!!" Teriak Nathan lantang, ia membolakan kedua matanya menatap tiga orang yang tengah terkapar tak berdaya serta seseorang yang memegangi perutnya berjalan dengan tertatih menghampiri Varo.

"Lo nggak papa kan El?" Tanya Nathan khawatir. Ia menatap Ela yang terlihat marah dengan cemas.

Ela menghela napasnya, ia memejamkan matanya. Lantas membukanya, ia menatap Nathan, kemudian tatapannya teralih pada beberapa cowok dibelakang Nathan yang tengah terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka.

"Gue nggak papa" Jawab Ela kemudian, Nathan menghela napasnya lega, ia mengusap surai Ela dengan lembut sambil tersenyum.

Cairan kental dirasakan Nathan, ia melunturkan senyumannya lantas menatap tangannya, darah segar menempel di tangannya membuatnya seketika menatap Ela khawatir.

"E-el? l-lo? da-darah?" Ucap Nathan terbata-bata, Ela menyentuh kepalanya, lantas menatap jarinya, rupanya darah kembali mengalir dari lukanya. Ia menghela napasnya pelan.

"Anterin gue ke rumah sakit" Pinta Ela yang langsung diangguki Nathan, ia menggenggam tangan Ela dan membawanya keluar dari ruangan ini.

"Kenapa El? Mau gue gendong?" Tanya Nathan yang melihat Ela tiba-tiba saja menghentikan jalannya, ia menatap wajah datar Ela yang kini berbalik, menatap Varo dan cowok tadi.

"Peringatan tadi bukan bercandaan. Sekali lagi lo masuk ke hidup gue, lo nggak bakal bisa keluar. Camkan itu, Varo" Ucap Ela penuh penekanan. Lantas ia kembali berjalan sambil memegangi kepalanya kala nyeri langsung menghantam nya.

⚔️⚔️⚔️⚔️

"Sekarang apalagi?" Tanya dokter Rian tanpa mengalihkan atensinya dari dokumen yang tengah ia baca. Ia lalu menutup dokumen itu dan menatap jengah pada Ela dan Nathan yang berdiri di ambang pintu ruangannya.

"Aku pikir kau ke ruangan ku karena bermaksud menerima tawaran ku, ternyata kau terluka" Ucap dokter Rian ia mendesah kecewa menatap Ela yang menatapnya datar, lantas ia berdiri dari duduknya dan membuka jas yang ia pakai llu meletakkannya di kursi kebanggaannya. Ia berjalan menghampiri Ela.

"Dimana?" Tanya dokter Rian to the point

"Di kepala dok" Jawab Nathan sambil menunjuk kepala bagian belakang Ela. Dokter Rian menyingkirkan rambut yang menutupi luka Ela.

"Berbaringlah" perintah dokter Rian. Tanpa menolak, Ela berjalan menuju sebuah brankar khusus yang ada di ruangan dokter Rian. Ia berbaring di brankar itu dan menatap dokter Rian yang tengah mempersiapkan jarum? Ah, mungkin lukanya memerlukan jahitan.

Dokter Rian kembali berjalan kearah Ela, ia meletakkan peralatannya kemudian mencukur sedikit rambut Ela yang menutupi lukanya, ia memberikan alkohol di lukanya, kemudian dengan perlahan ia mulai menjahit nya.

"Dengan siapa kali ini?" Tanya dokter Rian setengah berbisik, ia kembali menempelkan kapas yang sudah ditetesi alkohol ke luka yang tengah ia obati.

"Tikus" Jawab Ela sekenanya, dokter Rian menekan kapas itu membuat Ela terjengkit kaget.

"Ck" Decak Ela kesal. Dokter Rian tersenyum simpul.

"Selesai" Ucap dokter Rian. Ia membawa peralatan tadi dan meletakkannya di meja.

"Darahmu itu cukup langka Ela, pihak bank darah memiliki sedikit stok darah yang sama denganmu. Sedangkan dirumah sakit, stok darah yang sama denganmu itu tidak menentu. Jadi jangan sampai kau terluka lagi, jangan sampai kau kehilangan banyak darah karena itu bisa membuat nyawamu terancam kalau pada saat itu stok darah yang sama denganmu kosong." Jelas dokter Rian, ia menatap Ela yang masih terduduk di brankar ruangannya.

[2]  NEW LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang