51. Come True?

482 50 35
                                    

"Sinting! Keterlaluan nggak sih?! Gue emang salah, tapi ngebuat mereka bertiga koma itu keterlaluan banget anjir!" Umpat Varo kesal, ia terduduk di kursi roda sambil menatap ruang VIP yang tertutup.

"Gue kan udah peringatin lo buat nggak berurusan sama Ela. Tapi lo nggak ngindahin ucapan gue, yaudah inilah akibatnya." Balas Keano sambil menatap Varo malas.

"Gue bakal tuntut Ela atas dasar percobaan pembunuhan. Mereka koma Keano! Bisa aja mereka mati kan?!" murka Varo sembari menaikkan oktaf suaranya. Keano menghela napasnya, ia memasukkan handphonenya dan menatap Varo dengan ekspresi serius.

"Bego!" Umpat Keano membuat Varo menatapnya tajam, apa-apaan dia.

"Maksud lo-----"

"Dengan lo laporin Ela ke polisi sama artinya dengan lo yang nyerahin diri lo ke polisi. Ingat, lo yang pertama buat masalah dengan Ela. Bisa aja tuntutan lo nanti malah jadi boomerang buat lo. Lo bisa aja dipenjara atas tuduhan penculikan. Dan soal mereka yang koma, polisi bisa netapin Ela nggak bersalah dengan dalih melindungi diri. Otak lo dipake sebelum ngomong!" Jelas Keano membuat Varo terdiam. Ia berdecak kesal, ia harus menekan emosinya karena dadanya sangat lah sakit.

"Tapi tetep aja! Nyawa mereka bukan maina-----"

Drrttt drrttt drrttt.

Varo menghentikan ucapannya, ia merogoh saku celananya dan meraih handphonenya, kerutan di dahinya muncul kala melihat nomor tak dikenal meneleponnya, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi ia menjawab telepon itu.

"Ha----"

"Tenang aja, mereka nggak bakal mati"

Tut!

Varo mematung, ia mengerjap polos sambil menatap layar handphonenya kala panggilan diputus secara sepihak setelah mengucapkan satu kalimat. Ia mengernyitkan keningnya.

"Suara Ela?" Gumamnya bertanya. Mereka tidak akan mati ya? Benarkah? Haruskah Varo mempercayai perkataan Ela? Tapi Ela kan bukan dokter, bisa aja perkataan itu salah kan?

"Ela cuma bikin mereka koma, bukan mati. Mereka nggak bakal mati" Ujar Keano tiba-tiba, Varo menatapnya dengan kerutan di keningnya. Cowok itu, kenapa begitu percaya dengan perkataan Ela?!

"Emang Ela siapa bisa tau mereka bakal mati atau nggak?" tanya Varo sinis, Keano menghela napasnya pelan.

"Tunggu aja seminggu, mereka pasti sadar" Balas Keano membuat Varo menatapnya tak paham. Tapi tak urung ia menghela napasnya lega, jika benar maka syukurlah.

"Nyokap lo nggak nungguin lo Var?" Tanya Keano memecah keheningan diantara mereka. Varo menatap Keano malas, ia tersenyum sinis membuat Keano menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Kalo nyokap gue kesini yang ada lo kaget" Jawab Varo, Keano mengernyitkan keningnya tak paham. Apa maksudnya?

"Nyokap gue udah meninggal anj---" Keano menatap Varo dengan terkejut. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari tersenyum kikuk.

"Eh so-sorry gue nggak tau" Ucap Keano merasa bersalah. Varo hanya tersenyum tipis lantas mengangguk.

"Terus, yang biasanya ke sekolah itu siapa? Gue pikir dia nyokap lo" Tanya Keano sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagunya. Ia menatap Varo yang tiba-tiba saja berdecak malas.

"Dia tante gue, gue harap dia nggak kesini. Soalnya dia tuh baco-----"

"OH MY GOD OH MY GOD! MY BABY VARO, KAMU NGGAK MATI KAN?!!" Teriakan seorang wanita setengah baya membuat Keano langsung menatap kearahnya. Ia sedikit membulatkan kedua matanya terkejut melihat penampilan wanita itu.

[2]  NEW LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang