Vote and Comment!
(ANCAMAN)
Happy Reading all
Mata itu mulai terbuka secara perlahan, gelap menyelimuti ruangan itu. Lucas melenguh tertahan saat membangkitkan tubuhnya, dadanya masih terasa nyeri seperti tertusuk panah, tapi dia masih bisa menahannya karena dia sudah terbiasa merasakan hal yang lebih menyakitkan.
Lucas mencoba turun dari kasur empuk itu, matanya nya menerawang liar keseluruh ruangan. Manik matanya terhenti pada sebuah jendela di samping ranjang single bed yang kini dia tempati.
Lucas menarik tali tirai yang tergantung bebas di samping jendela. "Loh kok gue di pesawat?"
Lucas bergumam bingung pada dirinya sendiri, dia berusaha untuk menggali ingatan nya kembali. "Gila! Gue ada di jet super kerajaan Duvessa! Mati gue, mati!"
Lucas menggigit kuku-kuku pendeknya, hatinya panik karena dia ingat jika dia sekarang berada disatu tempat yang sama dengan Jenderal Kerajaan Duvessa, siapa lagi kalau bukan Jenderal Leon. Padahal dia sudah membuat ikrar dalam hati bahwa dia jangan sampai terlibat dengan anggota Kerajaan Duvessa, apalagi ini adalah jenderal Militer nya.
Lucas sudah sering mendengar jika setiap orang yang berhubungan dengan anggota kerajaan nya maka nyawa mereka akan segera lenyap. Bukan karena apa-apa, tapi desas-desus mengatakan orang yang tewas itu mati karena mengetahui salah satu rahasia kerajaan yang sangat dijaga ketat.
Walaupun tahu akan fakta itu tetap saja Lucas ketakutan, mau kabur juga sudah tidak mungkin, yang terpenting sekarang adalah bertingkah baik dan jangan membuat masalah.
Lucas memberanikan diri untuk keluar dari kamar itu, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan. Jantungnya berdetak sangat cepat karena dia masih belum merasa siap bertemu dengan sosok penting itu.
Cklekk
Pintu itu terbuka.
Dan langsung menampilkan para wujud pria berwajah datar.
Tapi tatapan Lucas hanya tertuju pada satu pria yang dia ketahui wajahnya karena pernah sekali dia melihatnya saat sang jenderal diwawancarai ditelevisi, wajah sang jenderal direkam tanpa izin dan setelah itu berita itu segera dihapus dari publik dan Chanel televisi nasional itu pun turut menghilang pula, karena sudah melanggar batas privasi keluarga kerajaan.
Menyebarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Keluarga Kerajaan Duvessa adalah ilegal.
"H-halo s-semua." Lucas memberi salam dengan terbata sambil menundukkan kepalanya, demi apapun tolong selamatkan Lucas sekarang badannya udah gemetaran macam anak kucing nyebur di Empang.
Orang-orang itu tetap diam, tidak menanggapi sapaan Lucas.
Lucas tambah ketar-ketir karena tatapan sosok itu semakin intens. Lucas mau nangis aja rasanya, tapi diakan cowok gak manly banget kalau sampai dia nangis.
Muka udah ganteng, gaya pakaian udah swag, masa mau mewek mau ditaro dimana harga dirinya entar. Tapi sebenernya mah mukanya si Lucas lebih ke imut dari pada ganteng:) badannya juga kecil amat macam bocah esdeh.
"Panggil saya Papa!" Lucas sontak mendongak menatap orang yang baru saja memberikan peryataan padanya ohh tidak lebih tepatnya ucapan itu terdengar seperti memerintah.
"Maap tuan jenderal tapi ibu saya punya suami cuma satu, ibu saya gak pernah poliandri." Lucas dengan polos berkata yang tidak-tidak.
"Siapa yang bilang ibu mu poliandri?" Jenderal Leon bertanya dengan datar dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Lucas, bisa-bisanya dia mengira ibunya poliandri disaat poliandri itu sendiri sangat dilarang.
"Gak tau." Lucas menjawab dengan enteng.
"Panggil saya papa, menurutlah!" Leon berkata dengan sangat dingin, dia hanya ingin Lucas memanggilnya papa tidak lebih.
"Ishh gak mau." Lucas tetap kekeuh pada pendiriannya.
"Panggil papa atau..." Jenderal Leon terlihat mengeluarkan bilah pisau dari seragam Militer nya.
Lucas tertegun, dia panik dia melupakan satu fakta bahwa sosok dihadapannya ini adalah seorang tiran sejati.
"Papa." Lucas menampakan senyum tertekannya, dia sudah berkeringat dingin orang dihadapannya sangat menakutkan. Malah dadanya tambah berdenyut.
"Kemari." Jenderal Leon memberikan kode dengan mengayunkan tangannya memerintahkan Lucas untuk mendekat padanya.
Lucas mencoba menuruti perintah itu dengan langkah lamban dia mulai mendekat
"A-ada apa tu- papa." Lucas hampir keceplosan mengucapkan tuan tapi segera mengubah nya karena melihat tatapan mengerikan itu.
Jenderal Leon yang tidak sabaran langsung menarik tangan Lucas dan membuat tubuh kecil Lucas jatuh ke pangkuan papa barunya.
Lucas berasa nyawanya ditarik saat Leon menarik tangannya tadi.
Jantungnya tambah berdebar kencang, kesadaran nya seperti mau menghilang karena terlalu takut.
"Makan!" Leon mengarahkan sendok berisi bubur nasi ke mulut Lucas.
Lucas tentu saja menolak:)
Makanan yang paling anti dia makan adalah bubur, makanan lembek itu tidak bisa tertelan melewati kerongkongan Lucas. Bukannya tidak bisa tertelan tapi memang bocahnya aja yang Bangor (nakal) makanan udah masuk mulut malah dimuntahin lagi.
"Gak mau, gak enak."
"Makan!" Leon tetap memaksa Lucas memakan bubur itu, Leon memaksa nya juga bukan karena apa-apa itu semua kan karena Lucas yang masih sakit.
"Ishh dibilang gak mau, Lo kok maksa sih!" Hilang sudah rasa segan dihati Lucas yang ada kini hanya kekesalan yang mengganjal hatinya.
"Makan atau..." Leon terlihat memerintahkan anak buahnya untuk menyalakan televisi di pesawat itu.
Televisi itu mulai menampilkan visual gambarnya. Mata Lucas melotot kaget dan seketika gejolak kemarahan menghampiri dirinya. Lucas melihat ketiga sahabat nya sedang terikat kuat di sebuah ruangan pendingin dengan suhu yang sepertinya tidak main-main, mereka terlihat menggigil.
"Lo apa-apan brengs*k! Lo apain sahabat gue!" Lucas melayangkan tinjuan ke wajah Leon, namun tinjuan itu segera ditangkap oleh Leon.
"Dengar boy, jika kau tidak ingin makan maka ucapkan selamat tinggal pada teman-teman kesayanganmu." Leon terlihat menyeringai puas melihat reaksi Lucas.
"Dasar bangs*t Lo iblis! Aaaaa." Lucas memberontak dipangkuan Leon sambil berteriak-teriak kesetanan, tapi tubuhnya ditahan dengan kuat sama Jenderal Leon. Lucas akhirnya menangis karena terlampau kesal tangisan itu sungguh histeris hingga membuat dadanya seperti terhimpit.
"Diamlah baby boy ubah gaya bicaramu, atau kau ingin orang suruhan papa langsung menembak kepala teman mu?" Leon mengucapkannya dengan sangat tenang, nada suaranya terdengar sangat datar dan dingin. Tangan Leon mencengkeram dengan kuat lengan kecil Lucas yang tidak bisa diam.
"Akhhh, sakit asu!" Lucas mengerang kesakitan karena cengkraman kuat itu yang dia yakini nanti akan memar, Lucas juga setelah mendengar kalimat itu keluar dari orang yang memangku nya mulai menstabilkan emosinya.
Rontaan dan tangisan itu sudah tidak ada lagi tapi suara nafasnya yang tersedu masih terdengar cukup keras karena ruangan pesawat itu sangat sunyi manusia yang berjumlah 7 orang tidak termasuk dirinya dan mereka hanya bisa diam, Leon tidak tau jika itu nafas tersedu Lucas, dia menganggap Lucas tidak menanggapi perintah nya karena masih terus-menerus menangis padahal kan itu cuma suara nafas campur ingus. Jadi dia langsung melancarkan perintahnya pada anak buahnya yang sudah memasang posisi siap.
"Tembak!"
Dorr...
Lucas langsung menengok ke arah televisi yang menampilkan 3 orang pemuda dan 1 diantaranya telah tumbang. Lucas langsung histeris saat melihat televisi itu.
"DAREN!"
.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCAS (End) - (OPEN PO)
Fanfiction[Brothership×Family×Fantasi] Hidupnya menjadi tak karuan setelah memilih untuk menerima sebuah beasiswa disebuah sekolah ternama. Tiba-tiba diangkat menjadi seorang anak jenderal, kemudian diperebutkan lagi oleh 2 keluarga berpengaruh hingga dia ha...