Hatsyiiii!
Adam bersin untuk yang kesekian kalinya. Padahal, jaket sudah ia gunakan, kaos kaki sudah ia pasang di kedua kakinya, dan selimut sudah membelit tubuhnya dengan posesif.
Ia melihat ke sampingnya. Ara yang perutnya sudah mulai membesar, tidur dengan posisi terlentang dan sedikit berkeringat di dahinya. Sudah beberapa bulan sejak Ara positif hamil, tapi baru kali ini Ara meminta tidur dengan AC yang diset cukup dingin di cuaca yang sedingin ini pula.
"Padahal aku kedinginan, dia gerah?" gumamnya.
Tiba-tiba Ara meringis menahan sakit. "Ra? Kenapa?" tanya Adam khawatir.
"Adek bayinya gerak-gerak," ucap Ara.
Adam mengelus perut Ara sambil berkata, "Anak ayah kenapa sih? Kok rewel. Jangan ngrepotin Bunda dong," gurau Adam.
"Adek bayinya gerak-gerak terus. Ara cuma kaget," ucap Ara dengan tersenyum keibuan.
Adam tersenyum dan berbicara pada perut Ara. "Nak, kamu sehat banget ya. Gerak-gerak terus sampai bunda kaget. Cepet keluar, nanti ayah ajak kamu main sepak bola."
"Udah, Bang. Abang lanjut tidur aja. Eh? Kenapa kok pakek baju hangat gitu?" herannya saat menyadari yang Adam kenakan.
"Dingin tahu, Ra."
"Tapi kok Ara gerah?"
Adam menggedikkan bahunya tidak tahu. "Yaudah, lanjut tidur ya. Abang besok berangkat pagi soalnya. Sini," suruhnya dengan melentangkan sebelah tangannya.
Ara mengangguk paham dan kembali tidur dengan bantal tangan Adam. Tidak lama, Ara terpejam dan mengarungi alam mimpi.
Namun, tidak dengan Adam. Ia mengedip-kedipkan matanya yang tidak kunjung mau melekat.
Kok jadi nggak ngantuk?
Ia kemudian menoleh dan melihat Ara yang sedang tertidur. Diam-diam ia tersenyum karena wajah Ara yang imut.
Itung domba aja kali ya? Tapi aku suka domba, pikirnya kemudian melirik ke arah Ara. Domba aku nggak suka, kalau diganti Ara boleh jugalah.
Adam tersenyum geli dan mulai menghitung.
1 Ara, 2 Ara, 3 Ara, 4 Ara, 5 Ara, 6 Ara, 7 Ara, 8 Ara, 9 Ara, 10 Ara. Wah, jadi banyak Ara! Sungguh surga dunia!seru Adam dengan tersenyum-senyum sendiri.
Adam yang aneh. Entah apa yang konslet dengan otaknya.
***
Ara mengerjap-kerjapkan matanya yang masih terasa berat untuk terbuka. Pandangannya langsung tertuju pada jam yang bertengger dengan cantik di dinding.
"Bang, bangun. Waktunya prepare." Ara menggoyang-goyangkan tubuh Adam. Sedangkan, yang dibangunkan hanya menggeliat singkat.
"Bang, kebelet pipis nih," ucap Ara.
"Bang! Buruan bangun, bantuin Ara ke kamar mandi," suruh Ara.
Adam memghela napas dan bangkit dengan muka bantal, turun dari ranjang. Dengan mata terpejam, ia mengulurkan tangan untuk Ara. "Ayo sini."
Baru saja ia memegang tangan Adam, Ara terkejut bukan main saat merasa celananya basah.
Merasa Ara diam saja, Adam pun bertanya dengan menoleh ke arahnya. "Ra? Kenap- Loh!"
Adam berseru kaget saat melihat Ara tertunduk. "Ra? Kamu kenapa?! Apa yang sakit? Bilang ke Abang!" ucapnya panik.
"Ak-aku ngompol," ucapnya dengan menundukkan kepala malu. "Gimana dong, Bang, kasurnya ikut basah." ucap Ara sedih.
Adam mengelus kepala Ara. "Ya udah, nggak apa-apa, mau gimana lagi, 'kan? Ayo bangun dulu, Abang anter ke kamar mandi, kamu mandi dulu, Abang beresin ini dulu." Adam membantu Ara berdiri dan menuntunnya ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, saat Ara sudah masuk dan Adam hendak beranjak pergi, Ara menarik lengan Adam. "Bang, maafin Ara ya."
Adam mengangguk dan melangkah menjauh.
Ara memandang punggung Adam dengan sedih sebelum akhirnya menutup pintu kamar mandi.
***
Adam dengan peluh yang membasahi dahinya sedang berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat kasur springbednya yang ternyata berat.
Ia baru saja selesai mencopoti sprei dan sarung bantal dan ia masukkan ke mesin cuci.
"Kok aku baru sadar ya kalau kasurnya berat banget. Apa gara-gara lemes belum makan dari kemaren sore?"
Adam menjatuhkan badannya ke karpet. "Lelah, letih, lesu, ngantuk," gumamnya.
Ia lantas mengetikkan sesuatu di internet. Ia membaca artikel-artikel tentang cara membersihkan noda ompol tanpa mengangkat kasurnya. Ia menemukan artikel dari Wakahow, caranya menggunakan soda kue.
"RA, PUNYA SODA KUE NGGAK?" teriak Adam.
"ADA, BANG, DI LACI SAMPING KANAN KOMPOR."
Adam pun beranjak ke tempat yang dituju dan melakukan sesuai dengan yang ada di artikel tersebut. Sambil membersihkan, ia berpikir, Untung ada mbah gugel.
***
Ara yang baru saja selesai mandi melihat ke arah Adam yang sedang mengurusi bekas ompolnya.
Perasaan malu dan merasa bersalah datang menggerogotinya. Padahal Adam berangkat pagi, tapi ia malah merepotkannya dengan acara mengompol segala.
"Bang, ditinggal dulu aja itu. Bang Adam siap-siap berangkat kerja, kan berangkat pagi," ucap Ara mengingatkan.
Adam hanya mengangguk dan berkata, "Masih ada waktu kok, Ra. Nanggung udah mau selesai ini."
"Ya udah kalau gitu Ara siapin bajunya sama sarapannya. Nanti kalau udah kelar langsung mandi terus sarapan."
Adam menoleh melihat ke Ara yang wajahnya terlihat merasa bersalah.
"Nggak pakek baju dulu? Makan sambil bugil dong?" guraunya berusaha mencairkan suasana.
"Kalau Bang Adam nggak malu ya terserah."
"Yakin nih? Abang sih nggak malu, tapi kamu yang malu-malu," ucap Adam sambil tersenyum menggoda Ara.
"Duh, Bang. Nggak gitu! Sempet-sempetnya bercanda."
Adam tertawa geli. "Iya-iya Bundaharaku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda Dosenmu (Complete ✓)
RomanceSerangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain, menikahi dosen dengan rambut hitam legam dan segala paket plus-plus itu merupakan suatu rezeki nomplok, tapi bagi Ara tidak. Bagi Ara, kel...