Bagian 17 : Calon Istri

47K 4.7K 23
                                    

Sebab sesak hanya dapat aku rasakan, tanpa aku tafsirkan.

---

Dalam pelukan Adam, Ara menunduk dalam.

Kak Adam baik banget mau nolongin aku.

"Udah, Ra. Pulang aja ayo," ucap Adam sembari melepas pelukannya.

"Tapi barangnya belum keambil semua."

"Tunggu di mobil, mana listnya, aku yang cari."

"Tapi Kak Adam nggak tahu mana merk yang biasa dibe—"

"Nurut aja," ucap Adam tiba-tiba dengan dingin.

Ara terkesiap. Tiba-tiba saja. Kenapa?

Ara memberikan dompet kecil berisi list dan uang, sedangkan Adam mengulurkan kunci mobilnya.

Sebelum Ara mengambil kunci itu Ara bertanya, "Nggak apa-apa, Kak? Nanti ngrepotin lagi?"

Adam hanya diam dengan ekspresi datar. Mengingatkannya pada pertemuan dengan Adam yang berstatus dosen di kampusnya.

Entah mengapa Ara kesal diabaikan di saat mencoba bersikap care. Ara menyabet kunci dan berlalu meninggalkan Adam.

"Tinggal jawab 'nggak kok, Ra, nggak ngrepotin' kenapa sih? Bikin malu aja," gerutunya.

Saat sampai di mobil, ia masuk dan menutup pintu dengan cukup kencang.

"Lagian kenapa ketemu Andrijingan itu si?"

===

Adam mendorong trolinya sembari mencari barang di dalam list dan matanya diam-diam mengawasi laki-laki yang membuat Ara ketakutan tadi.

"Andrian, NPM 96," gumamnya. "Apa dia orang jahat yang dimaksud Ara?"

Drtttt

Ponselnya bergetar membuatnya kaget.

Sebuah panggilan masuk dari Rendi, teman satu kontrakannya.

"Halo?"

"......"

"Ha? Seriusan?"

"......."

"Yaudah, suruh tunggu."

Setelah sambungan tertutup ia mengecek kembali barang yang akan dibeli. Dirasa sudah semua ia bergegas membayar dan sesegera mungkin menuju parkiran.

Ia sedang ditunggu, dan ia tahu menunggu itu tidak menyenangkan.

Sesampainya di mobil, ia melihat Ara yang sedang tertidur bersandar ke pintu. Ia membuka pintu bagian belakang dan ternyata tidak terkunci.

"Ceroboh banget," gerutunya pelan.

Ia pun segera memasukkan barang belanjaan ke jok belakang. Setelah selesai ia menuju ke pintu pengemudi. Saat ia membuka pintu, ia menemukan kunci mobil di joknya.

Tanpa ba-bi-bu, Adam langsung menghidupkan mesin mobilnya dan membelah jalanan yang saat itu senggang. Ia menuju kontrakannya, bukan rumah Ara.

Sesekali ia menoleh ke arah Ara yang tertidur, pipinya terlihat basah.

Apa karena tadi aku nyuruh dia ke mobil duluan?

Sesampainya di kontrakannya, Adam sedikit ragu untuk membangunkan Ara.

Bangunin nggak ya? Nggak usah deh.

Adam keluar dari mobil dan berjalan menuju dalam kontrakan.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang