Hoaemmmm
Adam menguap lebar, sehingga yang membacanya pun ikut menguap.
Ia sedang tidur dengan posisi duduk, kedua tangannya memeluk ember yang beberapa menit yang lalu baru ia cuci bersih.
Suara detik jam terus menggema di dalam kamar yang remang-remang itu. Semakin nyaring seiring bertambahnya waktu.
Punggungnya ia sandarkan ke headboard dengan rileks. Baru beberapa saat ia terlelap, suara gerakan dari sampingnya membangunkan Adam dan dengan segera ia menyodorkan ember yang sebelumnya ia peluk ke Ara dengan muka bantal.
Huekk!
Setelah mengucek matanya, Adam memijat tengkuk Ara, mencoba untuk membantu.
"Bang, jangan dipijit, ntar malah keluar terus muntahnya," marah Ara.
Adam menggaruk belakang kepalanya. "Eh, iya maaf."
"Jangan diajakin ngobrol terus, Bang, nggak tahu lagi mual gini apa?!"
Adam pun diam, dan menggosok-gosok punggung Ara. "Nggak apa-apa, Ra, keluarin aja."
"Apanya... udah keluar semua! Eh, Bang, kayaknya cairan tubuhku ikutan keluar deh, nggak kuat mau muntah lagi," ucap Ara mencurahkan isi hatinya.
"Kalau aja hamil bisa dipindahin sebentar ke abang, Ra. Kamu pasti capek setiap saat ngerasa mual muntah, judulnya aja morning sickness, tapi nggak pagi aja."
"Ya nggak bisalah, Bang. Bang Adam kan nggak punya rahim."
"Ehehe, canda. Ini embernya kamu bawa, abang buatin jahe anget dulu."
Ara menggeleng. "Nggak mau, nanti malah nimbun gas."
"Jahenya 1-3 gram aja aman kok, Ra."
"Tapi, Ara pengen ikut ke dapur."
"Udah, kamu istirahat aja. Aku yang buatin."
"Abang takut Ara cuman ngrepotin aja ya?"
"Nggak gitu, nanti kamu capek, kan udah lemes gara-gara muntah. Bentar ya kesayangan abang," ucapnya lalu mengecup pucuk kepala Ara.
Ia lalu bergegas turun dari ranjang, berjalan keluar kamar dengan mengucek matanya dan menguap kembali. Ara melihat punggung Adam yang perlahan berjalan menjauh.
"Bang," panggil Ara membuat langkahnya berhenti dan menoleh. "Pengen ikut..." rengeknya.
Adam tersenyum. "Ya sudah, ay-"
JDUAKKK
"Aduhhh!" Belum sempat Adam melanjutkan ucapannya, kaki Adam tidak sengaja beradu dengan kaki meja. "Ya Allah, rasanya kayak kesetrum," keluhnya yang membuat Ara terkekeh geli.
"Kok bisa sih, Bang? Bang Adam cuci muka dulu sana," suruh Ara saat menyadari Adam berjalan dengan mata setengah terpejam.
Adam meringis malu dan bergegas ke kamar mandi. Saat Adam sudah masuk ke kamar mandi, ia mengelus perutnya. "Sayang, udahan dulu ya rewelnya, besok lagi nggak apa-apa, kasihan Ayah tidurnya nggak nyenyak gitu, besok harus kerja. Ya sayang ya," ucapnya pada perutnya yang sudah mulai membesar. Ia kemudia terkekeh, "Ini beneran aku hamil ya?"
"Ahaha nggak nyangka banget tiba-tiba hamil," pikirnya.
"Ayo, Ra." Suara Adam mengagetkan Ara.
"Udah cuci mukanya?" tanya Ara yang diangguki Adam.
"Bang, sini deh," ucap Ara.
"Kenapa, Ra?" tanyanya bingung, tapi kakinya terus melangkah ke Ara.
"Sini rebahan di samping Ara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda Dosenmu (Complete ✓)
RomanceSerangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain, menikahi dosen dengan rambut hitam legam dan segala paket plus-plus itu merupakan suatu rezeki nomplok, tapi bagi Ara tidak. Bagi Ara, kel...