Adam mengerjap-kerjapkan matanya saat sadar, Ara tidak ada di pelukannya. Padahal ia ingat betul, semalam ia tidur dengan guling tubuh Ara.
"Kemana Ara?" gumamnya dengan suara serak. Tenggorokannya terasa kering dan hidungnya mampet karena jendela kamar yang kemarin dibuka semalaman.
Jam masih menunjukkan pukul empat lebih.
Sembari menguap, ia menyibakkan selimutnya dan berjalan ke dapur.
Malas mencari tombol saklar lampu, ia pun berjalan dengan kondisi remang-remang dan muka bantalnya.
"Loh? Ara?" gumam Adam saat melihat pintu lemari es terbuka dan ada Ara yang memunggunginya. Cahaya kekuningan dari lampu lemari es membuat siluet tubuh Ara yang dibalut bathrobe.
Melihat Ara yang sedang serius melihat isi lemari es tanpa menyadari kehadirannya. Adam pun berjinjit dan mengendap-endap.
Hupp!
Dalam sekali gerakan, Adam sudah memeluk Ara dari belakang. "Pagi, Sayang," bisik Adam menahan terkekeh saat merasakan yang dipeluk terkejut.
"Pagi juga, Adam."
Deggg!
Adam langsung melepaskan pelukannya dan berjalan mundur dua langkah. Loh, bukan Ara!
"BUNDA?!!!" pekik Adam kaget. Waduh, salah peluk ibu mertua! rutuknya dalam hati.
Lampu dapur menyala. "Bang Adam? Bunda? Ngapain?" tanya Ara.
Adam langsung menunduk dalam. "Maaf, Adam tidak sengaja," ucapnya merasa bersalah.
"Nggak apa-apa kok."
"Bang," panggil Ara, "Sini," lanjutnya dengan melambaikan tangannya.
Adam berlari kecil menuju tempat Ara. "Abang kenapa?" tanya Ara khawatir dan menempelkan tangannya ke dahi Adam. "Mukanya merah semua! Abang demam? Apa gara-gara semalem jendelanya dibuka?"
"Abang nggan sengaja peluk Bunda, Ra. Aku kira itu kamu," jawab Adam malu-malu.
Pffftttt.
Ara menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ingin menertawakan, tapi kasihan juga, Adam pasti malu poll.
Adam menarik-narik lembut tangan Ara seperti anak kecil yang malu-malu minta dibelikan permen.
Aduh, gemes banget sama bayi besar satu ini.
"Bunda, Ara ke kamar dulu ya sama Abang," pamit Ara.
***
"Bang! Kok bisa sih?" tanya Ara menahan tawanya. Masih tidak habis pikir.
"Aku tersilap. Mana aku tahu, kirain kamu. Habisnya gelap, terus posisi lagi munggungin. Aku lupa kalau nggak di rumah sendiri."
Ara merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Yaudahlah. Yang penting nggak salah peluk Monika aja."
Adam menoleh. "Kok bawa-bawa Monika?"
Ara terkekeh. "Ya habisnya, Bang Adam sadar nggak sih, Monika itu tertarik sama Abang?"
"Aku nggak tahu, aku terlalu fokus mencintai kamu," jawab Adam kelewat jujur membuat hati Ara melayang.
"Bang. Abang belum pernah cerita loh maksud Abang bilang suka Ara dari SMA."
Adam tersenyum menggoda. "Ciye, penasaran ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda Dosenmu (Complete ✓)
RomanceSerangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain, menikahi dosen dengan rambut hitam legam dan segala paket plus-plus itu merupakan suatu rezeki nomplok, tapi bagi Ara tidak. Bagi Ara, kel...