Bagian 30 : Bersembunyi

44.3K 3.7K 30
                                    

Hari sudah mulai tampak cerah saat Ara berjalan gontai ke dapur. Matahari sudah siap terbang tinggi di langit.

Ia mengernyitkan keningnya saat merasa ada suara orang merintih kesakitan di dapur.

Ia bergegas menuju dapur dan menemukan Adam mengipas-kipas matanya dengan tangannya.

"Bang?! Abang kenapa?!!!" panik Ara.

"Mataku...." rintih Adam. Mata Ara langsung tertuju pada cabai dan bawang-bawangan di atas meja.

Ara menarik tangan Adam menuju wastafel.

"Eh, aku mau dibawa kemana?" protes Adam.

"Udah, ikut aja." Ara menyalakan kran air dan membasuh tangan Adam dengan sabun.

Kemudian ia membasuh tangannya dan mengusapkannya ke mata Adam beberapa kali dengan berjinjit. Mencoba menyejajarkan posisinya. Tidak menyadari banyak centi yang terpangkas di antara mereka.

Saat Adam membuka matanya, ia melihat Ara yang begitu dekat dengannya.

Saling pandang jelas tidak terelakkan.

Mata Ara membulat kaget. Reflek dia menapakkan kakinya yang semula berjinjit dengan cepat. Membuatnya hampir kehilangan keseimbangan kalau tangan kokoh Adam tidak dengan cepat memeluk pinggangnya.

Muka Ara bersemu merah.

"Nggg... Bang, matanya udah?" tanya Ara mencoba menetralisir rasa gugupnya.

Adam mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian merintih.

"Masih pedih?"

Adam terkekeh. "Bercanda. Udah enggak kok."

Ara sadar posisinya yang masih direngkuh Adam. Ia buru-buru melepaskan tangan Adam dan mundur teratur.

"Lagian Bang Adam ngapain sih? Kok bisa matanya pedih gitu?"

Nggak mungkin kan aku bilang gegara mikirin Ara terus Salting dan ngusap wajah sendiri? batin Adam.

"Nggak sengaja ngucek mata. Lupa kalau habis motong bawang."

"Bisa-bisanya," ucap Ara kemudian berjalan menuju meja makan. Hendak mengambil minum.

"Emang Bang Adam bisa masak?" tanya Ara sembari menuang air dalam gelas.

Adam terkekeh dan bersidekap tangan merasa Ara hendak meremehkannya. "Menurut kamu?"

"Bisa, aku nggak sabar mau makan masakan Bang Adam," ucap Ara kemudian minum air di tangannya.

Adam mendengar sahutan Ara merasa aneh dalam dirinya. Teringat suatu kejadian masa lampau. Beberapa tahun silam.

Setelah meletakkan gelas ke meja, Ara bertanya, "Ada yang bisa Ara ban-" Ucapnnya terpotong saat Adam secara tiba-tiba memeluknya. "-tu," lanjut Ara lirih.

"Bang? Aku belum mandiiiii!" Ara memberontak. Namun, Adam mengabaikannya

"Emangnya kenapa?" tanya Adam dengan nada rendah membuat Ara tenang.

"Bau."

"Bahkan kalau kamu bau aku masih tetap mencintaimu."

Jantung Ara benar-benar berdegup tidak karuan.

"Bu-bukan aku yang bau, Bang Adam yang bau," kilah Ara membuat Adam tertawa.

Derap suara langkah kaki terdengar. "Dam?" sebuah suara memanggil Adam. Suara Ilham.

"Bang! Lepasin, ada Bang Ilham."

Adam terdiam sejenak kemudian menarik Ara untuk berjongkok dan masuk ke kolong meja untuk bersembunyi.

Ara pun protes. "Kenapa-"

"Sttttt! Bantu aku sembunyi! Aku tadi ngerjain Ilham. Dia tadi ke sini nggak lama setelah aku ke sini," bisik Adam ke telinga Ara membuat Ara menyesal karena bertanya. Kini wajahnya terasa panas karena embusan napas Adam yang menerpa telinganya.

Ara hanya diam di dalam rengkuhan Adam di bawah meja. Menunggu sampai Ilham pergi. Ia hanya mendengar suara Ilham yang mengomel tanpa bisa mendengar dengan jelas.

Otaknya tidak fokus. Alias gagal fokus.

"Ra!" panggil Adam yang membuat Ara kaget.

"Eh, iya?"

"Kenapa ngelamun?"

"Ah, eng-enggak. Bang Ilham udah pergi?"

"Udah. Ayo keluar."

Ara merapikan rambutnya dengan tangannya kemudian bertanya, "Mau masak apa?"

"Masak nasi goreng."

"Aku bisa bantu apa?"

"Bantu tumis bumbu terus masukin nasi, jangan lupa kasih garam-"

"Iya aku tahu. Aku bisa masak kok."

"Eh Ra, aku ke kamar mandi bentar. Mulesss."

"Iya."

Kemudian sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Panggilan dari Adam.

"Bukannya dia di kamar mandi?" pikirnya lalu segera mengangkatnya.

"Halo, Bang?"

"Ra, makasih udah nemenin aku sembunyi di bawah meja," ucap Adam membuat Ara tersadar suatu hal.

"Bentar deh. Tadi kan Bang Adam ada masalahnya sama Bang Ilham. Aku nggak ikut-ikutan ngerjain, kenapa aku diajak sembunyi juga?"

"Nggak kenapa-kenapa sih. Sengaja aja. Makasih," ucapnya lalu mematikan sambungan.

"Dia harusnya kan nggak butuhin aku buat ikut sembunyi juga kan?" pikirnya kemudian tercengang.

"BANG ADAM MODUSSSS!!!" teriak Ara.

Sedangkan Adam yang mendengarnya dari kamar mandi terpingkal-pingkal dibuatnya.

Ya ampun, kelakuan Adam sama Ara emang ya.

***

Maafkan ako yang jarang update huhuuuu.
Semoga masih ada yang nungguin cerita ini.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang