Bagian 37 : Puput

31K 2.8K 54
                                    

"Gimana, Ra?" tanya Nara langsung saat Ara baru saja memasuki kelas. Ara yang sebelumnya sedang berjalan sambil melamun sontak terkejut.

"Eh, apa?" tanya Ara linglung.

"Puput gimana? Baik-baik aja kan?"

Ara menjawab dengan anggukan. 

Malah aku kayaknya yang gak baik-baik aja. Kena syok ringan huhu. Kaget banget sumpah. Aku tahunya pacaran ya pegangan tangan, paling pol banget pelukan, batin Ara.

Tanpa sengaja ia melihat gestur tubuh Nara yang terlihat melemas lega. "Kamu khawatir banget ya ke Puput?" tanya Ara tanpa tahu efeknya pada Nara.

Nara biasanya yang pendiam kini menjawab dengan nyolot dan panjang lebar. "Mana ada? Aku cuma was-was soalnya Puput temen aku. Kamu tahu sendiri kan Andrian kan bajingan. Playboy kelas universitas.  Apalagi kalian di sini karena aku yang ajak kelompokan. Ntar kalau ada apa-apa, aku yang disalahin. Sebagai ketua kelompok, wajar dong aku khawatir ke anggotaku. Eh enggak, nggak khawatir, cuma takut aja. Ah, nggak tahu. Aku telepon Puput dulu biar cepet balik."

Ara mengeluarkan ponselnya. "Dia nggak ada kuota, biar aku aja yang telepon, nomor WAnya dia udah hangus, jadi nomor buat telepon regularnya beda. Kamu nggak punya nomornya kan?" tanya Ara lalu terkekeh pelan.

"Ya punyalah! Yang ini kan?" tanya Nara sambil menunjukkan layar ponselnya ke Ara.

Ara memicingkan matanya. "Punya nomornya dari mana kamu?" tanya Ara curiga.

Nara tersentak kaget dan buru-buru menjauhkan ponselnya dari Ara. "Oh iya, aku lupa nggak punya nomornya. Ini nomornya temenku SMA dulu. Yaudah kamu aja yang telepon, aku mau lanjut ngerjain dulu."

"Buruan! Monica katanya nggak punya banyak waktu, aku juga baru inget harus jemput adikku," lanjutnya melihat Ara hanya diam menatapnya curiga.

***

10 menit berlalu. Akhirnya, Puput datang dengan muka sembab. Nara yang pertama kali menyadarinya refleks bertanya, "Kamu kenapa? Andrian ngapain kamu?!"

Ara dan Monica refleks menoleh melihat keadaan Puput.

"Hueee!" Tangis Puput pecah. "Jangan ditanyain. Jadi tambah nangis kan aku!" seru Puput sambil memukul-mukul Nara.

"Put, kamu kenapa?" tanya Ara.

"Aku malu sama Andrian, hueeeeee."

"Kenapaaaaaaaaa???" tanya Ara dan Nara berbarengan. Sedangkan Monica tampak fokus ke pekerjaannya. Padahal sebenarnya dia juga ikut menyimak.

"Aku habis nyosor lantai tepat di depan Andrian. Udah gitu rok aku nggak sengaja kebuka."

"HAH?! Tapi kamu pakai daleman kan?" tanya Nara yang dihadiahi geplakan di kepalanya oleh Puput.

"Iyalah, Bego. Masak aku nggak pakai daleman?!"

"Maksud aku celana dalam- Eh enggak," Nara buru-buru meralat ucapannya. "Maksud aku celana pendek yang kayak semacam hotpants gitu."

"Iya, aku kalau pakai rok always pakai."

Ara dan Nara menghela napas lega.

"Terus, ada yang luka nggak?" tanya Ara.

"Enggak. Tapi kepala aku pusing, kepentok soalnya. Aku juga belum kelar bikin tugasnya. Duhh."

"Aku pulang duluan, bagianku udah kelar. Udah nggak ada diskusi lagi kan?" tanya Monica.

"Nggak ada. Kalau mau pulang ada urusan pulang aja. Filenya kirim ke aku," ucap Nara yang diangguki Monica.

Selepas kepergian Monica, Ara juga mematikan laptop dan menyimpannya ke dalam tas. Puput menjadi panik sendiri. "Kalian udah mau selesai juga? Punyaku belum kelar."

"Punyaku udah, Put, udah aku kirim ke Nara juga," jawab Ara. "Aku ke kamar mandi sebentar ya. Udah diujung," pamit Ara lalu berlari pergi.

"Bagianmu aku kerjain sekalian. Udah mau selesai," ucap Nara yang sukses membuat Puput terkejut.

"Hah? Serius? Dalam rangka apa?"

"Aku mau jemput adikku. Takut nggak keburu kalau nungguin kamu."

"Uwaaaa, thanks, Nara!"

Nara mengangkat jari telunjuk ke depan bibirnya. "Stttt. Jangan bilang-bilang yang lain. Aku pulang dulu, kamu hati-hati di jalan, jangan sampai jatuh lagi," pamit Nara dengan senyuman manisnya kemudian berdiri.

Puput mengerjapkan matanya terkejut dengan sikap Nara. 

"Loh, Nara mau kemana? Tugasnya emang udah dikirim?" tanya Ara yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Iya, udah aku kirim ke dosennya. Aku balik dulu. Dah," pamitnya dan berlalu.

"Put, balik skuy!" ajak Ara yang hanya diangguki Puput.

***

Di kamar berukuran 5x4 itu, Ara dan Puput sedang berbaring menunggu masker mereka kering sebari mengobrol. 

"Emang siapa sih orang yang tiap hari dateng ke rumahmu, Put?"

"Andrian."

"Hah? Kamu sejak kapan deket sama Andrian, Put?"

"Panjang ceritanya. Kapan-kapan aja aku ceritain. Aku lagi nggak minat bahas dia."

"Kamu laper nggak? Aku pengen yang pedes-pedes nih."

"Yang pedes-pedes? Tiba-tiba aja, Ra? Jangan-jangan kamu lagi ngidam, Ra?" tanya Puput yang dihadiahi pukulan di lengannya.

"Nggak mungkinlah!" seru Ara.

"Mungkin aja loh, Ra. Kamu ngalamin mual-mual nggak? Atau kayak ada yang berubah gitu sama badanmu?"

"Put, itu nggak mungkin."

"Mungkin kok, kamu aja yang nggak sadar, Ra. Coba dipikir-pikir lagi. Atau mungkin kamu telat bulanan?"

"Bukan masalah sadar atau ngak sadar. Tapi..." Ara menjeda kalimatnya dan memunggungi Puput. "Tapi emang masih belum," cicit Ara.

Puput langsung bangkit dari posisinya berbaring dengan terkejut. "HAH? JANGAN-JANGAN SELAMA INI KAMU BELUM NG*WE SAMA PAK ADAM?!"

***

Puput gak ada akhlakkk wkwk. Aku selipin cerita Puput sedikit nih hehe. Semoga suka.

Tunggu update selanjutnya yaa. Jangan bosen-bosen hehe, salam hangat dari aku.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang