Adam menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sembari berjalan menuju parkiran. Baru saja ia menyelesaikan rapat Prodi. Baru saja ia akan menyalakan mesin motor, sebuah notifikasi masuk ke ponselnya.
3 hari lagi ulang tahun Ara!
Ia mendesah kasar. Tadi saat rapat ia ditunjuk sebagai pendamping untuk acara HMPS atau himpunan mahasiswa program studi yang akan dilakukan selama 3 hari 2 malam. Masalahnya, acara dilakukan tepat di hari ulang tahun Ara.
"Nggak rela ninggalin Ara, nggak tega," monolognya sedih.
"Apa aku bawa Ara sekalian aja ya?" pikirnya kemudian tertawa. "Jangan khayal, Dam. Nggak mungkin banget. Terus Ara gimana kalau aku tinggal lama gitu? Kalau aku suruh Ilham ke rumah lagi jagain Ara, Ara pasti ngamuk. Kalau aku bawa ke rumah Bunda, pasti ngamuk juga gara-gara dia nggak mau ngrepotin Bunda. Kalau bawa ke Ibu, kasihan Ara juga sih nggak bisa leluasa mau ngapain, pasti mau minta bantuan apa-apa juga sungkan. Apa aku beneran pasang cctv aja ya? Tapi kalau Ara makin ngambek karena bersa dikontrol 24 jam gimana?"
Ia kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gini amat ya rasanya overthinking. Nurutin overthinking nggak pulang-pulang nanti aku," ucapnya lalu menyalakan mesin motor dan melaju membelah jalanan dengan kecepatan sedang.
Saat sedang enak berkendara, sebuah ide cemerlang mampir ke otaknya. "Iya juga!" serunya senang dan menaikkan kecepatan motornya.
***
"Assalamu'alaikum," ucap Adam sembari masuk ke dalam rumah. Ia menenteng sebuah kardus di tangan kirinya dan goodie bag di tangan kanannya.
"Wa'alaikumsalam. Kalau cari Ara, dia masih di kamar mandi!" Terdengar suara sahutan dari dapur. Suara Ilham.
Dengan segera Adam menghampiri Ilham di dapur. "Bro, sini ikut bantuin aku," bisiknya dan menarik tangan Ilham ke ruang tamu.
"Ngapain?"
"Mau buat kejutan buat ulang tahun Ara," ucap Adam sambil mengeluarkan kue tar dari kardus.
"Salah tanggal kamu, Dam? Ara ulang tahun 3 hari lagi!" ucap Ilham ngegas.
"Iya aku tahu. Tapi, aku jadi pendamping acara mahasiswaku dan pas Ara ulang tahun aku nggak ada di rumah. Jadi aku pengen bisa ngerayain ulang tahun bareng Ara meskipun belum waktunya sih. Udahlah jangan banyak tanya dulu."
"Terus aku mau bantuin apa?"
"Gini, kamu cegah Ara ke sini dulu, aku mau ganti baju sebentar."
"Kayaknya nggak perlu deh, Ara pup di kamar mandi, jadi pasti lama. Dia baru aja masuk ke sana. Jadi pasti cukup waktunya."
"Oh, gitu?"
Ilham mengangguk. "Aku tinggal ya? Nggak mau ganggu momen uwu-uwuan kalian, soalnya, takutnya aku uwuphobia," gurau Ilham sambil menepuk bahu Adam.
Adam terkekeh singkat kemudian mengangguk. "Oke, pulang aja kalau gitu."
"Dih, nggak ada basa-basinya, ditahan dulu atau apa gitu," kesal Ilham merasa dibuang oleh Adam.
"Kok buru-buru, Ham? Di sini dulu aja ntar makan kue bareng."
"TELAT! Dahlah, Dedeq pamit mau cari cewek yang bisa menerima apa adanya."
"Sana, biar bisa cepet nyusul aku."
Ilham menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Aku cari orang yang tepat bukan cari yang cepat. Nikah itu bukan lomba."
"Masya Allah sekali, Akhi," ucap Adam dengan nada takjub.
"Keren, 'kan kata-katanya? Ayo puji aku, bilang aku keren!" serunya membanggakan diri. Melihat kelakuan Ilham yang sedang membanggakan diri itu, Adam pun mengabaikannya.
Ilham berdehem saat sadar mendapatkan abaian dari Adam. "Wassalamu'alaikum. Sekian dan terima kasih," pamitnya.
"Thanks ya udah bantuin jaga Ara. Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan."
Suara air meluncur jatuh dari gayung menyadarkan Adam. Ia tersadar bahwa terlalu banyak bicara dengan Ilham dan waktu terus berjalan.
Ia dengan cepat menata kue dan hadiah di atas meja.
"Loh? Ada acara apa, Bang?" tanya Ara yang mengejutkan Adam.
"Ara! Kaget aku. Kamu ke sini kok nggak ada suara langkah kakinya."
Ara mendelik. "Ye! Dikira aku hantu apa?"
Adam terkekeh dan menuntun Ara untuk duduk di kursi ruang tamu.
"Ini buat kamu, Ra," ucap Adam.
Ara menjadi bingung. "Dalam rangka apa?"
"Ulang tahun kamu. Aku tahu masih 3 hari lagi. Tapi Abang ada tugas dan nggak bisa nemenin kamu di hari itu, padahal pengen banget rayain bareng. Jadi kita rayainnya dimajuin aja ya."
"Tapi... tulisan macam apa itu di kuenya?" tanya Ara saat membaca tulisan di kue.
Sedangkan Adam hanya tersenyum penuh makna. "Sedia payung sebelum hujan."
Flashback on!
"Di kuenya mau ditulis apa, Pak?" tanya penjaga toko kue yang Adam masuki.
Kalau ditulis HBD, belum harinya. Kalau selamat menikmati? Kayak tulisan di kardus hajatan aja. Hmm... dipikir-pikir, Ara makin sensitif dan sering marah-marah, terus aku juga belum nemu solusi buat Ara pas aku tinggal 3 hari 2 malam. Apapun solusinya, pasti bakal kena semprot dulu sama Bumil, pikir Adam.
"Pak?" panggil penjaga toko menyadarkan Adam.
"Kalau tulisannya satu kalimat agak panjang bisa?" tanya Adam.
Penjaga toko mengangguk. "Bisa, tapi ada tambahan harga untuk perhurufnya setelah melebihi batas gratis untuk tulisan."
"Baik, kalau gitu tulis. 'Maaf untuk entah kesalahan apa yang aku buat.'," ucap Adam membuat penjaga toko yang mencatat pun menahan tawanya. Mungkin ia berpikir, ada-ada saja orang semacam ini.
Hehe, sedia payung sebelum hujan. Kalau nanti kena marah, udah minta maaf duluan, pikirnya dengan senyum-senyum sendiri.
Flashback off!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda Dosenmu (Complete ✓)
RomanceSerangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain, menikahi dosen dengan rambut hitam legam dan segala paket plus-plus itu merupakan suatu rezeki nomplok, tapi bagi Ara tidak. Bagi Ara, kel...