Di dalam rumah, Ara sedang duduk diam dan bersadar dengan lemas. "Ra, jangan mikir aneh-aneh. Kamu tahu sendiri kan gimana Monika. Bisa aja Monika sengaja lakuin itu?" ucap Puput yang sedang duduk memeluk Ara.
"Iya aku tahu, tapi sakit banget hati aku, Put. Aku percaya sama Bang Adam, cuma hatiku masih nyut-nyutan. Kaget aja rasanya sampe lemes dan nggak tahu, nanonano aja."
"Seharusnya aku hajar dia," celetuk Andrian yang dihadiahi pelototan Puput.
"Kamu kok main tangan ke cewek?" tanya Puput.
"Bagi aku dia bukan cewek. Cewek apa yang tega nyakitin ibu hamil? Padahal dia juga punya rahim dan calon ibu."
"Ara!" seru Adam tiba-tiba saat memasuki rumah.
"Bang Adam ngapain di sini?" tanya Ara ketus.
"Kenapa kamu tadi ke kampus?"
Kok pertanyaannya Bang Adam gitu?
"Kenapa? Nggak boleh ke sana karena takut ganggu Abang pelukan sama Monika?"
Adam menggeleng. "Bukan itu, Ra."
"Terus? Ara tadi ke kampus buat bawain bekal Abang yang ketinggalan. Tapi Ara malah lihat pemandangan yang sangat indah. Waw. Lagian Bang Adam tahu darimana Ara di rumah?"
Puput mengangkat tangan. "Aku yang ngabarin. Sorry."
Ara mengelus perutnya yang terasa bergerak. "Abang balik aja ke kampus, Ara nggak mau ngomongin masalah ini dulu," ucap Ara kemudian hendak beranjak pergi.
"Ara! Tunggu sebentar!" Adam mencekal tangan Ara.
"Lepasin, Bang. Ara nggak mood mau ngomongin masalah ini. Ara mau tenangin diri dulu."
"Kamu salah paham!" seru Adam dengan nada tinggi membuat Ara cukup terkejut dan tersulut emosinya.
"Salah paham di bagian mananya? Jelas-jelas Ara lihat Bang Adam lagi pelukan sama Monika! Ara tahu, Ara ngaku kalau cemburu. Ara emang malu-maluin, nggak bisa jaga diri dibanding Monika. Ara sekarang juga gemuk, nggak kayak dulu lagi.
Kalau dipikir-pikir lagi, Monika emang lebih cantik daripada Ara, lebih nggak malu-maluin dan kelihatan berkelas. Beda sama Ara. Ara udah coba buat nggak cemburu. Tapi dipikir lagi tidak mungkin berhasil! Ara mau pergi dulu aja."
Adam menggeleng. "Kenapa harus pergi? Itu bukan pilihan yang bagus apalagi ditambah perut kamu yang udah mulai membesar."
"Ara nggak mau ngomong sama Bang Adam dulu. Jadi jangan cegah Ara!" ucap Ara tegas membuat Adam terdiam.
Andrian dan Puput yang masih duduk melihat pasangan sedang adu argumen itu menggelengkan kepalanya melihat respon Adam yang hanya diam.
"Duh, Pak Adam kok cuma diem aja! Larang dong! Bahaya tahu kalau Ara pergi sendirian!" geram Puput pelan pada Andrian.
"Bang, lepasin!" Ara menghentakkan tangannya, mencoba melepaskan genggaman tangan Adam. "Lepas—"
Cupppp!
Adam mencium bibir Ara tiba-tiba dengan dalam dan setetes air mata jatuh di pipinya.
Andrian dan Puput yang tadinya geram mendadak nampak syok melihat pemandangan suami-istri di depannya itu. Mata mereka membulat lebar dan bibir menganga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda Dosenmu (Complete ✓)
RomanceSerangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain, menikahi dosen dengan rambut hitam legam dan segala paket plus-plus itu merupakan suatu rezeki nomplok, tapi bagi Ara tidak. Bagi Ara, kel...