6.

839 90 0
                                    

Tanpa terasa waktu berkunjung Andrea di rumah Neneknya telah habis dan kini Andrea dan Tiffany tengah bersiap membenahi barang mereka yang sebenarnya memang tidak banyak.  Sebenarnya Andrea masih ingin berlama-lama tetapi apa daya karena hari liburnya telah habis dan besok ia harus melakukan kegiatan sehari-harinya yang melelahkan tetapi segera ia buang jauh-jauh karena semuanya ia lakukan untuk keluarganya serta biaya pengobatan Neneknya.  Sama halnya yang dirasakan oleh Andrea, Tiffany juga merasa berat hati meninggalkan Dhea dan Nenek karena disini ia mendapatkan kasih sayang yang sebenarnya dari keluarga dan semua itu ia dapatkan dari keluarga Andrea.  Nenek selalu memperlakukannya dengan penuh kasih dan memberikannya pelukan hangat yang sangat ia rindukan selama ini.

Melihat Andrea dan Tiffany yang tengah berbenah barang-barang mereka, membuat Dhea sedih karena setelah sekian lama Andrea tidak mengunjunginya dikarenakan waktunya yang sibuk akhirnya kakaknya datang mengunjunginya juga tapi mau bagaimana lagi karena semua mempunyai tanggung jawab masing-masing dengan kehidupannya sedangkan Nenek sendiri hanya bisa melihat cucunya membereskan barang-barangnya.  Begitu melihat Andrea menyudahi kegiatan packing dan menutup retsleting tasnya, Dhea segera memeluk kakaknya itu dari belakang.  Andrea tersenyum mengetahui bahwa Dhea memeluknya dan memutar tubuhnya agar bisa menatap wajah adiknya yang ia asumsikan kalau Dhea kini tengah memanyunkan bibirnya dan tebakannya benar.

“ ada apa dengan adik kakak ini huh?  Kok bibirnya manyun kayak bebek.”  Canda Andrea seraya menarik bibir Dhea.

Karena tindakan dari Andrea itu membuat Dhea bertambah merajuk, “ kakak mah!!”  rengek Dhea dengan manja dan Andrea semakin semangat mengerjai adiknya.

Andrea tahu kalau Dhea sekarang sedang sedih karena melihat dirinya dan Tiffany yang akan segera pulang beberapa jam lagi karena itu kini Andrea memeluk Dhea dengan erat, berharap mengurangi kesedihan yang sedang menimpa Dhea saat ini.

“ jangan sedih.  Kakak janji bakal datang kesini lagi jadi sekarang jangan manyun lagi oke?”  janji Andrea.

Mendengar janji yang diucapkan oleh Andrea, sedikit demi sedikit garis lengkungan bibir Dhea yang sebelumnya cemberut berubah menjadi tersenyum dan sekali lagi memeluk kakaknya dengan erat.  Kini sudah waktunya bagi mereka menuju stasiun kereta yang akan mengantarkan mereka pulang dengan diantar oleh Dhea dan Nenek.  Sebelum memasuki kereta, Andrea berpamitan dengan Neneknya terlebih dahulu.

“ Nek, Andrea pamit dulu ya.  Nanti kalau ada waktu lagi, aku akan mengunjungi Nenek lagi.  Pokoknya Nenek enggak boleh capek-capek, enggak boleh terlalu banyak bekerja.”  Kata Andrea sebelum berpisah.  “ Andrea janji akan mencari Rumah Sakit terbaik buat Nenek.”

Nenek hanya bisa tersenyum mendengar ucapan cucunya itu dan mengelus punggung Andrea penuh kasih.  “ iya Nenek tahu tapi kamu juga jangan terlalu memforsir diri kamu.”  Andrea mengangguk dengan nasehat yang diberikan Neneknya.  Andrea menoleh kearah adiknya yang kini sedang mengobrol dengan Tiffany dan memanggilnya.

“ kamu jaga Nenek dengan baik ya, pastiin Nenek enggak boleh terlalu capek dan kalau ada apa-apa, kamu harus mengabari kakak!”  perintah Andrea mengingatkan adiknya.

“ siap bos!”  Dhea mengangkat tangannya kekepalanya seperti prajurit menghormati jendralnya.

Kontan sikap Dhea barusan mengundang tawa mereka.

“ dasar kamu ini.”  Tawa Andrea sembari mengacak rambut Dhea yang tengah cengengesan kepadanya.

Saat kakak beradik sedang sibuk, Tiffany menghampiri Nenek untuk berpamitan.  Tiffany sangat berterima kasih karena kehadirannya diterima oleh keluarga Andrea.

“ terima kasih untuk beberapa hari ini, Tiffany sangat senang dengan apa yang aku alami disini dan maaf kalau Tiffany enggak sempat membawakan Nenek apa-apa kesini.”  Ucap Tiffany seraya memeluk Nenek.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang