38.

538 72 4
                                    

Di sebuah bandara ternama Indonesia yang berada di Tangerang terlihat cukup sibuk meskipun di pagi hari dan juga hari ini weekend sehingga semakin menambah kesibukan di area keberangkatan internasional termasuk rombongan Andrea saat ini berada.

Andrea memperhatikan adiknya yang sedang sibuk melakukan check in bagasinya dengan dibantu oleh beberapa dari bodyguardnya lalu salah satu dari bodyguard itu tidak sengaja menginjak kaki bodyguard yang lainnya sehingga menyebabkannya tersandung dan kemudian terjadilah sedikit cekcok namun tidak berlangsung lama karena Dhea menengahi sambil sedikit memarahi dengan suaranya yang cempreng karena sudah menjadikannya tontonan.

Andrea yang melihatnya segera tertawa, merasa kasihan pada bodyguardnya itu karena ia tahu suara cempreng adiknya sangatlah bisa merusak gendang telinga orang tetapi ia juga iri karena para bodyguardnya terlihat dekat dengan adiknya itu.

“ apa yang kamu ketawain?”

Andrea menoleh dan mendapati Tiffany yang sudah berada disampingnya sambil mengulurkan segelas kopi.  “ mau?”

Dengan mengucapkan terima kasih, Andrea mengambil gelas kopi kemudian menyesapnya dan senyuman langsung terukir dibibirnya karena kopi itu sesuai dengan seleranya.  Andrea senang karena Tiffany sepertinya sangat mengenal dirinya bahkan sampai hal seperti minuman kesukaannya.

Tidak lama kemudian ia melihat Dhea berjalan mendekatinya yang rupanya telah selesai dengan urusannya lalu Tiffany yang juga sudah membelikannya minuman, segera memberikannya pada orangnya.  Kini mereka bertiga duduk yang telah disediakan disana sambil menunggu panggilan pesawatnya.

“ udah kelar?  Enggak ada yang ketinggalan kan barang-barang kamu?”  Andrea langsung memborbardirnya dengan pertanyaan.  Andrea sangat mengkhawatirkan adik kesayangannya itu yang sedikit lagi akan hidup di Negara orang dan dia sebagai kakaknya tidak ada untuk mengawasinya disana.

Mengetahui kekhawatiran yang kakaknya rasakan saat ini, Dhea segera memeluknya.  Membayangkan akan jauh dari keluarganya yang selalu menjaganya apalagi mengingat kondisi kakaknya yang sampai saat ini masih belum stabil membuatnya kepikiran.  “ aku enggak usah pergi ya?”

Andrea langsung mendorong tubuh Dhea dan menatap wajah adiknya begitu mendengar apa yang baru saja didengarnya.  “ jangan bercanda!”  ia tidak menyukai kalau Dhea harus mengorbankan impiannya hanya karena dirinya.

Dengan penuh sayang ia mengusap rambut Dhea, memberikannya ciuman di dahi seperti biasanya.

“ kamu jangan khawatir lagipula masih ada kak Tiffany kan disamping kakak.”  Dhea menengok ke arah Tiffany yang sedang tersenyum kepadanya, memberitahukan kalau ia tidak perlu khawatir.

ughh..kakak bakalan kangen banget ama kamu.”  Dhea semakin mengeratkan pelukannya di tubuh kakaknya itu.  Sebuah airmata mengalir membasahi pipinya namun ia langsung menghapusnya, tidak ingin kakaknya mengetahuinya yang akan semakin membuatnya khawatir kepadanya.

“ jaga diri kamu disana.  Jangan telat makan.  Jang—“

“ jangan begadang dan bla bla bla...  Aku tau dan ingat semua.”  Dhea tahu apa yang akan selanjutnya kakaknya itu ucapkan maka dari itu ia segera memotongnya dan mengucapkannya sendiri.  “ aku pintar kan?”  dengan manjanya Dhea menelusupkan wajahnya di tubuh Andrea.

Andrea terkekeh dengan sifat manjanya sang adik.  Dhea memang selalu manja terhadapnya karena sedari kecil ia yang selalu menemaninya disaat mendiang neneknya sedang bekerja dan begitu ia sudah cukup dewasa untuk bekerja, semua tanggungjawab mencari uang mulai ia yang kerjakan.  Tidak menginginkan mendiang neneknya capek-capek lagi untuk bekerja.

“ adik kakak emang paling pintar.”  Ucapnya sembari mengacak-acak rambut Dhea yang hanya bisa tersenyum lebar dihadapannya.

Setelah puas memeluk sang kakak, Dhea beralih menghampiri Tiffany yang sedari tadi hanya menatap mereka yang sedang berpelukan mengucapkan salam perpisahan.  “ aku titip kakak sama kak Tiffany ya.”  Peluknya yang disambut baik oleh Tiffany.

“ siap bos!”  dengan jenaka Tiffany memberikan hormatnya pada Dhea yang segera menepuk pundaknya.  “ konyol banget dah.”  Tetapi Tiffany hanya tertawa.  Dhea pun ikut tertawa karena bagaimanapun, darinyalah Tiffany ikut bertingkah konyol sepertinya.

Mereka bertiga terus melanjutkan obrolannya sampai akhirnya panggilan penerbangan untuk Dhea menggema menghentikan aktifitas mereka.  Tibalah bagi mereka untuk berpisah entah sampai kapan mereka akan bertemu lagi.  Memikirkan itu saja sudah membuat Dhea sedih dan airmata yang sudah ditahannya, jatuh tidak terbendung lagi karena inilah waktu dimana ia akan berjauhan dengan sang kakak.

Sekali lagi Dhea memeluk Andrea dengan airmata yang sudah jatuh kepipinya dan membasahi pakaian sang kakak tetapi Andrea tidak memperdulikannya sama sekali karena yang ia perdulikan saat ini adalah memeluk adiknya sangat erat.

Tidak seperti adiknya yang menangis kencang, ia sebagai kakak harus bisa menahan kesedihannya karena bagaimanapun disini ia yang paling dewasa dan harus bisa untuk menyemangati adiknya yang akan menempuh dan mengejar impiannya.

“ jaga diri baik-baik gadis kecil kakak yang cantik ini hmm..”

Dhea mencoba tersenyum walau airmata masih mengalir membasahi pipinya dan membiarkan sang kakak mengusap airmata dari wajahnya.

“ aku udah gede.”  Dhea memberengutkan pipinya, tidak terima bila dikatakan gadis kecil sama kakaknya.

Andrea mencium kedua pipi Dhea, “ bagi kakak, kamu tetaplah gadis kecil kakak dan selamanya akan tetap seperti itu.”  Dan kali ini Dhea sama sekali tidak memprotesnya karena sebenarnya ia memang menyukainya.

Tidak ingin melepaskan pelukan masing-masing namun semua itu harus sirna karena pesawat yang akan membawanya pergi ke Negara orang sekali lagi memanggilnya sehingga dengan berat hati mereka harus melepaskan pelukannya.

Dengan dipeluk Tiffany yang berada disampingnya, Andrea terus memperhatikan Dhea yang sedang menunjukkan tiketnya pada petugas pesawat dan setelah diperiksa, barulah adiknya itu diperbolehkan masuk dan sebelum menghilang dari pandangannya, Dhea berbalik dimana tempat kakaknya berada sambil melambaikan tangan yang kemudian dibalas sama dirinya.

Walau ia sudah tidak bisa melihat keberadaan adiknya lagi, Andrea masih betah berdiri di tempatnya dengan terus melihat dimana Dhea pergi untuk mengejar impiannya.

Kakak mana yang hatinya tidak sedih bila adiknya harus pergi jauh dari jangkauannya tetapi ia harus bisa menahannya karena ini juga keinginannya yang menginginkan agar Dhea bisa hidup lebih baik dengan menyekolahkannya setinggi mungkin agar adiknya itu bisa meraih cita-cita yang selama ini diinginkannya.

Mengerti kesedihan yang dirasakan Andrea saat ini, Tiffany mengeratkan pelukannya pada tubuh sahabat yang sangat dicintainya itu.

“ hmm gimana kalau sekarang kita jalan-jalan?  Cuacanya bagus banget nih buat kita pergi!”  usulnya dengan menunjuk kamera kesayangannya yang tengah tergantung dilehernya.  Ia ingin mengembalikan semangat Andrea karena saat ini Andrea terlihat sangat lemas dan juga sedih.

come on!”  Tiffany langsung menarik Andrea yang sama sekali tidak bisa menghindar, membiarkan dirinya dibawa entah kemana.

Tiffany sendiri segera mengintruksikan supir yang sudah setia menunggu mereka di tempat parkir dengan diikuti bodyguard dari belakang dan menuju ke tempat yang bisa memulihkan semangat Andrea lagi dan membuatnya kembali tersenyum.

♠♠♠♠♠

Pulang kerja bukannya tidur malah langsung nongkrong disini 😅

sebenarnya part ini panjang banget tp sengaja gw potong karena gw cape buat meriksa dan edit sana sini dan jadinya seperti ini deh 😁😁😁😁 tp di part selanjutnya bakalan nyenengin kalian kok (klo suka) 😅

terima kasih yg udah nungguin,kasih vote dan juga komen cerita ini hehehehe

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang