40.

600 70 15
                                    

Bersamaan dengan kicauan burung di luar, terdengar dering handphone membangunkan salah satu penghuni kamar yang masih berada dibalik selimut dengan tangan memeluk seseorang yang masih betah dalam mimpinya, tak terganggu dengan bisingnya dering handphone yang kini meminta perhatian dari seseorang yang saat ini tengah menjulurkan tangannya, mengambil handphone yang berada diatas meja.

Tiffany mengucek matanya sebelum mengangkat yang rupanya video call dari Dhea.  Ia juga tak lupa membenarkan letak selimutnya pada tubuh telanjangnya sebelum mengangkat panggilan.

“ hai Dhe..”  sapanya pada Dhea yang terlihat antusias sambil melambaikan tangan kepadanya tetapi rasa antusias itu berganti menjadi rasa kaget melihat penampilan Tiffany dan juga melihat orang lain yang sedang tidur disampingnya dengan keadaan yang sama-sama tidak mengenakan apapun dibalik selimut.  Dan Dhea sangat mengenal sosok itu.

“ apa itu kak Andrea?? “ Dhea tidak menyangka akan mendapatkan pemandangan yang tidak terduga setelah ia sampai di negeri orang.

Niatnya hanya ingin memberikan kabar kepada kakaknya kalau ia telah sampai dengan selamat namun berulang kali telah menghubungi, kakaknya tak juga kunjung dapat ia hubungi karena itu ia sengaja menghubungi Tiffany, siapa tahu Tiffany mengetahui keberadaan kakaknya.

Dan disinilah ia berada, mendapati kakaknya berada disamping Tiffany dalam keadaan sama-sama tidak mengenakan pakaian apapun.

oh my god. “  hanya itu yang bisa Dhea ucapkan melihat pemandangan dari layar handphonenya.

Tiffany hanya bisa nyengir, tidak bisa mengelak apalagi menyangkal karena tidak menyangka kalau Dhea akan meneleponnya pagi-pagi seperti ini.  Ia tidak sempat untuk bersiap-siap.

Jangankan bersiap-siap, sekedar untuk bangun dari ranjangnya dengan Andrea yang berada disampingnya dengan memeluk tubuhnya, sangat sulit untuk ditolak.

“ gimana keadaan disana? “  alih-alih menanggapi atau memberi penjelasan, lebih baik menanyakan kondisi Dhea.

“ disini baik-baik aja dan aku juga baru banget sampe.  Tempat yang kakak udah siapin, bagus banget dan nyaman banget. “  Dhea mengarahkan handphonenya ke seluruh penjuru kamar agar Tiffany bisa melihat kamar yang akan ia tempati selama disana dan ia juga berterima kasih pada kakaknya yang sudah menyiapkan tempat tinggal untuknya.

Dhea masih berpikir bagaimana kakaknya bisa menyiapkan tempat tinggal untuknya dalam waktu singkat.

“ baguslah kalau kamu suka.  Kamu udah makan? “

“ udah kok, kakak tenang aja.  Hmm... “  Dhea menjeda ucapannya dan Tiffany bisa melihat seringai nakal diwajah Dhea.  “ kalian abis berapa ronde sih?”  tanya Dhea dengan jahil.

Bagaimana Dhea tidak bisa jahil kalau penampilan Tiffany saat ini mengundang rasa penasarannya.  Rambut yang rapi tapi masih terlihat sedikit berantakan dan jangan lupakan beberapa tanda hickey dileher dan juga pundak Tiffany.  Belum lagi tubuh yang hanya diselimuti sampai pundak.  Semua orang pasti akan berpikiran yang sama seperti Dhea bila melihat Tiffany sekarang.

“ udah deh, kamu jangan jahil gitu. “  Tiffany tidak menjawab pertanyaan dari Dhea karena sebenarnya ia baru bisa tertidur, atau lebih tepatnya – mereka baru tertidur jam 3 dini hari.

Bisa dibayangkan bagaimana mereka menghabiskan malam yang sangat panjang.  Belum lagi dengan Andrea yang selalu menggodanya, sentuhan Andrea pada tubuhnya yang selalu membuatnya terbuai dan membuatnya selalu mendamba akan sentuhannya.

Ditengah mengingat kejadian semalam, Tiffany tidak sadar kalau Dhea tengah memperhatikannya dan berasumsi kalau mereka telah melewatkan malam yang sangat indah, membuat jiwa jahilnya keluar begitu saja.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang