21.

615 85 11
                                    

Begitu pagi menyambut bergantinya hari yang lebih bersahabat dengan sinar mentari yang lembut serta udara yang terasa segar menambah semangat siapapun melakukan segala aktifitas tak terkecuali disalah satu ruangan Rumah Sakit dimana seseorang sedang dirawat.  Andrea membuka kelopak matanya menyesuaikan cahaya ruangan yang menyapanya begitu terbangun dipagi itu lalu mencoba meregangkan tangannya tetapi gerak tangannya terbatas karena adanya selang infus yang menempel ditangannya dan perhatiannya teralihkan menyadari Tiffany yang sudah tidak ada disampingnya.  Ia mengingat betul kalau Tiffany semalam menginap disana bersamanya, menemaninya yang memang tidak meyukai kesendirian diruangan yang menurutnya masih terlalu baru baginya dan seketika moodnya langsung suram karena ia ingin begitu terbangun, ia mau Tiffany ada disampingnya.  Saat sedang tenggelam dalam pikiran ditambah moodnya yang buruk, Andrea tidak menyadari seseorang memasuki ruangannya.

“ selamat pagi nona Andrea.”  sapa suster yang bertugas memeriksa Andrea.

“ pagi suster.”

“ gimana perasaan kamu hari ini?  Apa ada yang sakit?”  Tanya suster sambil menyiapkan peralatannya, menarik lembut tangan Andrea lalu mengecek tensi darahnya.

“ baik suster.”  Jawab Andrea yang moodnya masih buruk.

“ owh iya teman kamu nitip salam, dia minta maaf harus pergi sebelum kamu bangun karena katanya dia ada meeting pagi-pagi sekali.”  Suster memberitahu pesan yang dititipkan padanya sebelum Tiffany pergi.

Mendengar pesan yang diucapkan suster seketika moodnya yang tadinya buruk, berangsur membaik karena setidaknya Tiffany tidak sengaja meninggalkannya sendirian disana.  Perlahan senyuman menghiasi bibirnya yang tadinya terasa sulit untuknya.

“ nah udah selesai.  Nanti saya kesini lagi sekalian bawa sarapan untuk kamu.”  Kemudian suster itu pergi setelah sebelumnya menarik tirai jendela ruangan Andrea membiarkan cahaya pagi menyinari ruangan itu.

Andrea menoleh ke arah meja yang berada disamping kanannya, mencari handphonenya yang berada diatas meja lalu mengambilnya, mengecek apa ada sms dan email masuk disana.  Sambil membaca semua yang ada dihandphonenya, terdengar ketukan dipintu ruanganya lalu masuk seseorang yang rupanya Naya sekretarisnya.  Sepertinya ia telah mendapat kabar kalau bosnya itu masuk ke Rumah Sakit yang berujung juga mendapat dampratan dari orang yang mempekerjakannya karena lalai tidak mengawasi Andrea dengan baik.  Sebelum Naya ke Rumah Sakit, ia terlebih dahulu dipanggil ke kantor yang sudah ia ketahui penyebab mengapa ia disuruh menghadap Jane karena semalam ia mendapat kabar kalau Andrea pingsan disebuah restoran dan dilarikan ke Rumah Sakit.  Naya langsung masuk ke ruangan Jane yang sudah menunggunya dengan wajah geram dibalik meja kerjanya.  Pasrah dengan apa yang akan didapatnya karena ia juga menyadari kesalahannya dengan membiarkan Andrea memaksanya untuk melewatkan waktu makan siangnya.  Berjam-jam ia merelakan kupingnya panas dimarahi Jane serta tidak akan mengulangi kelalaiannya itu.

“ bagaimana kondisi ibu?  Maaf saya baru bisa jenguk karena sebelumnya saya harus ke kantor dulu.”  Naya duduk dikursi yang ditunjuk Andrea kepadanya.

“ enggak apa-apa lagipula saya juga udah mendingan kok, bukan hal serius juga.”  Terang Andrea.  “ gimana keadaan kantor?  Tidak ada masalah kan?”  Tanya Andrea menaruh kembali handphonenya ke atas meja.

“ hm enggak ada kok.”  Naya sengaja tidak menceritakan mengenai dirinya yang mendapat peringatan dari Jane karena Andrea tidak tahu kalau Naya bukan hanya menjadi sekretaris pribadinya tetapi juga memantau dan memastikan kalau Andrea telah menguasai semua tentang perusahaan seperti yang Jane dan orang itu harapkan dari Andrea.

“ baguslah kalau begitu.  Maaf kalau beberapa hari ini kamu akan sibuk menggantikan saya karena Dokter tidak mengizinkan saya keluar dalam waktu cepat.”

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang