"Joshua di mana? Bisa jemput aku?"
"Maaf. Aku masih ada pekerjaan. Pulang naik taksi saja ya. "
Aku menutup panggilan telepon. Kemudian mulai berjalan menyusuri jalanan sepi. Sepi? Mungkin bisa dibilang tidak demikian. Seoul selalu ramai, katanya dia tidak pernah tidur. Pun dengan malam ini. Setiap sudut kota selalu memiliki cerita. Termasuk di salah satu sudut di mana aku tengah berjalan dengan sisa dayaku, seorang diri. Itulah kenapa aku mengatakan bahwa jalanan ini sepi. Hanya ada aku, dan aku. Sendiri.
Ting
Suara ponsel terdengar menandakan ada pesan masuk. Dan lagi nama Joshua ada di sana dengan sebaris pesan sederhana yang manis.
'Kalau sudah sampai di rumah makanlah lebih dulu. Aku lembur, jangan menungguku.'
Dan aku tersenyum. Joshua dan sisi pedulinya yang sedikit berbeda selalu menggetarkan hatiku. Dan aku bahagia, meski berjalan seorang diri. Karena aku tahu Joshua selalu ada bersamaku. Mengisi hati dan pikiranku.
"Belum tidur?"
Joshua masuk ke dalam kamar kami tepat jam sebelas malam. Dan aku masih terjaga dengan sebuah buku yang belum selesai aku baca.
"Belum. Kau mau makan Jo?"
"Aku sudah makan. Kan aku sudah katakan jangan menungguku. Tidurlah lebih dulu."
Joshua menghampiriku lalu duduk di sisi tempat tidur. Menatapku seperti biasa, dengan tatapan lembutnya.
"Aku tidak menunggumu Jo. Aku sedang menyelesaikan buku ini."
"Begitu ya? Baiklah aku perlu membersihkan diriku. Setelah itu kita tidur."
Aku mengangguk lalu tangan Joshua terulur mengusap kepalaku. Dan itu manis. Manis sekali.
Setelah lima belas menit akhirnya Joshua keluar dari kamar mandi. Dia menatapku sekilas sebelum berjalan ke sisi tempat tidur yang lain dan merebahkan dirinya.
"Ayo tidur."
Aku juga membaringkan tubuhku. Lalu menarik selimut. Aku memang sudah mengantuk.
"Ada bingkisan di luar, dari siapa?"
"Tadi bibi di sebelah rumah memberikan oleh-oleh dari kampung halamannya."
"Aku kira dari siapa."
Dan setelah itu obrolan terputus. Joshua mematikan lampu, membuat kamar ini benar-benar gelap.
"Selamat tidur."
"Selamat tidur juga Joshua."
Sebuah tangan terulur memeluk tubuhku. Tentu itu tangan Joshua.
"Jo...."
Aku melepaskan tangan Joshua yang memelukku. Dia harusnya tahu ini tidak boleh.
"Maaf..."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
FanfictionThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️