"Sudah?"
"Belum. Lagi Han"
Jeonghan menghela nafasnya. Matanya sudah berair. Dia membuka lembaran buku itu dengan kasar. Ketara sekali dia sedang menahan kesal tapi tidak punya daya untuk menolak.
"Pada suatu hari hiduplah seorang putri yang hidup terkurung dalam sebuah menara tua...."
Aku mendengarkannya dengan antusias. Jeonghan membacakan buku dongeng anak - anak dengan malas. Tepatnya sudah malas karena itu sudah buku ke lima. Dan sekarang sudah jam 12 malam. Tapi aku belum mengantuk sama sekali.
Aku terkekeh pelan melihatnya begitu memaksakan diri. Ini semua karena kehamilanku, aku sedang hamil empat bulan. Sore tadi aku menarik Jeonghan yang baru saja pulang bekerja untuk pergi ke toko buku. Mungkin aku mengidam. Dengan terpaksa Jeonghan menurutiku. Akhirnya aku membeli sekitar sepuluh buku dongeng dan sejak jam sembilan malam tadi aku meminta Jeonghan membacakan buku - buku itu. Awalnya Jeonghan menolak dengan berbagai alasan, tapi akhirnya dia kalah. Katanya ini semua demi anaknya.
"..... Sang putri bernyanyi setiap hari berharap ada seseorang yang menolong dan mengeluarkannya dari menara itu"
Jeonghan tetap membaca buku dongengnya, sambil sesekali mengusap perutku dengan rasa sayang. Manis sekali. Ya, karena aku sedang hamil mangkannya dia bersikap manis. Jika tidak, entah sudah berapa lembar kertas yang aku habiskan untuk menuliskan segala kejahilannya.
"..... Hingga suatu hari seorang pangeran datang dengan menaiki kuda putih yang gagah. Pangeran itu berusaha menyelamatkan Sang Putri dengan segala upaya"
"Wahh romantis sekali"
"Dengarkan dulu sampai habis"
Aku mendengus kesal, kemudian terdiam untuk mendengar lanjutan dongengnya.
"Akhirnya Pangeran berhasil membawa turun Sang Putri. Sang Putri berterimakasih kepada pangeran, dan berpikir Pangeran pasti mencintainya karena berusaha keras menyelamatkannya"
"....Tapi pengeran berkata 'aku menyelamatkanmu demi rakyatku, mereka ingin kau berhenti bernyanyi karena nyanyianmu itu sangat buruk. Sekarang pergi jauhlah dari desaku.' "
Hah? Kenapa akhirnya seperti itu?
"Tamat. Nah sekarang waktunya tidur ya istriku tersayang"
Jeonghan menutup buku dongengnya lalu membawaku untuk berbaring.
"Tunggu!"
Jeonghan yang baru saja menutup matanya terpaksa terbangun kembali.
"Apa lagi??"
"Akhirnya tidak seperti itu. Kau mengarang ya? Sini aku lihat bukunya"
Jeonghan mengambil buku dongeng itu, tapi bukannya memberikan bukunya padaku dia malah melemparnya jauh. Seperti biasa Yoon Jeonghan dan segala kelicikannya.
"Aku tidak mengarang, aku hanya membuat akhir yang berbeda. Ayo tidur. Anak ayah sudah mengantuk kan?"
Jeonghan kembali berbaring dan menutupi dirinya dengan selimut. Kalau saja aku tidak sedang hamil sudah dipastikan aku akan mengibarkan bendera perang kepadanya, dan akhirnya kami berdua akan berakhir dengan perang bantal sampai aku kalah dan Yoon Jeonghan dengan kuasanya akan mengerjaiku sampai aku minta ampun.
Malam ini kau selamat Yoon Jeonghan karena aku sedang hamil anakmu. Jika tidak aku benar- benar akan membun— menciummu saja, karena kau tampan dan juga manis.
Baiklah. Terimakasih ayah Jeonghan atas dongengnya malam ini. Selamat malam dan mimpi indah.
FIN.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
FanfictionThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️