Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun Mingyu selamat ulang tahun..."
Hari ini tengah malam, hari sudah berganti, enam april pukul dua belas malam lebih dua menit. Udaranya dingin, tapi di sini terasa hangat karena sebuah lilin menyala di atas kue berlapis cokelat. Aku bertepuk tangan ketika lagu selesai aku nyanyikan. Kemudian tertawa pelan. Aku bahagia setiap tanggal enam April tiba setiap tahunnya. Aku selalu merasakan kebahagiaan yang tidak terkira, karena aku selalu bersyukur pada hari ini dua puluh empat tahun lalu seseorang lahir ke dunia. Entah ada berapa juta orang yang lahir ke dunia pada tanggal ini, tapi lagi - lagi aku bersyukur, kau jadi salah satunya.
Untuk ibumu yang telah berjuang antara hidup dan mati saat melahirkanmu, aku sangat berterimakasih. Juga kau yang telah bertahan sampai hari ini, melewati berbagai warna hidup yang tidak selamanya indah aku juga berterimakasih. Aku hanya ingin kau mengetahui sesuatu, kau- kau itu sangat berharga. Aku yakin bukan aku saja yang merasa begitu. Sekali lagi, terimakasih karena telah lahir.
"Kenapa kau selalu merayakan ulang tahunku? Padahal aku tidak ada di sana bersamamu. Sebaiknya kau tidur."
Panggilan video berlangsung, aku menyapa si pemilik acara yang sedang berulang tahun.
"Dengan begini aku merasa kau ada di sini Gyu, bersamaku."
"Hahaha..."
Dia tertawa, selalu seperti itu. Suara tawanya yang khas selalu menjadi favoritku.
"Aku selalu merasa ini lucu. Dua tahun sudah kita menjalin hubungan ini, dan kau selalu sama. Merayakan ulang tahunku tanpa diriku."
"Bukan masalah. Bisa menatapmu melalui layar ponsel ini sudah lebih dari cukup. Kau dimana? Masih belum bisa pulang?"
Pria jangkung itu meregangkan otot-ototnya, lalu mengusap kasar wajahnya. Semua pergerakannya tidak luput dari pandanganku. Sampai dia berhenti dan fokus kembali menatapku.
"Aku di kantor. Belum bisa pulang, masih ada pekerjaan."
"Aku rindu.."
Sedikit memalukan memang. Tapi aku harus jujur, aku rindu. Aku merindukannya, sangat.
"Aku juga merindukanmu. Sebentar lagi aku pulang ya. Akh entah kenapa setiap tanggal lima April aku selalu lembur sampai larut jadi aku kan tidak bisa merayakan ulang tahun bersamamu."
Wajahnya menunjukan ekspresi kecewa.
"Memang sedikit menyedihkan. Cepat pulang ya. Besok pagi aku buatkan sup rumput laut."
"Iya sayang. Aku selesaikan ini dulu. Aku mencintaimu."
"Aku juga Mingyu."
Dia tersenyum sebelum melambaikan tangannya lalu memutus panggilan video kami.