Awalnya aku gugup saat melihatmu duduk di salah satu kursi, kau sedang tertawa bersama teman - temanmu. Kau begitu tampan dengan setelan formal itu, dasi kupu - kupu yang menjadi favoritmu menjadi penghias penampilanmu malam ini.
"Bukankah dasi kupu - kupu ini cocok untukku?"
"Kau terlihat tampan Wonwoo"
"Aku akan menggunakan tuxedo dan dasi kupu - kupu ini di hari istimewa kita"
Kilasan percakapan itu kembali berputar di ingatanku. Kenangan indah nan menyakitkan itu terus datang meski aku enggan mengingatnya kembali.
Aku mencoba menetralkan pikiranku. Aku melihat kau tertawa bahagia disana, dan aku juga harus bisa tertawa sepertimu. Aku harus sembuh dari luka ini, dan aku harus berhenti mencintaimu Wonwoo.
"Kau harus berdoa kemudian terbangkan lampion ini. Biarkan lampion ini membawa doamu terbang agar Tuhan segera mengabulkannya"
Aku ingat malam itu, kita menerbangkan dua lampion dengan harapan yang berbeda satu sama lain. Aku berdoa agar aku bisa mencintaimu selamanya. Dan kau mengatakan doamu adalah-
"Aku berharap bisa melihatmu memakai gaun putih dan berjalan di altar. Hari itu akan menjadi hari yang sangat membahagiakan untuk kita"
Gaun putih. Aku meremas kuat gaun putih yang aku kenakan. Dulu doaku sederhana, aku hanya berdoa agar aku bisa mencintaimu selamanya. Dan ternyata tuhan mengabulkan doaku. Aku terjebak selamanya dalam cintamu Wonwoo. Aku tidak bisa untuk tidak mencintaimu. Sampai hari ini juga perasaanku padamu masih sama.
Dan Tuhan juga mengabulkan doamu. Hari ini kau bisa melihatku berjalan di altar dengan gaun berwarna putih. Di hari yang membahagiakan untuk kita, ya benar membahagiakan untukku dan juga untukmu. Tapi aku sadar aku dan kau tidak bisa lagi menjadi kita. Dengan kata lain kita bahagia dengan kebahagiaan kita masing - masing.
Aku berjalan di atas altar dengan sebuah buket bunga dalam genggaman, langkahku terasa amat sangat berat saat aku melihat dari ekor mataku kau tengah menatapku dengan sebuah senyum tipis.
Senyum itu seakan menjelaskan segalanya. Kau melepaskanku dan merelakan aku menikah dengan dia. Pria yang tengah menungguku di ujung altar. Pria yang sudah lama menjadi sahabatmu.
"Aku dijodohkan, aku tidak bisa menolak. Ini demi keluargaku. Kita harus berpisah"
"Wonwoo tapi kita...."
"Aku mencintaimu tapi aku harus melepaskanmu. Kau harus bahagia dan melepaskan aku juga"
Kenangan lima tahun lalu begitu menyakitkan untukku. Perpisahan adalah awal baru untuk sebuah perjalanan. Dan aku dengan susah payah berusaha untuk memulai perjalananku lagi.
Aku menyambut uluran tangannya, pria yang dalam hitungan menit akan mengucap janji suci pernikahan bersamaku di hadapan Tuhan. Dia menggenggam tanganku. Saat mata kami beradu pandang, dia tersenyum dengan sangat manis. Tatapannya seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik - baik saja. Dan aku akan bahagia karena telah memilihnya. Sementara dia meyakinkan aku dengan tatapan matanya, aku sendiri sibuk melafalkan namanya ribuan kali di dalam hatiku. Berharap pria ini akan mengisi setiap ruang di hati dan pikiranku, menggantikan seorang Jeon Wonwoo, pria yang dulu selalu aku lafalkan namanya jutaan kali agar memenuhi hati dan pikiranku.
"Selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian selalu bahagia"
Aku mencoba tersenyum saat Wonwoo memberi selamat atas pernikahanku. Meski aku masih merasakan sakit saat melihatnya datang bersama perempuan yang dulu di jodohkan dengannya dan kini telah menjadi istrinya.
"Appa aku ingin es krim"
Ah ya. Jangan lupakan anaknya juga. Sungguh potret keluarga bahagia. Dulu aku menyangka Wonwoo akan sulit melupakanku, mengingat selama kami berhubungan dia terlihat sangat mencintaiku. Tapi rupanya perjodohan yang di lakukan keluarganya bukanlah masalah besar untuknya, sekarang dia bahagia dengan istri dan anaknya. Dan bahkan Wonwoo masih bisa datang ke acara pernikahanku dengan sahabatnya.
Wonwoo sembuh dengan cepat. Harusnya aku juga begitu.
"Kau baik - baik saja?"
Aku menoleh saat merasakan genggaman di tanganku. Pria yang kini sudah resmi menjadi suamiku ini menatapku khawatir saat mendapati aku masih menatap kepergian Wonwoo dan keluarganya.
"Aku baik - baik saja"
Pria itu tersenyum saat mendengar jawabanku. Ya aku baik - baik saja. Itu suatu keharusan.
Wonwoo sudah bahagia dengan kehidupan barunya. Akupun harus bahagia dengan kehidupan baruku. Kita berdua hanya bagian dari masa lalu satu sama lain. Dan tidak seharusnya aku terus menerus hidup dalam masa lalu dan segala lukanya itu.
"Aku akan membuatmu bahagia. Aku berjanji"
Sebuah bisikan dan usapan lembut di pundak menyadarkan aku dari lamunan panjangku. Lagi - lagi aku mendapati pria itu tengah tersenyum hangat padaku.
"Aku juga ingin bahagia bersamamu"
Bukan sebuah bualan, tapi sesungguhnya aku memang sangat ingin hidup bahagia dengan pria ini. Aku ingin melepaskan semua kenanganku dengan Wonwoo. Aku ingin memulai kembali perjalananku dengan pria ini. Seperti Wonwoo yang sudah bahagia dengan istri dan anaknya. Akupun ingin bahagia bersama dengan pria ini dan anak kita nanti.
"Berjanjilah untuk mencintaiku selamanya..."
"Kau juga, berjanjilah untuk mencintaiku selamanya Kim Mingyu..."
-Fin
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
FanficThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️