"Aku mau kita selesai."
"Maksudmu?"
Aku memberinya tatapan tajam. Sedangkan dia menatapku dengan pandangan heran. Kedua alisnya bertaut.
"Aku mau kita putus."
"Serius?"
"Iya. Aku serius Wonwoo."
Wonwoo, kekasih- ah tidak mantan kekasih yang sudah menemaniku selama empat tahun belakangan ini tidak memberikan reaksi apapun. Dia membuka Hoodie berwarna hitam yang di kenakannya lalu menaruhnya di sandaran sofa. Tanpa berkata apapun dia melangkahkan kaki menuju dapur, membuka kulkas lalu meneguk satu botol air mineral dengan santainya.
"Wonwoo!"
Aku mengikuti langkahnya dari belakang.
"Sebentar ya, aku lelah pulang kerja."
Aku diam. Kemudian memperhatikan gerak - geriknya. Dia membuka kaus hitam yang membungkus tubuhnya hingga tubuh atasnya terekspos dengan jelas. Dia melangkahkan kaki menuju kamar mandi, tidak lama terdengar gemericik air. Dia mandi rupanya.
Sudah menjadi kebiasaan, kalau dia malas pulang ke apartemennya dia pasti akan mampir ke apartemen milikku. Melakukan semuanya di sini, dari mandi, makan, hingga tidur. Dia bersikap seakan - akan tempat ini adalah miliknya sendiri. Mungkin karena kami sudah lama bersama jadi sudah tidak ada batas lagi. Butuh waktu sekitar lima belas menit sampai dia menyelesaikan ritual mandinya dan keluar dengan wangi sabun yang menyeruak memenuhi indera penciumanku. Itu sabunku, dan dia selalu menggunakan itu saat mandi di sini. Jadi kami memiliki aroma yang sama, itu menenangkan. Aku suka.
"Ada makanan apa? Aku lapar."
Oh ternyata sekarang dia malah sibuk membongkar isi lemari pendingin, mencari makanan yang bisa mengisi perutnya.
"Tidak ada."
"Kau belum makan?"
Tanyanya khawatir. Aku menggeleng, lalu mendekatkan diriku padanya.
"Wonwoo, kita butuh bicara. Aku mau putus."
"Iya sebentar, aku lapar. Roti tidak ada?"
Sial. Kenapa dia bisa sesantai ini? Apa dia tidak menganggap serius ucapanku?
"Nu...?"
"Hmm?"
Ini yang membuatku kadang benci kepada seorang Jeon Wonwoo. Dia itu sangat kaku. Tidak tertebak.
"Wonwoo, aku mau bicara."
Mendengar nada suaraku yang melemah membuat Wonwoo menoleh. Lalu tanpa mengatakan apapun dia menarikku menuju sofa di depan televisi. Spot favorit kami menghabiskan malam untuk sekedar berbincang atau menonton film bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
Fiksi PenggemarThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️