~lanjutan imagine sebelumnya~
"Kau datang?"
"Aku sudah berjanji"
Aku tertawa, bukan tawa bahagia. Tawa hambar yang terasa kosong tanpa emosi di dalamnya.
"Janji kita memang tidak memiliki tenggat waktu yang pasti. Tapi? Pikirkan perasaanku Kim Mingyu"
"Maaf"
Aku menatap hamparan laut yang membentang di hadapanku. Selama 2 bulan ini aku tinggal di sebuah rumah yang Mingyu hadiahkan sebagai kado untuk pernikahan kami. Rumah impianku, rumah sejuk yang langsung memiliki pemandangan laut indah saat aku membuka pintu belakang.
Aku terlalu berharap banyak pada Mingyu, aku kira dia akan langsung menyelesaikan permasalahannya dalam waktu cepat. Tapi nyatanya, tepat 2 bulan 7 hari dia baru menginjakan kaki di rumah ini.
"Kenapa lama sekali?"
"Aku harus menyelesaikan semuanya"
Aku mengangguk kemudian melangkahkan kakiku ke dapur untuk mengambilkannya segelas air. Dari ekor mataku, aku bisa melihat Mingyu mengikuti langkahku dari belakang.
"Aku melepaskannya.."
Tanganku yang tengah menuang air kedalam gelas, otomatis menghentikan kegiatannya saat mendengar perkataan Mingyu.
"Melepaskan apa?"
"Kau tidak menonton tv?"
"Disini tidak ada televisi"
Memang benar, aku sengaja tidak memasang televisi di rumah ini. Kegiatanku selama ini hanya membaca buku dan menulis di laptop. Itu saja.
"Aku melepaskan karirku"
"Kim Mingyu? Kau gila?!"
"Aku tidak gila, itu keputusanku. Media sudah mengetahui perihal perempuan itu dan anaknya. Media tidak berpihak padaku, citraku sudah buruk. Maka dari itu aku memutuskan untuk melepaskan karirku, dan memulai kembali segalanya denganmu"
Aku menatap matanya yang kini berair. Mingyu terlihat lemah, bahkan tubuhnya jauh lebih kurus.
"Menjadi Artis adalah mimpimu sejak lama Gyu, kenapa menyerah secepat ini?"
"Aku sudah mencoba bertahan. Tapi aku sadar jika aku ingin mendapatkan suatu hal, maka aku harus bisa melepaskan hal lainnya. Aku tidak bisa serakah dan mendapatkan keduanya. Aku memilihmu, aku tidak bisa hidup tanpamu"
Mingyu mendekat padaku, kedua tangannya menggenggam tanganku. Aku bisa melihat kesungguhan dari kedua matanya.
"Maaf, karena aku meninggalkanmu disaat kau tengah berjuang. Harusnya aku menemanimu"
Mingyu menggelengkan kepalanya,
"Jangan meminta maaf. Ini masalahku, kau tidak seharusnya terlibat. Maaf karena menyakitimu, kau harus percaya padaku aku tidak ada hubungan apapun dengan wanita itu"
"Sejak awal aku percaya, rasa sakit hati yang membuatku memilih menepi dan meninggalkanmu"
Akhirnya aku memilih mengalah akan egoku sendiri. Akhirnya aku memilih untuk menerima Mingyu kembali. Karena walau bagaimanapun, Kim Mingyu tetaplah Kim Mingyu. Cinta pertamaku, suamiku, dan teman hidupku yang sudah sejak lama menemani perjalananku.
"Ada hadiah untukmu..."
Mingyu menatapku heran, aku menariknya menuju kamarku.
"Hadiah apa? Bukan sesuatu yang buruk kan?"
Aku tertawa, sepertinya Mingyu masih takut aku melakukan hal yang tidak - tidak.
"Bukalah.."
Aku menyerahkan sebuah kotak hitam dengan pita berwarna biru.
"Aku gugup, apakah ini hadiah yang bagus?"
Aku mengangkat bahuku, tidak memberi jawaban atas pertanyaan Mingyu. Dari wajahnya Mingyu terlihat sangat gugup.
"Apa ini? Jangan bercanda. Ini...milikmu?"
Aku mengangguk, tanpa aba - aba Mingyu langsung memelukku dan mengatakan terimakasih berkali - kali padaku.
"Kenapa tidak bilang padaku? Ya Tuhan aku adalah suami dan ayah yang jahat"
"Maaf, saat tiba disini aku baru tahu kalau aku tengah mengandung anakmu. Usianya sudah 3 bulan"
"Jadi saat pertengkaran kita hari itu, kau sudah hamil?"
"Iya, tapi akupun tidak tahu"
Mingyu memelukku lagi, tangannya mengusap punggungku dengan lembut. Ada sebuah ketenangan saat dia merengkuhku. Tempat yang selalu jadi favoritku, yakni pelukannya.
"Terimakasih. Ini hadiah terindah yang pernah aku dapatkan"
"Kau akan jadi ayah Gyu"
"Aku bahagia, aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku sangat bahagia"
"Aku juga aku sangat bahagia. Penantianku akhirnya tidak sia - sia. Awalnya aku mengira kau tidak akan pernah datang ke rumah ini, aku hampir menyerah untuk menunggumu. Tapi sepertinya anakmu sangat merindukan ayahnya, jadi aku bisa bertahan sampai hari ini"
"Maaf aku tidak datang lebih awal. Maaf aku membiarkanmu sendiri disini dan kesepian, kau pasti mengalami banyak kesulitan kan?"
Benar. Tidak dapat aku pungkiri bahwa bertahan sejauh ini adalah hal yang sulit. Apalagi kondisiku sedang hamil. Tapi aku tidak pernah menyesal karena menunggu Mingyu sampai hari ini.
"Kita bisa memulai segalanya dari awal kan? Aku akan jadi suami dan ayah yang lebih baik lagi untuk kalian"
Aku mengangguk, membuat Mingyu tersenyum lebar.
Masalah hanya bagian dari proses pendewasaan. Dan Kim Mingyu, terimakasih karena kau selalu menjadi bagian dari proses itu.Terimakasih Kim Mingyu~
-Fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
FanficThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️