Senja. Katanya punya berjuta makna. Cinta, benci, kerinduan, dan penantian. Saat senja tiba semua perasaan seakan membuncah meminta kebebasan. Senja itu katanya rumit, untuk sebagian orang yang menyimpan banyak cerita dan juga luka.
Tapi bagiku, senja hanya tentang dia. Pria yang selalu menemaniku duduk di salah satu kursi taman hanya untuk menyaksikan panorama matahari tenggelam di ufuk barat. Aku tidak mengenalnya, kita hanya duduk berdampingan di kursi usang itu dengan pikiran masing - masing.
Aku dan dia memiliki cerita yang berbeda satu sama lain, tapi senja menyatukan kita berdua menjadi satu kisah yang utuh.
"Kau menyukainya?"
Itu adalah kalimat pertama yang aku dengar darinya.
"Menyukai apa?"
"Senja"
"Iya, aku sangat menyukainya. Menikmati bagaimana hari berganti menjadi malam"
Pria itu mengangguk mendengar jawabanku. Setelahnya hanya hening yang tersisa di antara kami.
"Aku lebih suka langit daripada senja"
Aku menoleh, pria itu bicara tanpa menatapku. Aku melihatnya sibuk memandangi objek yang menjadi kesukaannya. Yakni, Langit.
"Alasannya?"
"Senja tidak akan berarti apa - apa tanpa langit. Dibandingkan menjadi objek dari keindahan itu sendiri, aku lebih suka pada alasan kenapa dia menjadi indah"
"Tapi senja memiliki keindahannya sendiri"
"Karena langit menopangnya, karena langit menjadi kanvas alami untuk segala keindahan yang kau nikmati saat ini"
Aku terdiam. Caranya menatap dunia dan caranya berkisah tentang apa yang dia pikirkan begitu menyentuh sisi hatiku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
FanfictionThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️