"Joshua! aku sudah bilang kalau habis mandi handuknya gantung, basah ini kena kasur"
"Aku gantung sekarang, maaf ya sayang"
"Kebiasaan"
Suara lembutnya terdengar sangat jelas. Handuk berwarna biru favoritnya langsung aku lipat, aku menaruhnya di bagian paling atas lemari agar saat Joshua pulang dia bisa langsung memakainya.
"Jo! Masakan kamu sangat enak, lain kali masak lagi ya"
"Siap tuan putri!"
Aku melewati dapur. Hari pertama saat aku menjadi istrinya dia memasak sup ayam paling enak yang pernah aku rasakan. Dengan senyum manisnya dia berjanji akan memasak lagi untukku. Ha ha ha.
"Pakai selimut, nanti kedinginan"
Aku menaikan selimutku sampai sebatas leher, suara lembutnya terdengar lagi. Entah kenapa hanya suaranya saja bisa menjadi candu untukku.
"Ciuman selamat malam, rutinitas, jangan sampai lupa"
"Iya sayang"
Aku menutup mataku ketika merasakan ciuman di dahiku. Hangat, tapi dingin.
"Bangun, minum obat"
Aku terbangun saat merasakan tepukan di pipiku, kepalaku terasa berat saat mencoba bangun.
Ah, aku sakit lagi.
Aku menerima satu butir obat, kemudian langsung meminumnya.
"Terimakasih, Mingyu"
Tanpa bicara pria itu hanya merespon dengan menganggukkan kepalanya, plus senyuman hangat yang selalu dia tunjukan padaku.
"Captain Joshua ada jadwal penerbangan kemana hari ini?"
Mingyu terdiam. Pria yang masih mengenakan seragamnya itu menghampirku lagi dengan nampan yang penuh dengan makanan.
"Ah maaf"
Aku langsung meminta maaf saat menyadari wajah Mingyu berubah menjadi dingin. Aku salah bicara lagi.
"Noona harus makan"
Aku hanya menatap menu makanan di depanku. Sup ayam?
"Sup ayam untuk istriku tercinta, selamat hari jadi pernikahan yang ke satu bulan. Maaf aku baru bisa menepati janjiku hari ini. Jadwal penerbangan padat"
Aku tersenyum ketika memori itu berputar di pikiranku.
"Noona?"
"Aku tidak lapar Mingyu. Sebaiknya kau pergi"
Tanpa bantahan Mingyu langsung menaruh nampan berisi makanan itu di nakas kemudian dia melangkah keluar dari kamarku.
"Noona.."
Mingyu berbalik, menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan.
"Aku disini karena Jisoo Hyung. Jangan seperti ini terus, Jisoo Hyung akan sedih"
Aku tersenyum kemudian menganggukkan kepalaku. Mingyu tidak bicara lagi, dia kembali berjalan kemudian menghilang di balik pintu.
Aku masih tersenyum menatap kepergiannya. Mingyu selalu sebaik itu padaku. Tapi aku tidak bisa bersembunyi di balik senyumanku lagi. Aku tidak bisa terus bersikap seakan baik baik saja.
"Noona, Jisoo Hyung pergi"
"Dia pamit padaku pagi ini. Aku tahu besok dia akan mendarat dan pulang ke rumah"
"Tidak. Noona..."
"Sekarang dia menitipkan apa padamu? Minggu lalu oleh - oleh dari Dubai dia titipkan padamu. Sekarang apa lagi?"
"Jisoo Hyung tidak akan pernah kembali. Dia menitipkanmu padaku"
Aku menyangkal perkataan Mingyu, aku tidak percaya bahkan sampai hari ini. Aku yakin Joshua akan pulang.
Aku beranjak, melangkahkan kakiku menuju satu ruangan usang yang 3 tahun ini selalu tertutup dan tidak pernah tersentuh.
Aku menarik sebuah laci, menyentuh satu satunya figura yang ada di dalamnya.
"Apa kabar Jo? Apa surga lebih indah daripada rumah kita? Pulanglah, kapanpun kau datang aku pasti akan menyambutmu. Kau akan selalu tampan dengan balutan seragam itu, tapi aku benci karena kau terbang terlalu jauh. Jo, aku rindu"
FIN.
Bonus-
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR UNIVERSE (SEVENTEEN ONESHOT STORY)
FanficThis is another universe that will be yours, so be happy and enjoy the story! DM for request ❤️