Aku dan Gigi melangkahkan kaki menuju kelas. Kami tak henti-hentinya membicarakan masalah Niall—tentang dia yang sudah dua hari belakangan ini tidak masuk. Kurasa aku harus pergi ke rumahnya, untuk memastikan bahwa Niall ada disana dan dia baik-baik saja.
Setibanya dia kelas, aku langsung mengedarkan pandanganku. Disaat itulah aku melihat Harry yang sedang melambaikan tangannya ke arahku. Awalnya aku berencana untuk tidak duduk di dekatnya, namun kurasa sudah terlambat. Aku tidak mungkin menghiraukan Harry disana.
Aku pun mengajak Gigi untuk ikut denganku. Harry memintaku untuk duduk disampingnya, aku menolak dengan alasan aku ingin duduk bersama dengan Gigi. Namun secara tiba-tiba Zayn datang dan langsung mengajak Gigi untuk duduk disampingnya. Gigi yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa menerima ajakan Zayn. Hal itu kemudian membuatku dengan terpaksa duduk disamping Harry.
“Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah membaik?” tanya Harry.
Aku mengangguk perlahan, “Keadaanku semakin baik.” balasku dengan sedikit cuek.
“Apakah Niall sudah memberimu kabar?” tanyanya lagi.
Aku menarik nafas panjang, kemudian membuangnya secara perlahan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Harry, “Belum, dia belum memberiku kabar.” kataku.
Saat aku hendak mengeluarkan binder milikku, seketika aku teringat akan sesuatu.
“Harry, kau masih punya hutang padaku.” ucapku antusias.
Ia menoleh, memberikan padaku tatapan 'Hutang apa?'.
“Kau harus menceritakan padaku tentang Niall.”
“Jika aku menceritakan padamu tentang Niall, apa balasan yang akan kau berikan?” ucapannya ini seketika membuatku terdiam. Aku memandangnya tajam, masih belum mengatakan apapun. “Bagaimana jika kau main ke rumahku?” lanjutnya.
“Tentu.”
“Setelah kelas bubar, kau ikut denganku. Kita akan pergi ke rumahku. Aku akan menceritakan padamu semua tentang Niall.”
Setelah perjanjian yang kami buat, aku langsung mengalihkan pandanganku pada Gigi dan Zayn yang terlihat sedang menikmati topik pembicaraan mereka. Kurasa Gigi sudah cukup akrab dengan Zayn. Itu adalah berita yang baik untukku.
Sembari menunggu kelas dimulai, aku memilih untuk membaca buku yang aku pinjam dari Gigi. Beberapa kali aku melirik ke arah Harry karena kegiatannya sedikit menggangguku.
“Bisakah kau mengecilkan volume ponselmu? Itu sangat mengangguku.” ucapku pada Harry.
Mendengar ucapanku tadi, Ia langsung menghentikan kegiatan yang sedang dilakukannya, kemudian memandang padaku. Sebuah cengiran terlukis dibibirnya.
“Apa? Kenapa kau memandangku seperti itu?”
“Tidak, kau hanya sedikit membuatku...—turn on.”
Aku membuka lebar kedua mataku mendengar ucapannya itu. Aku pun berusaha untuk tidak menggubrisnya, dan kembali pada kegiatan awalku.
Beberapa saat kemudian, seorang dosen masuk ke dalam kelas, membuatku langsung memasukkan kembali buku tadi ke dalam tas milikku. Ia terlihat begitu bersemangat hari ini, dan aku sendiri tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Aku tidak peduli.
Aku meraih pena dan secarik kertas dari dalam binder milikku. Aku mulai mencatat materi yang Ia sajikan pada screen. Saat aku sedang sibuk mencatat, aku merasakan sesuatu menyentuh pahaku. Lantas aku langsung menunduk dan mendapati tangan Harry berada di atas pahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [H.S]
FanfictionShe was too good for him and he was too dangerous for her. [Written in Bahasa] WARNING: This book contains complicated storyline and mature content. So, if you are under 17, just please be a wise reader. Ps. This book is stupid as hell. I warn you.