“Cleverley, wait!” aku menghentikan langkahku begitu mendengar seseorang berteriak memanggilku. Langsung saja aku membalikkan tubuhku, melihat seorang gadis berambut pendek dengan kacamatanya menghampiriku. Aku mengernyitkan dahi karena sebelumnya aku tidak pernah melihat gadis ini, atau sebenarnya memang dia selalu berada di kelas yang sama denganku namun aku tidak pernah tahu?
Tidak mungkin. Aku hafal persis orang-orang yang ada di kelas sama denganku. Namun tidak dengan gadis berkacamat ini. Ia mendekat ke arahku, kemudian mengarahkan sesuatu—sebuah amplop. Lagi, aku mengernyitkan dahiku. Amplop?
“Untukmu. Seseorang memintaku untuk memberikan ini padamu.” ucapnya.
Pun aku meraih amplop tersebut, melihatnya sekilas. Saat aku ingin menanyakan tentang si pengirim surat, gadis itu sudah tidak ada dihadapanku. Ia menghilang dengan begitu cepat, dasar gadis aneh.
Tanpa banyak berbasa-basi, aku langsung membuka amplop tersebut. Kulihat sebuah kertas kecil di dalamnya—yang aku asumsikan sebagai surat. Aku sangat berharap pengirimnya menuliskan nama, namun tidak, dia tidak menuliskan namanya.
To: Cleverley
Temui aku sore ini pukul 5 di halaman belakang.
Menemuinya? Apakah surat ini dari Niall? Tapi untuk apa ia mengirimkanku sebuah surat tak berguna seperti ini dan mengatakan ingin bertemu denganku?
Setelah selesai membaca surat tersebut, aku langsung meremasnya, kemudian membuangnya di tempat sampah. Tapi jika Ia memintaku untuk bertemu dengannya pukul 5 sore ini, itu berarti 5 menit lagi. Apakah aku harus menemuinya? Bagaimana jika dia bukan Niall melainkan orang lain? Harry misalnya?
Aku menghembuskan nafas berat setelah memutuskan untuk menemui orang ini di halaman belakang kampus. Dengan langkah kaki gontai, aku berjalan menyusuri koridor yang menghubungkan gedung kampus dengan halaman belakang.
Ketika berada di halaman belakang, aku tidak melihat siapapun disana. Jangan-jangan gadis tadi hanya ingin mengerjaiku? Sialan. Bodoh, kenapa pula aku bisa dibohongi olehnya? Mana mungkin di era modern seperti ini masih ada seseorang yang sempat-sempatnya mengirim surat untukku? Tidakkah mengirim pesan jauh lebih mudah dan praktis?
Dengan itu aku memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat ini. Saat aku berbalik, aku melihat Niall berdiri disana dengan tatapan mata yang cukup tenang. Niall, dia yang mengirimku surat tak bernama tadi.
“Hari yang indah, bukan begitu?”
“Apakah kau yang mengirimku surat tak bertuan tadi?” tanyaku memastikan.
Ia menganggukkan kepala, “Benar, aku yang mengirim surat itu. Aku meminta bantuan salah satu juniorku. Beruntung kau datang ke tempat ini, karena awalnya aku berpikir kau tidak akan—”
“Memang, awalnya aku tidak akan datang karena hanya akan membuang waktuku. Namun aku merasa kasihan pada si pengirim surat.”
“Kau kasihan padaku?”
“Ya, aku kasihan padamu karena kau terlalu egois. Aku kasihan padamu karena sifatmu yang sangat menyebalkan, dan aku merasa kasihan pada diriku sendiri karena telah jatuh cinta pada pria sepertimu.”
“Cleverley, dengarkan aku, aku—”
“Aku tidak ingin mendengarkan apapun darimu.”
“Please, Cleverley.” dengan terpaksa akhirnya aku membiarkan Niall untuk 'menjelaskan' semuanya. “Cleverley, aku hanya ingin kau memaafkanku, dengan tulus. Aku tahu aku sangat bersalah dalam hal ini karena tidak pernah mengatakan ini sebelumnya.” aku mengernyitkan dahiku mendengar ucapan Niall. Dia semakin membuatku bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [H.S]
FanfictionShe was too good for him and he was too dangerous for her. [Written in Bahasa] WARNING: This book contains complicated storyline and mature content. So, if you are under 17, just please be a wise reader. Ps. This book is stupid as hell. I warn you.