Chapter 3.2

32.2K 2.2K 248
                                    

“Tunggu, kau putus dengan Niall?” tanya Harry yang seolah-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan. Aku menganggukkan kepalaku yakin. Hal itu membuatnya langsung tersenyum lebar. “Aku sudah sangat lama menunggu kau untuk mengatakannya. Aku sudah mengatakan padamu, Niall bukanlah pria yang baik.”

“Jadi, kau merasa dirimu lebih baik dari Niall, huh?”

“Tentu. Banyak kelebihan yang aku miliki—dimana Niall tidak akan pernah memilikinya; pertama, aku tidak pernah berbuat kasar pada perempuan. Kedua, aku tidak licik seperti dirinya, dia sangat licik, kau tahu? Dan yang terakhir, aku bisa membuatmu berteriak dengan keras, Niall tidak bisa melakukan itu.” mendengar alasan ketiganya membuatku langsung memutar mata. Aku bahkan tidak pernah bercinta dengan Niall. Jadi, bagaimana aku tahu?

Kurasa aku perlu berhenti memikirkan Niall, karena belum tentu Ia memikirkanku. Lagi pula disini ada Harry—seseorang yang memang benar-benar bisa membuatku merasa lebih baik.

“Cleverley, apakah kau di dalam?” aku merasakan jantungku berdegup dengan kencang begitu mendengar suara Bibi dari luar kamarku. Aku memandang Harry sebentar sebelum memintanya untuk bersembunyi di kamar mandi.

Setelah cukup aman, aku langsung berjalan ke arah pintu, kemudian membukanya. Kulihat Bibi yang membawa sebuah nampan berisi beberapa lembar roti dan segelas susu cokelat hangat. Ah, bagaimana dia tahu aku sedang lapar?

“Untukmu.” ucapnya seraya mengarahkan nampan tersebut padaku. Dengan sigap aku langsung meraihnya.

“Terima kasih.” itulah yang aku ucapkan sebelum Bibi pergi meninggalkanku. Aku menghembuskan nafas lega karena Bibi tidak merasa curiga dengan sikapku yang memang terkesan aneh.

Aku langsung menutup pintu kamarku, kemudian menguncinya. Aku meletakkan nampan tersebut ke atas meja kerjaku sebelum beralih pada Harry yang masih ada di dalam kamar mandi. Perlahan aku membuka pintu kamar mandi, mendapati Harry yang sedang berdiri disana dengan senyuman kecil.

“Kau tidak memiliki tempat khusus untuk aku bersembunyi?” ucapnya.

“Untuk apa aku menyediakan tempat khusus untukmu? Lagi pula bukan aku yang memintamu untuk datang. Kau sendiri yang datang.” balasku sarkastik.

“Tapi kau suka, bukan?”

“Tidak, aku tidak suka.”

“Kau yakin?” tanya Harry seraya melingkarkan tangannya dipinggangku. Hal itu seketika membuat jantung berdebar. Aneh, bukankah Harry pernah melakukan ini? Kenapa secara tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang berbeda?

Sesaat kemudian Harry mengangkat daguku sehingga kini aku dapat melihat kedua bola matanya. Jujur, aku suka melihat warna matanya, karena hijau adalah salah satu warna kesukaanku.

“Jika Niall tidak bisa membuatmu bahagia, mungkin sekarang adalah giliranku. Aku akan membuatmu bahagia Cleverley, aku berjanji.” ucapan Harry sedikit membuatku bingung.

“Maksudmu?”

“Jadilah milikku, lupakan Niall. Aku akan membuatmu bahagia. Tidak seperti pria brengsek itu.”

Aku terdiam mendengar ucapan Harry. Menjadi pacarnya dan melupakan Niall? Ayolah, apakah dia tidak tahu bagaimana posisiku? Jika orang-orang tahu aku berpacaran dengan Harry disaat aku baru saja putus dari Niall, mereka akan menganggapku wanita murahan.

Lagi pula aku masih ragu apakah aku bisa melupakan Niall atau tidak. Niall adalah pria pertama yang menjadi pacarku. Sulit untukku melupakannya. Dan Harry, aku tidak yakin dengan perasaan yang aku miliki terhadapnya.

Aku masih menganggapnya sebagai temanku.

“Aku tidak bisa, Harry. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi jika kita berpacaran.” kataku pelan.

Complicated [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang