“Pagi.” sapaku pada Paman dan Bibi. Mereka berdua pun tersenyum padaku.
“Pagi.” balas Bibi Sandra. Aku langsung menempati tempatku.
Suasana pagi ini terbilang cukup menyenangkan. Aku merasa lebih baik pagi ini, mengingat semalam aku harus mengerjakan beberapa tugas kampus. Aku meraih satu lembar roti dan selai cokelat yang ada dihadapanku, lalu mengoleskan selai tersebut.
Oh, bagaimana kabar ibu, ayah, dan Jeazline? Aku bahkan lupa untuk memberi kabar kepada mereka. Dengan itu aku meraih ponselku, lalu menekan nama Jeazline disana. Aku meletakkan ponsel itu tepat disamping telingaku, menunggu Jeazline mengangkatnya.
Beberapa saat aku tunggu, namun tak ada respon darinya. Aku pun meletakkan ponsel itu lagi ke dalam saku celanaku. Mungkin mereka sedang merayakan pesta karena aku tidak bersama dengan mereka?
“Kenapa kau tidak memakan rotimu?” suara Bibi Sandra membuatku tersadar dan langsung tersenyum lemah.
Ia berbeda sekali dengan Ibu. Ia menganggap dan memperlakukanku layaknya seorang anak kandung. Apakah aku salah jika mengatakan aku lebih nyaman dan senang bersama dengan keluarga ini? Kurasa tidak.
“Iya, akan segera aku makan.” ujarku perlahan.
“Kau pasti memikirkan keluargamu di Irlandia, bukan begitu?” ujar Paman secara tiba-tiba. Tebakan yang tepat.
Aku tersenyum lemah, lalu mengangguk perlahan. Aku tidak bisa menyembunyikan fakta jika aku memang sedang memikirkan mereka, bahkan aku merindukan mereka. Tapi aku tidak tahu apa yang mereka rasakan saat ini.
.....
Di kampus.
Aku datang terlambat hari ini. Kelas sudah di mulai 27 menit yang lalu. Dan jika 3 menit lagi aku tidak tiba di kelas, maka dengan terpaksa aku harus merelakan satu mata kuliah tersebut hilang. Aku berlari menyusuri koridor kampus, berharap aku masih memiliki waktu untuk bisa tiba di kelas.
Dua menit lagi. Aku mempercepat pergerakan kakiku. Tak peduli jika suara hentakan kakiku membuat mereka yang berada di kelas terganggu. Yang terpenting saat ini adalah aku bisa tiba di kelas paling tidak saat di menit ke 30.
Saat berada cukup dekat dengan ruang kelas, aku berhenti sejenak untuk mengatur nafasku. Setelah itu aku mulai meraih gagang pintu dan membukanya. Spontan semua mata terarah padaku, membuatku seketika kaku.
“Maaf aku telat.” ucapku perlahan.
“Kau telat 5 detik menurut waktu di jam tanganku. Jadi, maafkan aku kau harus meninggalkan kelas ini.” sialan, hanya telat 5 detik dan aku tidak boleh masuk? Dosen gila.
“Tapi aku—”
“Kau bisa meninggalkan kelas ini, terima kasih.”
Dengan berat hati aku berjalan meninggalkan kelas dan merelakan satu mata kuliahku hilang. Aku mahasiswi baru disini, dan bisa-bisanya aku terlambat. Jika bukan karena kecelakaan kecil tadi, aku tidak akan terlambat seperti ini.
Saat perjalan menuju kampus, aku hampir menabrak seorang pengendara sepeda motor. Untungnya aku bisa menginjak pedal rem dengan kuat, sehingga tidak ada yang terluka dalam insiden tadi. Namun tentu si pengendara motor tidak terima dan menerima uang ganti padaku. Karena tak ingin masalah menjadi besar, aku mengikuti ucapannya, memberikan sejumlah uang yang aku punya.
Dan sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa. Namun kulihat banyak mahasiswa yang berada di kafeteria. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menunggu disana hingga jam mata kuliah keduaku. Aku menempati salah satu kursi, dan meletakkan tasku di atas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [H.S]
FanfictionShe was too good for him and he was too dangerous for her. [Written in Bahasa] WARNING: This book contains complicated storyline and mature content. So, if you are under 17, just please be a wise reader. Ps. This book is stupid as hell. I warn you.