“Terima kasih untuk hari ini, aku benar-benar sangat senang.” ucapku pada Niall saat kami tiba tepat di depan rumah Paman.
Ia tersenyum kecil, kemudian meraih tanganku. Aku berusaha untuk terlihat tenang disaat jantungku sebenarnya berdebar cukup hebat. Dan aku harap Niall tidak dapat mendengarnya, karena akan terdengar sangat bodoh.
“Terima kasih kembali, kau membuat hariku lebih menyenangkan...—sekarang masuklah, kita akan bertemu lagi besok di kampus.” balas Niall yang masih menggenggam tanganku.
“Iya, sampai jumpa besok.”
“Kalau begitu, aku pulang, sampai jumpa besok Cley.” ucap Niall sebelum akhirnya dia mencium pipi kananku. Hal itu berhasil membuatku terdiam untuk beberapa saat. “Selamat malam, Cleverley.” itu adalah ucapan terakhir Niall sebelum Ia bergegas masuk ke dalam mobilnya.
Aku memandang Niall hingga mobilnya benar-benar tidak terlihat lagi, barulah setelah itu aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kulihat mobil milik Paman terparkir di depan garasi, itu berarti Paman dan Bibi sudah ada di rumah.
“Aku pulang!” ujarku begitu tiba di dalam rumah.
Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut ruangan karena tidak melihat keberadaan Paman, Bibi atau pun Jeazline. Pun aku memutuskan untuk melihat ke ruangan makan. Dan benar, mereka semua ada disana—sedang makan malam.
Paman yang menyadari kehadiranku langsung mengajakku untuk makan malam, namun aku menolak karena perutku sudah cukup terisi dengan berbagai macam makanan tadi saat pergi dengan Niall.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kamar, mengurung diri disana—atau menonton film yang menarik, menghabiskan malamku hari ini.
Tiba-tiba aku teringat dengan perkataan Harry tadi pagi. Tapi kau harus menemaniku pergi ke klub malam ini. Aku akan bertemu dengan Liam, Zayn, dan Louis disana. Namun kurasa aku tidak akan datang kesana.
Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur. Aku menatap lurus ke arah langit-langit kamarku, lalu mulai membayangkan Niall.
“Senang kau bisa tiba di rumah lebih awal. Itu artinya kau bisa pergi denganku.” aku terkejut begitu mendengar sebuah suara—atau lebih tepatnya suara Harry. Mataku melebar begitu melihat Harry berdiri sembari menyandarkan dirinya pada lemari pakaianku. Bagaimana dia bisa ada di dalam kamar ini?
Aku mengernyitkan dahiku, lalu berjalan ke arahnya. Kupandangi Harry dari atas hingga ke bawah. Aku curiga sosok yang ada dihadapanku bukan Harry, namun sosok lain yang menjelma sebagai Harry.
“Ada apa kau memandangku seperti itu? Kau terkejut karena aku bisa ada disini, huh?” ujar Harry seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
Aku menganggukkan kepalaku, masih tidak percaya dengan sosok pria yang ada dihadapanku saat ini. Pun aku mulai menepuk-nepuk pundaknya, membuat 'Harry' langsung menghindar dariku.
“Kau kenapa sih?” tanya Harry.
“Tidak, tidak apa-apa.” jawabku dengan cukup lega.
“Sekarang kau ikut denganku.” aku mengernyitkan dahiku mendengar ucapan Harry. Sialan, dia masih berusaha untuk bisa membawaku ke klub ternyata.
Aku berusaha untuk menolak, namun Harry terus-menerus memaksaku, membuatku dengan terpaksa harus menuruti permintaan Harry. Sebelum benar-benar pergi, aku meminta izin pada Harry untuk bisa mandi. Seharian berada di luar, membuat tubuhku cukup lengket. Namun aku merasa sangat senang karena bisa menghabiskan waktuku bersama dengan Niall, plus kami benar-benar resmi berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [H.S]
FanfictionShe was too good for him and he was too dangerous for her. [Written in Bahasa] WARNING: This book contains complicated storyline and mature content. So, if you are under 17, just please be a wise reader. Ps. This book is stupid as hell. I warn you.