Chapter 0.1

131K 4.1K 512
                                    

Ini cerita aneh pake banget. Pokoknya makes no sense. Jadi, bagi yang suka nyinyir, nggak usah dibaca. Takut kejang.

Makasih :)))

** ** **

Irlandia, 13 Januari 2010

"Cleverley..." aku mendongakkan kepalaku begitu mendengar seseorang memanggil namaku, Jeazline. "Ibu mencarimu, temui dia di ruang tv." aku mengernyitkan dahiku mendengar ucapan Jeazline. Mencariku? Tidak biasanya ibu seperti ini.

Pun aku beranjak dari tempat tidurku, berjalan meninggalkan Jeazline yang masih berdiri disana. Kulihat sosok perempuan paruh baya yang sedang membaca majalah, Ibu. Aku menempati sofa disampingnya, memandangnya dengan penuh tanya. Sebenarnya untuk apa ibu mencariku?

"Ibu mencariku?" tanyaku perlahan. Ia menoleh padaku, memberikan senyuman hangatnya.

Ia mengubah posisi duduknya menjadi menghadap padaku. "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." aku mengernyitkan dahiku mendengar ucapannya. Ia terdengar begitu serius, membuatku semakin penasaran.

"Katakan." aku berusaha untuk tetap santai walaupun sebenarnya seperti ada sesuatu yang tidak beres disini.

"Besok kau harus ikut bersama dengan pamanmu ke Inggris. Aku ingin kau melanjutkan kuliahmu disana, karena hanya pamanmu satu-satunya orang yang bisa membantuku." ikut dengan Paman ke Inggris? Lelucon macam apa ini?

"Maksudmu?"

"Kau tidak mengerti? Lebih baik sekarang kita mengemas pakaianmu, agar besok kau bisa langsung berangkat ke Inggris." aku terdiam untuk beberapa saat, berusaha mencerna setiap ucapan yang Ibu katakan. Jika aku pergi ke Inggris, otomatis aku tidak bisa bertemu dengannya lagi, dan aku paling benci dengan perpisahan.

"Bagaimana dengan Jeazline?" itulah pertanyaan yang ingin aku katakan. Jika aku pergi ke Inggris, bagaimana dengan Jeazline? Apakah ia akan ikut denganku atau-

"Jeazline tetap disini bersama dengan aku dan ayahmu." seketika tubuhku melemah.

"Tapi, kenapa hanya aku?"

"Sudah aku katakan tadi, paman akan membiayai kuliahmu disana. Aku tidak mungkin membiayai kuliah dua orang anak sekaligus. Kau tahu kan penghasilanku pas-pasan, plus ayahmu adalah seorang pengangguran." aku berusaha terlihat baik-baik saja saat sebenarnya aku merasa seperti seorang anak yang tidak diinginkan oleh keluarganya sendiri. Ibu merelakan aku pergi hanya untuk Jeazline? Padahal Ibu tahu, jika aku adalah anak bungsu di keluarga ini.

Jeazline beruntung, ia mendapatkan apapun yang ia inginkan dari ayah atau ibu. Sedangkan aku selalu dinomor duakan. Aku selalu berpikir jika aku bukan anak kandung ayah dan ibu, karena hanya itulah alasan yang paling konkret.

"Sekarang, kita kemas semua pakaian dan barang-barang pribadimu." ucap Ibu, aku mengangguk perlahan, lalu beranjak dari sofa.

.....

Aku duduk di sofa bersama dengan Jeazline dan Ibu. Kami semua menunggu Paman Jack yang masih di dalam perjalanan. Dan setelah menunggu beberapa menit, aku mendengar suara ketukan pintu. Aku yakin itu Paman Jack. Pun aku beranjak dari sofa untuk memastikan jika itu benar-benar Paman Jack.

"Cley!" senyumku mengembang begitu berhasil membuka pintu dan melihat sosok pria paruh baya yang ada dihadapanku.

"Paman!" dengan cepat aku memeluk dirinya.

"Hey, lama tidak berjumpa."

"Aku merindukanmu, Paman."

"Senang kau sampai dengan selamat." ucapan Ibu membuatku langsung melepaskan pelukanku dari Paman.

Complicated [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang