Setelah menjenguk Niall di rumah sakit, aku dan Harry memutuskan untuk makan siang bersama. Kebetulan sekali aku tidak membawa mobil ke tempat ini. Jadi, kami bisa bersama-sama pergi ke restoran. Sesekali aku melirik ke arah Harry yang sedang sibuk menyetir. Aku beruntung dia tidak melihatku.
Selang beberapa menit kemudian, kami tiba di sebuah restoran Italia. Aku mengatakan pada Harry jika aku ingin sekali makan pizza, oleh karena itu Ia membawaku kesini.
Aku langsung melepaskan sabuk pengaman, kemudian keluar dari mobil. Kulihat Harry yang masih sibuk dengan kegiatannya di dalam---memeriksa ponselnya. Tak lama, Ia keluar dari mobil, lalu menghampiriku.
"Ayo," ajaknya.
Aku terdiam saat Harry menyatukan jari-jarinya dengan jari-jariku. Aku sempat menoleh padanya, namun dia seperti sengaja tak melihat ke arahku. Disitu aku tertunduk dan tersenyum kecil.
"Meja untuk dua orang?"
"Maaf, apakah Tuan sudah memesan meja sebelumnya?"
"Oh, maafkan aku---maksudku meja untuk Mr. dan Mrs. Styles?"
Lagi, aku terdiam mendengar jawaban Harry.
"Silakan, Tuan."
Kami pun mengikuti si pelayan hingga mencapai sebuah meja yang dekat dengan Jendela. Harry menarik kursi untukku, membuatku sedikit malu karena Niall bahkan tak pernah melakukan ini padaku. Astaga, apakah baru saja aku menyinggung tentang Niall? Ayolah, dia hanyalah seorang mantan, bukan? Untuk apa aku mengungkitnya?
Aku dan Harry langsung memesan makanan dan minuman, sementara pelayan tadi sibuk mencatat pesanan kami. Setelah merasa cukup dengan pesanan kami, Ia melangkah pergi.
"Apa maksud dari ucapanmu tadi?" tanyaku, berniat menyinggung Harry.
Ia mengernyitkan dahinya, seolah-olah tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaanku---atau memang dia tidak mengerti? Bodoh.
"Kau tidak tahu maksudku?" tanyaku, lagi.
Ia mengangguk, "Kau memberikan pertanyaan yang tidak jelas. Jadi, aku tidak tahu harus menjawab bagaimana." katanya.
"Kau tahu---meja untuk Mr. dan Mrs. Styles?" aku berusaha keras mengikuti gaya bicaranya. Hal itu membuat Harry tertawa pelan. "Kenapa kau tertawa?" protesku.
"Mungkin suatu saat nanti kau mau mengubah nama belakangmu menjadi---Styles, eh?" ucapan Harry mengingatkanku pada ucapan yang pernah Niall katakan padaku. Ia ingin agar nama belakangku berubah menjadi 'Horan', namun aku tahu itu tidak akan pernah terjadi. Dan sekarang Harry? Mungkin tidak buruk.
Cleverley Zoe Styles, eh?
Tiba-tiba aku tersenyum sendiri mengingat ucapannya tadi, membuatku langsung menunduk karena takut Harry akan mengerjaiku. Kenapa sekarang aku menjadi salah tingkah seperti ini?
.....
"Terima kasih kau mau mengantarku pulang." ucapku pada Harry ketika kami berdua tiba di depan rumah Paman. Aku sudah mencoba untuk mengajak Harry masuk, namun Ia menolak karena harus bertemu dengan Gemma---kakak perempuannya yang pernah Ia ceritakan padaku tempo dulu.
"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, karena kau mau menemaniku makan siang hari ini." balasnya dengan senyuman yang begitu manis. Sialan.
Untuk beberapa saat suasana berubah menjadi sangat hening, bahkan tak ada satu pun mobil yang melintas. Hal itu membuatku cukup gugup dan berusaha untuk mencairkan suasana dengan ucapan 'Selamat Malam', kemudian mencium pipinya dengan singkat sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah Paman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [H.S]
FanfictionShe was too good for him and he was too dangerous for her. [Written in Bahasa] WARNING: This book contains complicated storyline and mature content. So, if you are under 17, just please be a wise reader. Ps. This book is stupid as hell. I warn you.