Chapter 2.6

30K 2.3K 83
                                    

-Cley's POV-

“Lihat apa yang aku temukan,” ucap Gigi seraya memberikanku sebuah buku, membuatku langsung meraih buku tersebut dari tangannya.

Aku mengernyitkan dahi begitu melihat sampul buku yang Gigi berikan padaku tadi, kemudian secara perlahan membuka buku tersebut. Aku mengarahkan pandanganku, membaca setiap tulisan yang ada di dalamnya. Untuk beberapa alasan, aku sedikit menyukai buku ini—maksudku, tentang apa yang dituliskan oleh sang penulis.

Sang penulis seperti menceritakan keadaan hidupnya yang penuh dengan drama, hidupnya yang penuh dengan teka-teki dan semacamnya. Sebenarnya aku bukanlah tipe orang yang suka membaca buku seperti ini, namun pengantar dari buku ini membuatku penasaran. Kurasa aku akan meminjam buku ini dari perpustakaan.

“Aku akan meminjam buku ini,” kataku pada Gigi.

“Pilihan yang tepat, sebenarnya aku pernah membaca buku itu sekali, namun pada pertengahan aku memutuskan untuk menghentikannya karena suatu alasan yang terdengar sedikit aneh.”

“Kalau begitu, biarkan aku melanjutkannya untukmu.”

“Tentu, kau bisa menjadikan buku itu sebagai sebuah acuan—kau tahu, banyak sekali pengalaman sang penulis di dalamnya. Dan percayalah padaku, kau tidak akan kecewa.”

Selesai memilih buku yang akan kami baca dari perpustakaan, aku dan Gigi melangkahkan kaki keluar. Dengan tangan kanan memegang buku, kami bersama-sama berjalan menuju kafeteria. Niall mengatakan padaku jika dia akan menunggu disana.

Ketika kami sedang berjalan melewati papan informasi, kulihat Harry bersama dengan Louis dan Zayn. Ia nampak memandangku dengan tatapan misteriusnya, namun aku berusaha untuk tetap terlihat santai. Bahkan aku berusaha untuk tidak menatapnya.

“Cleverley,” aku menghentikan langkahku begitu mendengar suara Harry. “Aku ingin bicara denganmu sebentar—hanya aku dan kau.” lanjutnya.

Aku menghembuskan nafas berat, memandang sekilas pada Gigi yang nampak menganggukkan kepalanya. Tanpa mengatakan apa-apa, aku menarik tangan Harry dan membawanya ke sebuah tempat yang sedikit sepi.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanyaku secara langsung.

“Aku ingin kau melupakan perkataanku tempo hari, lupakan jika aku pernah mengatakan aku menyukaimu. Anggap semua ucapan itu adalah omong kosong. Aku tidak mau merusak hubunganku dengan Niall, karena kami sudah sangat lama berteman. Jadi, kita adalah teman, bukan?” aku terdiam mendengar semua ucapan yang dikatakan oleh Harry. Apakah dia benar sungguh-sungguh dalam mengatakan semuanya? Atau hanya sebuah permainan yang sedang Harry mainkan?

“Baiklah, aku akan melupakan jika kau pernah mengatakan kau menyukaiku. Jujur, kalimat itu sedikit mengangguku. Tapi sekarang sepertinya aku merasa lebih baik, kau teman yang terbaik Harry.”

“Yeah, aku memang teman yang terbaik.”

“Kalau begitu, aku harus kembali karena Gigi sudah menungguku disana—atau kau ingin bergabung dengan kami? Niall sedang menungguku di kafeteria, kurasa akan sangat menyenangkan jika kau bisa bergabung.”

“Tidak, terima kasih. Aku tidak ingin mengganggumu.”

“Ayolah, sejak kapan kau merasa jika kau adalah seorang pengganggu? Lagi pula kau tidak lihat aku bersama dengan Gigi? Atau kau masih merasa sedikit aneh jika berada dekat dengan Niall?”

“Bukan, bukan begitu—lebih baik kau temui Gigi karena Niall pasti sudah sangat lama menunggumu disana.”

“Baiklah, sampai jumpa nanti.” itulah ucapan yang aku katakan pada Harry sebelum akhirnya melangkahkan kakiku meninggalkannya yang masih berdiri disana.

Complicated [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang