"Uh? Kau disana, aku mencarimu daritadi." ujar Niall.
Aku tersenyum kecil, lalu menempati tempat tepat disampingnya. "Aku harus ke kamar mandi tadi."
"Di lantai dua? Bukankah rumah ini memiliki kamar mandi di lantai satu?" aku terdiam mendengar ucapan Niall. Jadi, Harry berbohong padaku? Sialan.
"Tapi dia mengatakan padaku kamar mandi hanya ada di lantai dua? Oh, jadi dia berbohong padaku? Great, just great." balasku dengan cukup kesal.
Bagaimana bisa aku dibohongi oleh Harry? Dan untuk apa pula ia berbohong padaku? Kali ini dia menang besar, namun aku tidak dapat membiarkan Harry terus-menerus menang dariku. Aku harus membalasnya, setidaknya satu poin untukku setelah beberapa kali aku kalah darinya.
Tak lama, kulihat Harry berjalan menuruni anak tangga. Sebuah senyuman nampak diwajahnya.
"Maaf, aku harus mengganti pakaianku tadi." ujar Harry yang langsung duduk di sebuah sofa.
"Well, lebih baik kita memulainya." ucap Niall.
Aku senang dengan sikap Niall. Dia selalu bisa mengendalikan suasana, berbeda jauh dengan Harry yang selalu mengacaukan suasana. Sesekali aku melirik ke arah Niall, melihat bola matanya yang berwarna biru itu. Tuhan, mereka begitu indah.
Seketika pipiku memanas begitu tersadar jika aku sedang memperhatikan Niall. Apakah aku menyukainya?
Saat kami sedang serius, tiba-tiba ponselku bergetar, membuatku langsung meraihnya dari saku celanaku. Kudapati sebuah panggilan masuk dari Jeazline.
"Maaf, aku harus mengangkat telepon sebentar." ucapku meminta izin pada Niall dan Harry. Mereka berdua membalas dengan anggukkan kepalaku, membuatku langsung beranjak dari sofa, dan melangkahkan kaki menuju ruangan lain.
"Jeazline?"
"Cleverley! Apakah kau masih lama disana? Uh, Paman dan Bibi belum pulang, dan aku sangat lapar." ucap Jeazline dengan nada sedikit kekanakkan.
Aku menghembuskan nafas berat, melirik sebentar pada Niall dan Harry. "Kau bisa memesan makanan, bukan? Aku baru saja memulai kegiatan kami." balasku.
"Baiklah, baiklah. Kalau begitu sampai jumpa nanti."
"Okay, bye." aku mengakhiri pembicaraanku dengan Jeazline, lalu melangkahkan kakiku menuju Niall dan Harry.
Aku langsung menempati tempatku tadi. Harry nampak memandang sebentar ke arahku sebelum akhirnya ia kembali fokus pada tugas, sementara Niall, ia tetap fokus pada tugas.
Setelah 2 jam, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri, dan berencana akan melanjutkannya besok di rumah Niall. Aku bersandar pada sofa sembari memijat dahiku. Aku belum pernah merasa lelah seperti ini.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Niall.
Aku menganggukkan kepalaku perlahan, memberikannya senyuman kecil. "Aku baik-baik saja. Mungkin hanya sedikit lelah."
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara bel berbunyi. Hal itu membuat Harry langsung beranjak dari tempatnya. Ia berjalan menuju pintu rumah. Mungkin itu keluarganya? Mengingat selama tiga hari aku kemari, belum pernah aku melihat keluarganya.
Tak lama, kulihat Harry datang membawa kotak berisi satu loyang pizza dan beberapa kaleng coke mungkin? Ia pun mengambil tempat, dan meletakkan semuanya di atas meja.
Dan dugaanku benar, satu loyang pizza. Bagaimana ia bisa tahu jika aku sangat lapar saat ini?
"Pizza dan coke untuk kalian." ucap Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [H.S]
FanfictionShe was too good for him and he was too dangerous for her. [Written in Bahasa] WARNING: This book contains complicated storyline and mature content. So, if you are under 17, just please be a wise reader. Ps. This book is stupid as hell. I warn you.