Nunggara sedang tertawa riang bersama Radea. Tampak membicarakan hal-hal yang begitu menarik. Hingga Ubay dan Ical di sebelahnya terabaikan olehnya. Lelaki itu sejak tadi memang terlihat begitu akrab dengan Radea, terlihat seperti tidak hanya sebatas teman kampus saja. Keakraban mereka membuat kecurigaan teman-teman Shana timbul. Tentu dari gerak-gerik itu mereka mempunyai hubungan lebih dari kata teman biasa, atau memang sifat Nunggara yang terlalu asik dan akrab dengan orang lain. Mereka tidak tahu hanya menduga-duga saja.
"Ya emang gitu Rade, nanti gue tunjukin deh kalo Lo nggak percaya." Ucap Nungga yang kini sudah berpindah duduk di sebelah Radea tak lagi terhimpit Ical dan Ubay.
Sepenuhnya atensi lelaki itu terfokus kepada Radea. Sepertinya tatapan mata itu terlihat sangat hangat dan akrab, jauh sekali dari tatapan kepada Shana tadi.
"Yang Lo omongin itu beneran? Gue rada nggak yakin, deh," Radea menatap Nungga dengan ekspresi tak percaya. Seolah ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu hanya omong kosong belaka.
"Serius Radea," kali ini suara Nungga terlihat meyakinkan dengan lembut.
Orang yang mempunyai keadaan hati yang lemah tentu akan langsung terbuai mendengarnya.
Terbukti Yara dan beberapa teman Shana terlihat senyum-senyum tidak jelas seolah merasa ucapan Nungga ditujukan kepada mereka. Ikutan terbawa perasaan mendengar ucapan lembut itu, berharap merekalah objek yang Nungga ajak berbicara.
"Ada potonya di leptop gue, bagus kok, itu diambil candid oleh Alev waktu acara baksos waktu itu." Jelas Nungga kembali meyakinkan, kini bukti-bukti lain pun ia ucapkan agar Radea percaya dengan sepenuhnya.
"Lo Keliatan cantik walaupun diambil candid," puji Nungga seolah tak menyadari ucapan santainya itu dapat membuat anak orang serangan jantung. Membuat orang lain akan salah mengartikan makna dari ucapannya. Radea terlihat berusaha menutupi salah tingkahnya.
"Udahhlah, dunia merasa milik Nunggara," ejek Ubay melihat aksi Nunggara.
Sejak tadi mereka memperhatikan interaksi lelaki itu dengan Radea, meskipun mereka tahu jika sifat Nungga memang seperti itu, tetap saja mereka tidak habis pikir dengan kelakuan temannya itu.
"Dia kira, dia doang yang bisa kayak gitu." Ubay mengubah ekspresi kesalnya dengan senyuman maut menatap kearah barisan adik kelas yang ada di depannya.
Dimana Shana bersama temannya sejak tadi hanya menyaksikan tingkah laku seniornya itu. Acara tadi sudah selesai, kini mereka sudah dibebaskan untuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan.
"Ehh, Jessa." Panggil Ubay, nampaknya ia sudah mulai melakukan aksi yang ia ucapkan tadi.
Jessa yang sedang mengobrol kearah Shana langsung membalikkan kepala kedepan mendengar panggilan itu.
"Hah? Jessa kak?" Bingungnya menunjuk diri sendiri memastikan bahwa memang dirinyalah yang di maksud Ubay.
"Iyaa Jessa," Suara Ubay kini berubah menjadi lembut. Posisinya pun kini bergeser mendekati kearah Jessa.
Selanjutnya obrolan ringan antara keduanya pun terjadi. Obrolan yang tentunya diselingi aksi Ubay untuk mendekati adik kelasnya itu.
Bahkan kini Ical pun ikutan mendekat kearah Bina. Membuat Shana hanya meratapi dirinya yang kini sendirian.Ketika Ubay dan Jessa sudah bergeser sedikit agar obrolan mereka lebih privasi dan nyaman, begitu juga Ical yang malah mengajak Bina pindah agak lebih jauh dari posisi awal mereka. Yara dan kedua temannya pun terlihat sibuk sekali dengan obrolan mengenai Nungga yang sejak tadi tiada hentinya, mereka sibuk mempertanyakan hubungan lelaki itu dengan Radea. Meskipun tentunya obrolan itu tidak mereka bahas langsung dengan objek yang mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dishana
Teen FictionIni tentang Dishana, perempuan yang memiliki nama ambigu sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman. Ini juga tentang di sana, dimana yang terlihat tertawa belum tentu bahagia, menangis belum tentu menderita. Dishana, di sana? Terdengar sama, namun...