Bagian dua puluh tujuh

699 125 16
                                    

Siapkan hati dan mental kalian untuk membaca part ini hehe

Happy Reading ❤️

•••

"Apa kamu nggak pernah mikir Shana?" Suara lemah penuh kekecewaan itu menghujam Shana.

Semua mata menatap dirinya seakan dapat membunuh. Tatapan-tatapan penuh kebencian dari semua keluarga menciutkan nyali Shana. Ini kami pertama semua keluarga menatapnya seperti ini. Meskipun sudah biasa dengan sindiran atau tatapan kesal, tatapan kali ini berbeda. Kebencian dan dendam sangat kentara, apalagi dengan tatapan dari tante-tante adik, kakak sang mama bahkan Mamanya pun demikian.

"Apa kamu nggak tahu larangan keluarga kita, jangan pelihara binatang itu di rumah!!! Tante yakin kamu nggak akan lupa dengan itu!" Suara syarat akan kebencian dari Tante Ika membuat orang yang ada di ruangan tidak ada yang berani mengeluarkan suara.

Mama Shana sepertinya syok. Duduk di sofa dengan Tante Lia yang berusaha menenangkan. Shana paham semua orang kesal dan benci atas kelakuannya diam-diam memelihara kucing di rumah ini. Tapi Shana tidak pernah paham alasan keluarga ini melarang hal tersebut. Hal itu jugalah yang membuat Shana menjadi egois tidak mengikuti perintah sang kakak yang menyuruh mengeluarkan Abul dari rumah. Dirinya egois karena tidak mengerti dengan alasan di balik itu semua. 

"Anak kayak dia emang nggak akan ngerti aturan keluarga. Pembangkang dari dulu!" Sahutan sinis dari Tante Lia yang sejak dari berusaha menenangkan Mama Shana yang terlihat panik. Cemas dan sulit mengontrol dirinya, seperti orang ketakutan, ketika didekati tubuhnya terlihat sedikit gemetar. Seperti orang sakit yang kehilangan obatnya. Bahkan Tante Lia berkali-kali menatap Shana dengan tatapan benci seolah ingin membunuh Shana.

"Nggak pernah ngertiin situasi. Selalu mikirin egonya sendiri!! Coba kamu mikir sekali aja atas kelakuan kamu, Shana!!"

"KENAPA DIAM AJA?" Teriak Tante Ika dengan murka.

Anak-anak kecil telah diangkut oleh para orang tua laki-laki. Sedangkan anak beranjak remaja dan dewasa hanya diam tidak ada yang berani menghentikan ibu-ibu yang mengamuk itu. Ada yang menatap iba kearah Shana, tapi lebih banyak yang menatap kesal kepada Shana atas kelakuannya itu. Bahkan Asha yang berdiri tidak jauh dari Shana hanya memegang kepala terlihat sangat pusing dengan situasi ini. Tentu lelaki itu benci suara bising seperti ini.

Shana mengangkat wajahnya menatap sang tante. Kesabaran yang berusaha ia kumpulkan seperti tidak tersisa lagi, kini berganti dengan emosi yang sudah berkumpul ia dikeluarkan.

"Tante, dan semua keluarga selalu nyalahin aku!!! Akan sitausi yang aku sendiri nggak ngerti alasannya!! Keluarga kita ngelarang untuk pelihara hewan sesuci itu!! Tapi nggak sekalipun ngejelasin alasannya! Apa orang akan mengerti dan nurut tanpa alasan yang logis?" Dengan berani Shana mengeluarkan apa yang ada dipikirannya. Tanpa memikirkan efek dari ucapannya itu membuat para wanita dewasa itu semakin geram kepadanya.

"Tente rasa manusia yang punya otak tetap akan menurut, berbeda dengan manusia pembangkang tidak tahu aturan. Nggak punya hati nurani dan egois!" Sinis Tante Ika kembali.

"EGOISS? NGGAK PUNYA HATI NURANI?" Tantang Shana menatap nyalang kearah Tantenya.

Hal tersebut tentu membuat semua orang tercengang dengan keberanian Shana. Bahkan Asha menepuk jidat tidak habis pikir.

"Bukannya itu kalian semua di keluarga ini? Nggak punya hati nurani? Memperlakukan orang dengan kata-kata yang nyakitin!! Tante sadar nggak omongan-omongan tante itu jauh dari kata punya hati nurani, menganggap seolah aku bukan manusia yang nggak punya hati sehingga nggak bakalan ngerasain sakit hati!!! TANTE NGGAK SADAR, ATAU BUKAN NGGAK SADAR, TAPI EMANG NGGAK PERDULI!!"
Shana mengeluarkan kesakitannya selama ini.

DishanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang