bagian sembilan belas

1.3K 209 48
                                    


"Gue nih kasihan liat Lo merana banget sendirian. Kayak anak ilang tahu nggak? Mana makan salad buah doang udah belepotan kemana-mana." Tawa Nungga keluar menunjuk muka Shana.

Ntah bagaimana lagi cara Shana menanggapi lelaki disampingnya ini. Rasanya kelakuan dan sikapnya semakin menjadi-jadi kepada Shana. Namun ada hal yang membuat Shana tanpa sadar hatinya tersentuh. Meskipun ada juga perasaan takut akan motif di balik sikap Nungga. Namun, dimana jarangnya ada orang yang menotice keberadaannya, mengingat dirinya, membaur percakapan yang melibatkan dirinya. Dan laki-laki itu melakukan itu semua kepadanya, membuat Shana merasa dirinya teranggap ada.

Shana melihat wajahnya di handphone, mencari-cari sisa salad buah yang dimaksud Nungga.

"Ini astaga! Gemes gue Lo nggak nemu-nemu! Kayaknya Lo ini kode deh biar so sweet kayak orang-orang gitu. Ngelapin muka pacarnya yang celemotan." Kekeh Nungga, tangannya ikut bergerak membersihkan potongan kecil keju di dekat mulut Shana. Sangat kecil potongan itu, membuat Shana mendengus tahu akal-akalan lelaki itu saja membuat dirinya kesal.

"Ihh apaan sih, kak! Gimana kalo diliat orang-orang? Ntar gue lagi yang dituduh apa apa!" Protes Shana akan kelakuan Nungga. Dirinya sedikit was-was melihat sekeliling apakah ada yang melihat adegan murahan yang dilakukan Nungga sebelumnya.

"Emang kenapa kalo ada yang liat? Mereka nuduh Lo apa? Pacar gue?" Nungga semakin menjadi-jadi, senyum maut ia tampilkan, membuat Shana tidak berkutik.

"Ya kalik! Yang ada mah orang-orang nuduh gue kegatelan, modus sama Lo!" Maki Shana.

Shana bisa menduga pikiran-pikiran yang ada di otak orang yang melihat adegan tadi. Dirinya pasti yang disalahkan, dituduh mendekati Nungga. Padahal kenyataannya Mereka Nungga yang memang kurang kerjaan, senang membuat dirinya menjadi bahan candaan.

"Yakin orang-orang mikir gitu? Orang gue yang modus sama Lo!" Goda Nungga.

"Nahh itu permasalahannya! Orang-orang mana percaya Lo yang mulai duluan. Mereka pasti menyimpulkan gue yang kegatelan!"
Shana terlihat emosi membayangkannya, padahal kenyataan saat ini tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak ada yang membicarakan dia seperti yang ia ucapkan tadi. Bahkan Shana tidak sadar bahwa ucapannya barusan secara tidak langsung mengiyakan Nungga yang sedang modus mendekatinya.

"Kenapa sih, Lo! Orang nyatanya aja nggak ada! Liat tuh liat! Siapa yang protes? Siapa yang ngomong gitu." Nungga melihat sikap Shana dengan heran.

"Emang nggak ada!! tapi kalo misalkan kata gue kan, misalkan ada!" Kesal Shana.

"Dishana, Lo aneh," Kekeh Nungga memperhatikan Shana dengan teliti. "Kenapa sih Lo udah mikir kejauhan banget, sampe menduga-duga omongan orang, mana jauh banget lagi udah mikir mereka nggak suka, nuduh Lo sebagainya segala."

Nungga ketika mengatakan itu tidak dengan nada sinis atau marah. Lelaki itu malah terlihat kagum dan aneh dengan jalan pikiran Shana yang kelewat jauh dan parno.

"Lo bisa ngomong gitu karena Lo enggak pernah jalanin hidup penuh tekanan dari orang-orang. Tekanan yang datang secara nggak langsung karena Lo tipe orang biasa yang nggak bisa menarik untuk orang-orang sukai." Shana mengatakan itu sambil menerawang, mengingat kelakuan orang-orang yang selalu meremehkan, menganggap dirinya tidak sepenting itu. Benar sekali ketika hidup Lo fasif ditambah muka Lo biasa aja, dan hidup diantara orang-orang yang kebalikan dari itu semua, maka akan sangat terasa perbedaan perlakuan itu.

"Kenapa Lo ngomong gitu?" Nungga semakin memperhatikan Shana. Ingin menggoda perempuan itu lagi pun dirinya merasa sungkan.

"Ya karena hidup gue kayak gitu!" Tegas Shana berusaha memberi penjelasan.

DishanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang