Shana terdiam di kursi kamarnya. Menatap kearah handphone yang tergeletak di meja depannya. Sejujurnya Shana sedang berpikir dengan keadaan momoy—motor Nungga. Setelah tidak sengaja mendengar percakapan Asha dengan orang yang ditelepon tadi. Shana menyimpulkan bahwa Nungga belum juga dapat mengatasi kerusakan momoy hingga meminta bantuan Asha.
Asha pergi setelah menerima telpon itu, pastinya menghampiri Nungga. Shana heran dengan lelaki itu, yang dengan tidak tahu dirinya menjelekkan Nungga dihadapannya, tanpa rasa bersalah. Padahal terlihat tadi, mereka seperti tidak terlihat permusuhan dan saling tidak suka diantara keduanya. Apakah Asha manusia munafik bermuka dua?
Shana tidak tersadar dirinya sudah terdiam cukup lama memikirkan hal itu. Hingga ia melihat kearah handphone waktu menunjukkan pukul 10 malam lebih. Sudah memasuki waktu tidur Shana. Dirinya beranjak membersihkan muka, lalu siap berbaring untuk tidur. Sebelum dering telponnya menggagalkan rencana itu.
Nungga tampan calling..
Shana tidak langsung mengangkat telepon itu, matanya fokus kepada nama yang tertera. Hingga dirinya tersadar Lelaki itu sendiri yang menamakan nama tersebut. Menggelikan, kepercayaan dirinya patut diapresiasi walaupun ini lebih ke narsis.
Geli gue bacanya
"Assalamualaikum Dishana..."
Sapaan riang terdengar menerobos gendang telinga Shana.
Bising dari tempat penelpon pun menambah bising suara di sana. Membuat Shana memikirkan apakah lelaki itu masih di tempat motornya dibenarkan. Apalagi Asha tadi berencana menghampiri lelaki itu. Ragu Shana, takut Asha masih ada di sana.
"Hallo halloooo. Apakah ada orang di sana?"
Suara dari Nungga kembali terdengar. Menyadarkan Shana bahwa dirinya belum juga mengeluarkan suara.
"Iyaaa." Jawab Shana sekenanya. Otaknya masih dipenuhi hal-hal runyam.
"Kok Lo kedengaran lemes banget sih. Sakit hati gue Lo nggak semangat gitu jawab telpon gue."
Lelaki seperti Nungga memang rajanya drama.
"Iya kak Nungga." Suara Shana dibuatnya seriang mungkin.
"Nahhh gitu dong!!! Gue kan jadi salting gini, apalagi di panggil kakak. Waduhhh."
Suara Nungga yang terdengar begitu bahagia membuat Shana tanpa sadar menyunggingkan senyumnya.
"Dishana.."
Panggil Nungga lagi.
"Iya kak Nunggara."
Arghhhh!!
Teriak Nunggara mengepalkan tangannya sambil melompat kecil. Bahagia seperti telah memenangkan undian. Setelah itu terdengar suara-suara dari sebrang namun Shana tidak tahu dengan siapa lelaki itu berbicara.
"Kak Nungga lagi dimana?"
"Iya Dishana? Lo ngomong apa? di sini lagi rame banget. Banyak makhluk-makhluk pengganggu soalnya."
"Sakit, woy!!"
Teriak Nungga setelahnya.
"Lo pada gangguin gue aja! Iri bilang!!"
"Sorry ya Dishana."
Kini suara Nungga terdengar tenang. Menjauh dari kerumunan ramai tersebut.
"Iya kak nggak papa kok. Kak Nungga lagi dimana?" Ulang Shana, mengucapkan kembali pertanyaan sebelumnya.
"Gue lagi di bengkel. Ini lagi sama anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dishana
Teen FictionIni tentang Dishana, perempuan yang memiliki nama ambigu sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman. Ini juga tentang di sana, dimana yang terlihat tertawa belum tentu bahagia, menangis belum tentu menderita. Dishana, di sana? Terdengar sama, namun...