Pikiran Nungga penuh dengan dugaan-dugaan akan hubungan Shana dan Asha. Sebenarnya hubungan kedua orang tersebut apa? Nungga yakin bukan hanya sebatas tetangga satu kompleks. Apa teman masa kecil? Atau bisa juga ternyata mereka mempunyai hubungan spesial yang mereka sembunyikan. Semacam backstreet.
Kepanikan Asha membuat dugaan akhir Nungga semakin kuat. Jadi selama ini mereka pura-pura tidak saling mengenal padahal menyembunyikan suatu fakta besar.
"Kak, Lo kenapa keliatan bingung." Pertanyaan dari Shana menyadarkan Nungga bahwa subjek yang masih ia pikirkan masih ada di sana.
"Kok Lo belum ke kamar? Nggak tahu letak kamarnya? Mau gue anter?" Nungga melayangkan pertanyaan beruntun. Membuat Shana tambah heran dengan gelagat aneh Nungga.
"Iya gue ke kamar sebentar lagi. Mau ngasih makan Abul dulu kasian." Jawab Shana. "Lo keberatan kak gue tinggal di sini?" Shana bertanya setelah melihat raut wajah Nungga yang berbeda dari sebelum mereka sampai di rumah ini.
"Nggak. Nggak sama sekali." Nungga menggeleng tegas. "Aturannya gue yang nanya gitu. Apa nggak akan ada yang marah Lo tinggal di sini?"
Shana terdiam. "Siapa yang bakalan marah? Emang masih ada yang perduli sama gue." lirih Shana.
"Okee!! Abaikan pertanyaan gue tadi." Sesal Nungga. "Gue boleh tanya sesuatu sama Lo, Dishana? Tapi ini menyangkut hal privasi Lo. Kalo Lo nggak mau jawab juga nggak papa." Nungga menatap Shana dengan serius.
Rasa penasaran Nungga rasanya sangat besar. Pertanyaan akan hubungan Asha dan Shana terus berputar meminta jawaban. Heran melihat sikap Asha yang mendadak itu. Mengingat Asha adalah manusia kaku yang tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya.
"Lo ada hubungan sa—"
"NUNGG!!! NUNGGA!!!" Teriakan tidak sabar dari luar menggagalkan pertanyaan yang tinggal seujung selesai itu. Nungga bahkan sempat mengumpat kecil.
Shana yang seperti mengenal suara lelaki yang berteriak dari luar kini terlihat menegang. Tubuhnya kaku tidak bisa digerakkan.
Itu Asha. Bagaimana bisa Asha ke sini.
Ahhh rasanya Shana tidak sanggup untuk menampakkan wajah di depan lelaki itu.
"Kak, gue ke kamar sekarang. Ada teman Lo, gue nggak enak ganggu acara kalian." Putus Shana cepat di sela-sela kesadarannya. Telah bersiap berjalan menuju kamar. Namun langkahnya di tahan oleh Nungga.
"Lo pasti tahu kan siapa yang datang?" Todong Nungga telak. Hal tersebut tentu membuat Shana kembali menegang. Tangan yang di genggam Nungga untuk menahan langkah Shana terasa dingin oleh keringat.
"Lo tegang. Dishana, Lo sakit? Muka Lo pucet." Panik Nungga ketika melihat wajah Shana terlihat memucat.
Shana menggeleng kecil sebagai jawaban. "Gue cuman butuh istirahat kak. Gue mau ke kamar." Balasan dari Shana membuat Shana melepaskan genggamannya. Memberikan izin kepada Shana untuk beristirahat. Mungkin benar Shana kecapekan mengingat perjalanan mereka sejak tadi malam, hingga masalah yang menimpa perempuan tersebut. Tentu sangat menguras emosi.
"WOYY NUNGGA!! LUAR LO!!" Teriakan kembali dari luar membuat Nungga tersadar ada makhluk lain di rumah ini.
"Gue buka pintu dulu. Asha di luar. Lo istirahat di kamar. Tapi kalo memang ada hal yang ingin Lo jelasin atau ingin Lo lakuin. Lo luar, gabung ke kita." Jawaban dari Nungga terdengar seperti sindiran ditelinga Shana.
Shana tidak bisa berbuat banyak. Dirinya masih syok dan sulit mengerti keadaan bertubi tubi ini.
Nungga berjalan ke arah luar. Siap untuk menyambut tamu yang sejak tadi terdengar tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dishana
Teen FictionIni tentang Dishana, perempuan yang memiliki nama ambigu sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman. Ini juga tentang di sana, dimana yang terlihat tertawa belum tentu bahagia, menangis belum tentu menderita. Dishana, di sana? Terdengar sama, namun...