Bagian dua puluh empat

670 111 19
                                    

Shana sudah siap untuk berangkat ke kampus. Menggenakan jeans kulot dengan kemeja yang terpasang tanpa di kancingkan, dengan lapisan baju dalam crop top bewarna putih. Rambutnya ia kuncir satu dengan scruncie ungu kebanggaannya.

Ketika berada di ruang tengah, ia melihat Asha yang sama sudah berpakaian rapi siap untuk berangkat. Shana tidak tahu pasti lelaki itu akan pergi ke kampus atau kemana, meskipun Nungga mengatakan ada kelas juga jam pukul 10 sama sepertinya, Asha belum tentu. Shana tidak tahu pertemanan mereka dimulai karena teman sekelas, satu organisasi atau bagaimana.

Dengan sengaja Shana memperlambat kegiatannya, membiarkan Asha agar pergi terlebih dahulu. Setelah suara motor itu terdengar menjauh, baru Shana melanjutkan niatnya untuk pergi menunggu Nungga di depan kompleks, situasi ini lebih nyaman Asha telah pergi tanpa akan ketahuan.

Di lain sisi Nungga telah berada di taman kompleks Shaha. Sesekali bersenandung kecil memberi semangat dirinya sendiri.

"Ngapain Lo di sini?" Suara mendadak tersebut mengejutkan Nungga yang sedang asik bernyanyi.

"Woyy! Asha!"

"Perasaan gue nggak pernah minta Lo jemput. Ngapain Lo berkeliaran di kompleks gue?" Heran Asha.

Melihat lelaki itu sudah nangkring pagi-pagi di taman kompleksnya, dirinya pun merasa tidak ada janji dengan lelaki itu. Mengingat ketika telah mengantarkan Nungga dan momoy tadi malam lelaki itu tidak lama langsung pamit pulang, dengan alasan Mamanya tidak ada di rumah.

"Dih! Emang isi kompleks ini cuman punya Lo doang. Gue kan lagi nunggu seseorang." Ucap Nungga penuh semangat ketika mengucapkan kalimat terakhir itu.

Asha menatap Nungga lama, dengan maksud meminta penjelasan akan ucapan Nungga tersebut.

"Siapa?" Asha akhirnya bertanya setelah tidak ada respon jawaban dari Nungga, lelaki itu malah terlihat cengar-cengir tidak jelas.

"Dishana." jawab Nungga sambil tersenyum lebar. "Lo tahu rumahnya? Katanya rumahnya agak di belakang sulit masuk motor, padahal gue liat-liat kompleks rumah Lo ini rumahnya agak renggang ya nggak ada jalan sempit." Nungga terus saja nyerocos tanpa melihat perubahan ekspresi orang yang diajaknya berbicara terlihat tidak senang.

"Lo mau tahu rumahnya?" Asha menatap Nungga dengan malas. Berbanding terbalik dengan raut semangat dari lawan bicaranya.

"Mau mau!! Gue yakin sih dia bilang motor nggak bisa masuk rumahnya itu bohong banget! Pasti dia nggak mau gue tahu rumahnya. Bagus deh kalo Lo tahu, biar gue buat kejutan tiba-tiba gue udah di depan rumahnya." Tanpa henti Nungga berkata dengan berseri-seri. Membayangkan ekspresi seperti apa yang akan diberikan Shana jika dirinya tiba di depan rumahnya langsung. Nungga benar-benar mengabaikan raut yang tidak mengenakkan dari Asha, bahkan tanpa didengarnya dengusan beberapa kali dari mulut Asha tersebut.

"Lo tinggal belok kanan, ikuti aja jalan lurus itu." Tunjuk Asha kearah jalan di sisi kanan mereka. Nungga mengikuti arahan tersebut dengan teliti. "Pokoknya lurus aja, sampe ada rumah ujung dekat pohon besar. Rumahnya nggak punya tetangga samping, masih lahan kosong semua sebelahnya." Jelas Asha.

"Oke, berarti belok kanan itu, abistu lurus terus, sampe itu ada beberapa rumah yang numpuk jalan dikit ada lahan kosong ada pohon gede, di samping itu?" Nungga kembali mengulangi penjelasan Asha, memastikan.

"Iyaa." Jawab Asha. Tanpa disadari nungga lelaki tersebut tersenyum miring.

"Untung ada Lo, Ash. Gue kira Lo kagak kenal, soalnya keliatan diam-diam aja waktu ada dia. Tapi nggak heran sih, Lo kan sulit interaksi sama orang baru. Eh? tapikan ini tentangga satu kompleks berarti bukan orang baru dong? Bodo amat pasti karena kalian tetangga jauh, kan?" Panjang lebar Nungga. Hanya di hadiahi kekehan kecil dari Asha.

DishanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang