Setelah drama tidak jelas yang membuat Shana kelimpungan. Dimulai mengikuti Nungga dan temannya menuju stand lorong belakang, katanya. Dimana Shana dan ketiga temannya ikut juga ke stand tersebut. Lalu adegan bertemu Alev dan Asha ketika perjalanan ke stand belakang tersebut, awal mula pendramaan. Apalagi Asha yang sejak pertemuan mereka kini tiada henti memperhatikan setiap gerak-geriknya. Dimana Nungga masih juga mengintili hingga mereka selesai ke tempat stand yang mereka tuju tadi. Menambah kekacauan yang dirasakan Shana.Ternyata stand yang mereka tuju adalah benar stand Nungga dan teman-temannya. Sedangkan stand tempat Nungga dan Shana bertemu adalah stand organisasi yang sudah di kelola pengurus baru, Obin beserta lainnya.
"Gue mau pulang." Lirih Shana kepada Bina disampingnya.
Sejak tadi adanya Asha di sana. Shana lebih banyak diam dan terlihat tidak nyaman. Suara yang keluar setiap berbicara pun hanya cicitan kecil. Yang membuat Nungga semakin senang menggodanya.
"Yaudah ayo! Udah sore juga ini." Bina yang paham kondisi Shana yang tidak nyaman pun menyetujui.
"Pamit dulu. Sekalian nanya Jessa udah mau pulang belum." Ajak Bina lagi, mengajak berjalan kembali kearah rombongan.
Shana hanya mengekori Bina dari belakang. Dirinya ingin cepat-cepat keluar dari situasi ini.
"Jess kita udah mau pulang nih, Lo pulang sekarang atau ntaran?" Tanya Bina kepada Jessa ketika melihat Jessa yang sedang asik mengobrol dengan tiga lelaki didepannya.
"Gue ikut pulang sekarang deh, udah sore juga ya." Balas Jessa. Berdiri melihat jam di handphonenya. Lalu wajahnya berubah panik setelah melihat pesan di handphonenya.
"Astaga!!! Gue baru inget abang gue mau jemput! Mana dia pulang kerja udah dari jam 3an tadi lagi. Ini udah jam 4 lebih." Panik Jessa.
"Abang atau abang, nih?" Ical menggoda.
Apalagi wajah mengejeknya yang ia tampilkan di depan wajah Ubay membuat Ubay ingin menendang lelaki itu.
"Apaan sih, Cal. Najis muka lo deket-deket gue." Risih Ubay mendorong wajah Ical.
"Kak Ical, mah! Ya abang beneran dong, masa abang-abangan? Emang masih jaman begituan." Kekeh Jessa menanggapi godaan Ical.
"Gue kira gitukan. Abang ketemu gede." Goda Ical kembali.
Rasanya mulut lelaki itu akan terasa hambar jika tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat orang lain kesal.
"Kayak siapa, tuhh?" Alev yang tadinya sedang duduk di bangku dekat Nungga ikut mengeluarkan suara.
Semua lelaki yang mendengar ucapan Alev langsung mengalihkan pandangan kearah Nungga yang duduk di samping Alev.
"Siapa??? Kenapa pada ngeliatin gue???" Nungga yang merasa terhakimi pun protes.
"Abang Nungga, Adik Cila senang deh punya kakak pembimbing kayak Abang Nungga." Ubay ikut-ikutan mengejek.
Mengubah nada bicaranya seperti suara perempuan yang dimanja-manjakan. Seperti telah terjadi moment yang melibatkan lelaki yang terlihat kebingungan itu.
"HAHHAHA BANGSAT!!" Teriak Nungga setelah sadar apa yang dimaksud teman-temannya.
Kejadian pertama kali Nungga memandu menjadi kakak pembimbing seperti tugas Alev waktu itu. Saat itu Nungga masih berada ditingkat dua, masa-masa paling semangat menjadi kepanitiaan. Terdapat satu mahasiswa baru yang senang sekali memanggil Nungga dengan sebutan abang, dan dirinya menyebut dirinya sendiri dengan panggilan adik.
"Jadi itu juga yang Lo maksud membangun relasi?" Ejek Ical mengingat jawaban Nungga ketika dibilang mempunyai banyak gebetan.
"Ya termasuk juga. Kita kan nggak tahu kehidupan ke depan kayak gimana? Siapa tau sewaktu-waktu gue butuh bantuan dia gitukan." Nungga membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dishana
Teen FictionIni tentang Dishana, perempuan yang memiliki nama ambigu sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman. Ini juga tentang di sana, dimana yang terlihat tertawa belum tentu bahagia, menangis belum tentu menderita. Dishana, di sana? Terdengar sama, namun...