bagian enam belas

1.3K 226 110
                                    


"Enak banget ya makan gratisan gini." Shana dengan khidmatnya menikmati hidangan hasil traktiran Jessa.

Awalnya Jessa tidak ada niatan untuk mentraktir kedua temannya itu. Dikarenakan Shana dan Bina yang awalnya tidak ingin untuk ikut makan ayam geprek sesuai request dari Jessa sepulang kuliah ini, terpaksa ia merayu dengan embel-embel traktiran. Akhirnya Shana dan Bina yang kini terlihat lebih semangat untuk makan.

"Hmmmm. Heran deh gue, kenapa makanan traktiran itu nikmatnya berkali-kali lipat ya?" Shana memasukkan sepotong ayam berlumur cabe yang begitu merah ke dalam mulutnya. Dikunyahnya dengan menggerakkan mulut berlagak seperti food vloger. Asmr ayam geprek.

"Lebay." Dengus Jessa kesal. Memang Dishana Mahira temannya ini tak tahu diri. "Siapa juga tadi yang sok nggak pengen makan ayam geprek? Mana buktinya ini malah paling semangat." Sindir Jessa.

"Ab-shin-" Shana berbicara tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Telan dulu ih, jorok banget." Bina yang melihat Shana berbicara dengan mulut penuh dengan makanan merasa jengah.

"Minum dulu. Penuh banget itu mulut." Jessa yang ikut jengah melihat kelakuan temannya ikut menyodorkan segelas air putih.

Glekkk glekk glugukk

Tiga kali tegukan air dalam gelas itu ludes. Setalah menaruh gelas di diatas meja, samping piring berisi ayam yang tinggal seperempat itu Shana langsung mengulangi ucapan yang tak jelasnya tadi.

"Abis ini kita beli seblak ya." Ucapnya dengan santai. Menatap kedua temannya tanpa dosa.

Sejak awal tadi memang Shana ngotot ingin makan seblak. Namun akibat tergiur dengan rayuan Jessa yang mengatakan akan mentraktir dirinya dan Bina ayam geprek depan kampus yang mereka dengar dari teman kuliah mereka enak akhirnya seblak itu gagal.

"GAK!" Tolak Jessa dan Bina bersamaan.

"Besok aja! Udah sore ini. Lo nggak lihat itu langit udah segelep itu?"

Shana mencebik kesal.

"Gue BM banget ini." Shana berusaha merajuk untuk merayu kedua temannya.

"Besok-besok kan bisa, Shana!!. Kayak nggak ada hari esok aja sih. Ntar gue di cariin emak gue kenapa nggak pulang-pulang. Gue kan mau pamer ke keluarga cerita hari pertama gue melaksanakan pembelajaran di kuliah." Balas Bina penuh semangat ingin menceritakan kegiatannya hari itu.

"Yaudah deh. Di bungkus aja. Nggak apa kok." Senyum manis Shana terbit.

"Ewww. Emang enak seblak di bungkus. Udah medok itu rasanya kalo udah sampe rumah. Kuahnya udah kesedot abis." Jessa bergidik membayangkan memakan seblak yang sudah lembek tak ada kuah lagi.

"Gakk apa. Tenang kalo kuahnya abis tinggal gue siram air panas waktu di rumah," Shana berbicara santai. Ntah Shana mendapatkan resep ide dari mana akan hal itu.

"Lo serius?" Jessa menatap Shana penuh selidik. Merasa heran dengan jalan pikiran Shana. Dirinya pun bingung apakah itu candaan Shana saja atau serius.

"Gue selalu serius. Cowok-cowok aja yang gak pernah seriusin gue."

"Kak Nungga—"

Shana menggerakkan tangan di depan wajah Bina. Malas jika sudah di sangkut pautkan dengan Nungga Nungga dan Nungga. Temen-temennya ini memang bebal tidak percaya dengan ucapannya bahwa dirinya tak ada hubungan apa-apa dengan lelaki itu. Lagian kejadian tiga hari lalu ketika masa perkenalan kampus sudah berusaha kerasa Shana lupakan.

"STOP!!!" Tangan Shana bertengger memberikan peringatan berhenti di depan Bina.

"Apaan sih?" Kesal Bina dengan kelakuan Shana. Ia berusaha menghindari tangan tersebut.

DishanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang