bagian dua belas

1.3K 221 1K
                                    

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Masa-masa sulit diakhir SMA telah berlalu. Kini kembali akan muncul masa sulit yang baru. Jelas, kesulitan itu tidak akan lepas dari kehidupan manusia.

Menjadi mahasiswa tentu terbayang akan masa indah seperti cerita yang kebanyakan dijabarkan di drama. Berbeda dengan pikiran Shana yang sudah kalut dan takut untuk menjalani kehidupan tersebut. Hal-hal buruk selalu terlintas dibenaknya akan keputusan yang dirinya ambil. Melanjutkan di universitas yang sama dengan Asha tentu tujuan yang memang direncanakan Shana sejak paham akan masa depan.

Tuntutan dengan sederet kata pedas mamanya membuat keyakinan itu semakin tumbuh. Ketika ia diremehkan akan kemampuannya tentu siapa yang tidak ingin membuktikan bahwa dirinya sanggup untuk menyanggah remehan itu. Shana telah berhasil mematahkan dugaan sang Mama yang mengatakan Shana tidak akan bisa masuk kampus  dengan kemampuan yang ia miliki. Namun hal tersebut tidak membuat kebahagiaan timbul dalam hati Shana. Keraguan akan kehidupannya di kampus jika satu tempat dengan Asha membuat pikiran negatifnya timbul. Apalagi ini pertama kalinya ia menempuh pendidikan ditempat yang sama dengan kakak laki-lakinya itu secara bersamaan. Mengingat ketika sekolah sd mereka berbeda sekolah, smp dan sma pun sama namun Shana masuk ketika kakaknya itu telah lulus.

Notifikasi grup yang berisi dirinya dengan kedua sahabatnya berbunyi dengan beruntun. menandakan keributan akan membahas hal sedang mereka perbincangkan di sana.

Gabuters🐷✨

Jessa:
Kalian udah nyiapin barang untuk keperluan besok?

Pesan dari Jessa membuat Shana teringat, list barang apa saja yang perlu mereka bawa untuk kegiatan sambutan pertama di hari perkuliahan. Bersyukur mereka ditakdirkan masuk dalam universitas yang sama tanpa direncanakan sebelumnya.

Bina yang menginginkan lanjut diluar Provinsi namun ditolak mentah-mentah keputusan tersebut oleh kedua orang tuanya. Bunda Carmila tentu tidak ingin jauh-jauh dari putri kesayangannya itu. Sedangkan Jessa manusia yang tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas hanya mengiyakan saja keputusan orang tuanya yang menyuruh melanjutkan ke universitas yang sama dengan kakak-kakaknya sebelumnya. Untuk Shana? Tentu dirinya hoki bisa terima.

Dishana:
Astaga, gue lupa, gue ini manusia sibuk soalnya.

Benar. Kesibukannya hari ini membuat dirinya melupakan bahwa besoklah tanggal penting itu. Apalagi barang yang Jessa ucapkan tadi belum sama sekali ia cari.

Jessa:
sibuk menghalu?

Bina:
sibuk nge babu dia mah

Shana tersenyum membaca balasan dari Bina. Mengiyakan dalam hening tanpa balasan ketikan ia lakukan.

Jessa:
mau-mauan jadi babunya kucing

Namun yang dikatakan Jessa tentu salah. Ini bukan tentang kucing yang perlu ia perhatikan tiap saat itu.

Bina:

Merawat tuan Abul butuh effort ya, Shan. Sini kasih gue aja biar gue adopsi.

Dishana:
bacot Lo berdua!

Balas Shana seolah kesal kepada mereka. Membawa-bawa Abul dalam pembicaraan tentu sering sekali mereka lakukan. Kedua temannya mengatakan dirinya yang terlalu bucin dengan kucing, rela apapun demi bintang berbulu itu.

DishanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang