bagian empat belas

1.3K 229 1K
                                    

Acara pengenalan kampus ini terlaksana dengan baik. Tidak ada acara senioritas antara panitia dan mahasiswa baru seperti yang Shana lihat berita-berita di televisi dahulu. Kegiatannya santai, tidak sama sekali menegangkan, malahan kebanyakan menyenangkan. Kakak-kakaknya baik-baik, memperlakukan mereka dengan kesopanan. Tidak ada kekerasan yang mereka berikan, atau perintah-perintah tidak masuk akal. Kegiatan ini hanya berupa pengenalan lingkungan kampus, dan kebanyakan materi untuk persiapan mahasiswa baru mengenal dunia perkuliahan sesungguhnya.

Hal tersebut juga yang tidak membuat Shana terlalu memikirkan kejadian dimana dirinya dibawa Nungga untuk mencari kelompoknya. Tidak ada protesan atau kecurigaan dari teman kelompoknya, bahkan dirinya kini selalu ditanyakan keadaan karena mereka menduga dirinya beneran sakit. Meskipun sedikit kesal dengan alasan Nungga tersebut yang seperti mendoakannya untuk sakit, namun Shana patut bersyukur alasan tersebut rasanya sungguh pas. Tidak ada kecurigaan akan hal yang telah dilakukan Nungga. Dimana sebenarnya dirinya bukan dibawa ke panitia kesehatan, malah ke kantin
untuk makan siang.

Kebingungan Shana akan panggilan Alev yang memanggil Nungga dengan sebutan 'Pak ketu' itupun kini telah terjawab. Dimana ketika acara penutupan kegiatan di akhir itu Nungga terlihat membawakan kata-kata di depan sana. Shana tidak menduga lelaki jahil seperti Nungga bisa dipercayai untuk memegang kegiatan terbilang besar seperti ini. Apalagi sepenglihatan Shana ketika menyampaikan kata-kata di depan lelaki itu masih saja sesekali mengeluarkan sifat bercanda dan aura jahilnya. Memang sih, kegiatan tersebut membuat suasana cair, timbul tawa syarat akan kebahagiaan dari area mahasiswa baru melihat tingkah Nungga. Pujian akan lelaki itu semakin banyak di dengar oleh Shana.

Fokus menilai dan mengamati Nungga di depan sana. Membuat Shana tidak mendengar ucapannya dengan sepenuhnya. Fokusnya sejak tadi hanya kepada gerak gerik akan kelakuan lelaki itu. Hingga kini mata mereka tidak sengaja bertatapan, membuat fokus Shana akan lelaki itu kembali terpusat.

"Di sana...."

Fokus Shana yang masih terhipnotis akan lelaki itu seakan membuat telinganya mendengar ucapan Nungga seperti panggilan kepada dirinya. Suara lantang akan lelaki yang sedang berada diatas podium itu membuat Shana yang merasa namanya disebut mengangkat tangan sambil berdiri dari duduknya dengan penuh percaya diri. Tatapannya kepada Nungga belum juga terlepas.

Hening, semua mata tertuju kearahnya.

"Kenapa berdiri?" Tanya sang pemanggil nama dengan tatapan heran.

Bagaimana tidak heran diantara ramainya peserta didepannya ini yang sedang duduk. Tubuh Shana yang tidak terlalu tinggi itu dengan penuh percaya diri berdiri membuat fokus orang-orang beralih kepadanya.

"Kakak tadi manggil nama saya?" Shana menatap Nungga dengan pandangan yang sama herannya. Dirinya sebenarnya bingung motif Nungga menyebut dirinya di pembicaraan itu apa.

"Siapa? nggak tuh." Nungga terlihat kebingungan dengan sikap perempuan didepannya ini.

"Dishana. Itu nama saya kak." Jelas Shana kini dengan kepercayaan dirinya yang semula goyah melihat banyaknya pasang mata yang memperhatikan dirinya.

"Di sana." Tekan lelaki itu menunjuk kearah ruangan di bagian itu Utara.

"Di sana tempat kalian semua kumpul setelah kegiatan nanti."
Penjelasan lantang itu membuat seluruh orang berusaha keras menahan tawanya.

Wajah Shana memerah menahan malu, berusaha keras ia menampilkan raut biasa. Tubuhnya ikutan gemetar, dirinya ingin menangis saking malunya.

DishanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang