14

6.8K 1.1K 54
                                    

*******

Alice membawa Reyn ke kamarnya, kemudian menutup pintu dan menguncinya.

Alice melihat wajah lembut Reyn, lalu mulai menangis.

"Alice, ada apa..?!" Tanya Reyn bingung.

"Reyn, maafkan aku.. selama ini aku terus mempunyai pikiran busuk padamu, tanpa tahu kesakitanmu.. aku selalu berpikir aku bisa membelimu dengan uangku.. Reyn, aku sangat sedih sekarang.. selama ini pasti sulit bagimu kan berjuang sendirian..?! kamu gadis yang sangat kuat, aku tahu itu.. kamu tidak akan menangis hanya karena itu, jadi aku akan menangis menggantikanmu.." ucap Alice disela tangisannya.

Reyn tersentuh dengan kata- kata Alice.. karena selain Cathrine dan Varren, baru kali ini ada orang lain yang bersedia menangis untuknya.

"Alice, terima kasih.." Ucap Reyn seraya memeluk Alice.

•••
Reyn menemani Alice yang masih menangis.. pukul 11 malam, Alice akhirnya tenang.

" Reyn, tidak bisakah kamu menginap..?!"

" Aku akan pulang, kakakku akan cemas.." Reyn mengusap lembut kepala Alice.

" Tidurlah.. dan jangan menangis lagi.." lanjut Reyn.

Alice mengangguk.

•••
Reyn keluar dari kamar Alice. Tuan Edward sudah berdiri di sana. Reyn yakin, jika Tuan Edward mungkin mendengar obrolannya dengan Alice.

"Paman, saya pamit pulang.." Ucap Reyn.

"Paman akan mengantarmu.." Jawab Tuan Edward.

______________

Tuan Edward mengantar Reyn. Dia menyetir mobilnya sendiri. Dalam perjalanan tidak ada obrolan apapun.. tapi, saat mobil sudah berhenti di depan gedung apartemen Reyn, Tuan Edward akhirnya berbicara,

" Reyn, menurutmu Alice gadis seperti apa..?!"

"Alice gadis yang ceroboh, keras kepala, boros, selalu mau menang sendiri..."

Wajah Tuan Edward berkedut

"Bajingan ini.. Kalau dia bukan Orang yang disukai anakku, Aku pasti sudah menghancurkannya..!!" Batin Tuan Edward

".. dan dia gadis yang kesepian.." lanjut Reyn.

"Kesepian..?!"

Reyn menganggukkan kepala ,

"Saya pernah mendengar Alice bercerita tentang Paman.."

"Tentangku..?!"

"Alice merindukan Paman.. dia ingin pergi bermain bersama Paman, dia tak Ingin paman terlalu sibuk.."

"Reyn, kamu tahu, aku menamai perusahaanku "Zero" karena aku memulainya dari nol.. aku bekerja untuk masa depan Alice. Jika nanti aku tiada, kehidupannya akan terjamin.."

"Paman, anda ayah yang baik.. saya tidak tahu bagaimana rasanya memiliki Ayah, jadi saya tidak paham perasaan Alice.. tapi menurut saya, kebahagiaan tidak sekadar soal uang..di dunia ini masih ada sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan kekayaan.."

Tuan Edward menatap Reyn lekat-lekat.

" Waktu dan kebahagiaan.. Alice juga butuh waktu anda.. waktu yang sudah terlewat tidak akan bisa kembali.. maafkan saya jika perkataan saya lancang.. saya hanya tidak ingin Paman merasakan penyesalan.."

Tuan Edward terkesiap, karena Reyn sangat bijaksana.

"Kamu sangat blak-blakan ya.." ucap Tuan Edward sambil tertawa kecil seraya menepuk lembut kepala Reyn.

Reyn [ ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang