********
Empat Hari Kemudian
Seorang pemuda dengan rambut coklat terang berdiri menatap keluar jendela sebuah kamar rumah sakit.Di belakang pemuda itu, sudah berdiri seorang pria paruh baya dengan pakaian dokter.. kedua orang itu hanya berdiri menatap keluar tanpa ada yang bersuara.
Pria muda itu adalah Rize. Rize tengah mengingat obrolannya malam itu dengan Reyn, seorang gadis yang biasa mengunjunginya.
•••••••••••
Dua hari sebelumnya
Tengah malam, Reyn menemui Rize disini.
"Hei, mau sampai kapan kamu akan berpura-pura, Rize..!!" Reyn menendang Rize hingga Rize terjatuh dari ranjangnya.
"Apa kamu benar-benar seorang gadis..?! Dasar barbar..!!" Rize sedikit marah dengan Reyn.
"Kamu kan sudah membuktikannya sendiri jika aku seorang perempuan."
"Hahahaha." Jawaban Reyn sontak membuat Rize tertawa terbahak-bahak. Rize tidak ingat kapan terakhir kali dia tertawa seperti ini, karena dia bukan orang yang mudah mengungkapkan emosinya. Tapi, Reyn yang ada di depannya ini dengan mudah membuatnya tertawa selepas itu. Rize sedikit terkejut.
Rize segera berdiri dan menatap Reyn. Padahal Reyn sedang terluka, tapi masih kesini menemuinya. Belum cukup Rize berpikir, Reyn mengajukan pertanyaan padanya.
"Rize, apa kamu yang membunuh mereka..?!"
"Ya, itu karena kamu begitu ceroboh meninggalkan mereka hidup-hidup." Tentu saja itu jawabannya, karena sejak kecil Rize selalu mengalami hal semacam itu, maka membunuh orang yang ingin mencelakainya adalah sepadan. Tuan Edward juga selalu memuji Rize tiap Rize melakukannya.
Rize menatap lekat wajah Reyn. Wajah lembut yang menenangkan hatinya kala melihatnya.
"Hei, Reyn.. lanjutkan sandiwaramu.. aku akan membantumu, membuka jalan untukmu, juga menghabisi musuhmu.. kamu tak perlu kotori tanganmu dengan darah bajingan-bajingan itu,. Aku yang akan melakukannya untukmu." Entah bagaimanapun, sejak hari itu, Rize sudah berjanji pada dirinya sendiri akan melindungi Reyn.
Rize berjalan mendekat, dan memeluk Reyn.
"Aku akan menjadi bayanganmu, yang akan selalu ada dimanapun kau berada, Reyn."
Rize tidak menyangka bahwa Reyn akan membalas pelukannya, dan menepuk lembut kepalanya.
"Dasar anak nakal, apa aku ini ibumu..?! Hei, aku tidak akan pernah menyuruhmu membunuh.. tapi, jika itu memang harus, maka aku sendirilah yang akan melakukannya."
Kata-kata Reyn membuat Rize tercekat.
••••••••••
Rize mengepalkan tangannya dengan erat, lalu berbalik menatap dokter yang berdiri disana.
"Dokter, apa anda sudah lakukan tugas Anda..?!"
"Sudah, Tuan Rize.. saya sudah mengatur segalanya." Jawab dokter itu.
Rize tersenyum lembut,
"Terima kasih untuk segalanya, dokter.. saya berhutang budi pada anda."
"Maaf jika saya ikut campur.. tapi, apa anda yakin akan pergi seperti ini..?!" Tanya dokter hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyn [ ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ]
Teen Fiction[ Proses Revisi! ] Menyamar menjadi laki-laki demi balas dendam atas kematian saudaranya. Reyn adalah seorang gadis. Sejak ibunya menikah lagi dan pergi meninggalkan dia dan kakak laki-lakinya yang sakit-sakitan, membuat Reyn mau tak mau harus putu...