Chapter 10

491 72 14
                                    

Bagian ini sudah direvisi, jika masih ada kesalahan pada penulisan mohon untuk dikoreksi.

*****

( Perih )

     Angel berjalan perlahan menyusuri pinggiran jalanan yang kini sepi dengan sedikitnya pengendara yang lewat dikarenakan hujan deras yang turun 1 jam lalu.

Sesekali gadis itu menyeka air matanya yang mengalir dikedua pipinya bersamaan dengan air hujan yang mengguyur tubuhnya, Angel menangis terisak dibawah guyuran derasnya air hujan itu.

Hari ini ia jatuh cinta dan hari ini juga hatinya dipatahkan.

'Perih banget Ya Tuhan' batin Angel dengan tangan kanan yang menyentuh dada kirinya.

"Jefran... gue gak bisa nyalahin lo soal ini karena gue tau dari awal lo emang gak suka sama gue, lo benci sama gue dan lo nganggep gue sebagai musuh lo" ucapnya dalam hati.

"Ini salah gue sendiri, gak seharusnya gue suka sama lo, harusnya gue tau diri kalo lo itu pacaran sama gue cuman karena dare bukan karena cinta, gue emang bodoh... bodoh banget!"

Angel merutuki dirinya sambil sesekali menjambak rambutnya sendiri, hatinya benar-benar hancur, dan seseorang yang menghancurkan hatinya adalah musuh yang dicintainya.

*****

"Loh? Nduk kok basah kuyup gini? kamu main hujan-hujanan?" tanya Mbok Rita begitu Angel masuk kedalam mansionnya dengan keadaan badan yang basah kuyup.

"Terus temennya yang tadi jemput kemana? kok gak nganter pulang?" tanya Mbok Rita lagi.

"Jefran ada acara keluarga mendadak mbok, tadi dia mau nganter aku pulang, tapi aku tolak karena mungkin acara dia penting banget" bohong Angel.

"Oh gitu? yaudah ayo masuk kamar dan mandi, terus ganti baju biar gak sakit"

*****

"Iiih kok lo datengnya lama banget si?" omel Bella begitu Jefran datang dengan pakaian yang sedikit basah lalu duduk disebelahnya, saat ini mereka berdua tengah ada disebuah kafe, tentu dikafe yang berbeda bukan dikafe saat Jefran dan Angel makan malam tadi.

"Maaf, tadi gue neduh dulu... kan lo tahu tadi hujannya deres banget" kata Jefran, Bella menganggukkan kepalanya dan menatap keluar kafe, rupanya hujan sudah reda karena itulah pakain yang Jefran gunakan tidak sepenuhnya basah.

"Kita ngapain ketemu disini?" tanya Bella kembali menghadapkan wajahnya pada cowok tampan dihadapannya.

"Gue mau nembak lo" ucap Jefran membuat Bella terkekeh, gadis itu sudah tahu namun tetap bertanya, untuk sekedar basa basi.

"Nembak? mati dong" kata Bella membuat Jefran tersenyum lalu meraih tangan Bella dan mengusapnya pelan.

Jefran tiba-tiba teringat pada Angel, ia teringat dengan ekspresi yang sering ditunjukkan gadis itu, cuek, manja, tersenyum, kesal, marah, dan mendadak diam seperti tadi.

Seketika Jefran menjadi ragu akan perasaannya, harusnya ia lega karena sudah putus dan bebas dari gadis itu, tapi kenapa dia malah merasa gelisah seperti ini? bahkan Jefran tidak bisa mengenyahkan Angel dari pikirannya.

"Jefran?" panggil Bella membuat Jefran sedikit tersentak.

"I- iya?" sahutnya.

"Kenapa?" tanya Bella yang menyadari wajah cemas Jefran. Cowok tampan itu menggeleng,

"Ini keputusan yang tepat" batin Jefran meyakinkan diri sendiri.

"Gue suka sama lo dari kelas sepuluh, dan gue rasa ini waktu yang tepat, gue gakmau lo diambil orang, so saudari Bella Almahira... will you be mine?" tanya Jefran yang seketika membuat Bella mengangguk, memang inilah yang diharapkan Bella sejak dulu.

"Yes i will" jawab Bella lalu memeluk Jefran, Jefran hanya tersenyum lalu mengusap rambut Bella.

"Lo milik gue" ucap Jefran, namun lagi-lagi ia membayangkan wajah Angel, bersaaman disaat ia mengatakan 'lo milik gue' yang kesannya seperti Jefran mengatakan itu didepan Bella tapi tertuju pada Angel.

"Gak asik banget nembak gak bawa sesuatu" kata Bella sambil melepaskan pelukannya membuat Jefran tersadar dari lamunannya.

"Mau apa?" tanya Jefran.

"Harusnya kan ada coklat, bunga, boneka" Bella menyebutkan beberapa barang yang biasa digunakan cowok untuk menembak cewek pada umumnya.

Jefran tersenyum.

"Barangnya nyusul, kan lo tau gue abis dari kafe mutusin Angel terus kesini nemuin lo" kata Jefran, Bella hanya tersenyum.

"Eh iya lupa" ucapnya.

*****

     Selesai mandi, Angel duduk ditepi ranjang sambil menatap kosong kearah lantai, sesekali gadis itu sesenggukkan karena 2 jam dikamar mandi ia habiskan hanya dengan menangis disana.

Sampai sekarang Angel bahkan tidak tahu kenapa rasanya bisa sesakit ini mengingat kejadian bersama Jefran dikafe tadi, tidak seharusnya dia sakit hati karena bukankah ketua osis itu adalah musuh bebuyutannya?.

Tapi tidak, Angel sudah menghapus sebutan 'musuh bebuyutan' yang ia sematkan pada Jefran semenjak ia menyukai cowok itu beberapa jam lalu, namun setelah pengakuan Jefran, ia juga tidak bisa membenci cowok itu karena cowok itu tidak bersalah, dirinyalah yang terlalu percaya diri jika Jefran akan menyukainya.

"Biarin luka ini gue rasain sendiri Jef, lo gak boleh tau soal perasaan gue ke elo, doa gue cuma satu... semoga lo bisa bahagia sama Bella" batin Angel.

Angel meraih cermin kecil dinakas lalu menatap wajahnya dari pantulan cermin itu, keadaannya benar-benar kacau, matanya sembab, wajah pucat dan rambut yang belum sepenuhnya kering.

Gadis itupun meletakkan kembali cerminnya dan langsung mematikan lampu kamarnya kemudian berbaring perlahan diranjang, Angel menarik nafas panjang bersamaan dengan ia menarik selimut.


*****

Semoga suka

Jangan lupa vote + komennya:v

Lanjut⬇️



Feeling [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang