Part 8 ~ Paparazi

135 21 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa vote dulu yah, sempat kan untuk berkomentar juga yu!!





Hiruk pikuk terdengar dari ricuhnya murid-murid di sekolah ini. Di salah satu ruangan tersebut, terdapat murid-murid yang tengah belajar dengan dipandu oleh seorang guru pria yang terlihat masih muda. Ia mengajari anak-anak yang berusia tujuh tahun di hadapannya. Bahkan ia termasuk guru kesukaan murid-murid karena cara mengajar nya yang menyenangkan.

"Baiklah, pelajaran hari ini sudah selesai. Sebelum pulang, alangkah baiknya kita membaca doa seperti biasa. Berdoa dimulai."

Murid-murid mengangkat kedua tangannya sambil beramai-ramai membaca doa seperti biasa.

"Alhamdulillahi rabbil alamin. Oke semuanya boleh pulang."

"Yeeyyy!!"

"Aku dulu aku dulu."

Anak-anak itu dengan segera menghampiri guru didepannya dan mencium tangannya, seperti sudah hal yang biasa dan diterapkan di sekolah ini.

Guru tersebut menatap seorang anak perempuan dan merupakan muridnya yang masih duduk sambil menatap teman-temannya yang hendak pulang.

"Naura? Kenapa belum pulang?"

"Aku nunggu teteh Nahla jemput. Aku juga mau ngomong dulu sama ustad."

Pria itu berdiri di depan muridnya. "Ngomong apa tuh?" ucapnya lembut sambil tersenyum, ia seperti sudah mengetahui apa yang akan anak ini katakan.

"Ustad, aku sedih banget."

"Teh Nola lagi yah?"

Naura mengangguk pelan, bocah yang berumur 7 tahun itu mengusap air matanya.

"Kunaon atuh, cerita ke ustad."

"Naura lihat, emak, abah, sama teteh Naura, semuanya sedih."

"Sedih kenapa."

"Kenapa atuh, teh Nola bisa berubah kaya gituh."

Guru itu terdiam masih tidak mengerti apa yang anak ini katakan.

"Teh Nola kenapa gak pakai kerudung lagi, dia juga pake bajunya pendek banget," ucap bocah kecil itu.

Pria yang ada di depan bocah tersebut merasa prihatin dengan kesedihan Naura. Bahkan ia tak menyangka jika bocah seusia ini sudah mengerti keadaan seperti itu dan sampai menangisinya. Naura murid yang pandai, dia berbeda dari murid yang lain, dia sangat dewasa. Tiap kali pulang sekolah pada saat pelajaran terakhir dengan guru ini, ia selalu bercerita padanya. Apapun itu, Naura senang bercerita pada guru ini, mulai dari bercerita ketika ia khatam Al-Quran, pergi tamasya dengan keluarga, punya baju baru, Naura selalu bercerita pada guru ini. Mereka berdua begitu dekat dan memang sudah seperti kakak beradik. Lagi pula keduanya masih memiliki hubungan keluarga.

Mengenai Naura sering bercerita tentang masalah keluarganya karena Nola, menurutnya hal itu sama saja mengumbar aib keluarga. Namun apa daya, pasti seorang anak kecil belum mengerti hal itu dan membutuhkan tempat bercerita. Pria ini selalu mendengarkan curahan hati Naura. Sesekali anak ini bertanya dan meminta nasihat padanya. Ia juga meminta pa ustad atau gurunya ini untuk mendoakan kakak nya agar segera berhijrah. Baginya, hal itu cukup memprihatinkan. Seharusnya bocah seusia ini belum perlu untuk memikirkan hal seperti itu.

"Naura yang sabar aja. Insya Allah teh Nola segera berhijrah yah. Naura terus berdoa, biar Allah kasih hidayah sama Nola."

"Kapan pa ustad."

"Bapak tidak tau, tapi bapak yakin ia akan segera berhijrah." Dia mengelus pucuk kepala anak ini dengan sangat lembut menyayanginya.

Naura sudah seperti adiknya sendiri, apalagi keluarga nya juga mengenal dekat dengan keluarga Naura.

My Journey In Korea (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang