Part 9 ~ Sehembus Udara Dingin

132 22 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa vote dulu yah, sempat kan untuk berkomentar juga yu!!





Udara dingin yang menghembus kencang, menusuk hingga ke dalam tubuh. Ditengah lebatnya badai salju, mereka tak menyerah untuk terus berusaha melanjutkan kegiatan pekerjaan mereka. Pakaian tebal yang mereka kenakan, seakan masih kurang untuk menyelimuti tubuh mereka dari udara dingin.

Apalagi dengan Nola yang diharuskan mengenakan rok hitam diatas lutut yang pastinya membuat sekujur kakinya terasa membeku. Mau tak mau ia harus mengenakannya, walaupun dia hampir setengah membeku karena begitu kedinginan. Wanita itu mengenakan jaket moca yang tebal, dengan syal dan sepatu boots hitamnya. Ia tak henti-hentinya mengusap kedua kakinya karena kedinginan.

"Ya ampun dingin banget, harus berapa lama lagi."

"Masih ada tiga jam, kamu harus kuat Nol," ujar Adel.

Nola menghembuskan nafasnya hingga mengeluarkan asap putih tipis dari mulutnya.

"Ayo kita mulai lagi," sahut sang Sutradara yang begitu semangat menjalankan pekerjaannya.

Nola berdiri dari duduknya, ia berjalan menuju area pinggir danau yang akan menjadi tempat shooting nya. Wanita itu hanya bisa menenggelamkan kepalanya di balik syal putih. Dae yang juga shooting bersamanya, tak henti-hentinya tersenyum melihat kelakuan Aeri. Dia juga merasa lucu dengan hidung Aeri yang sedikit kemerahan.

Aeri menggosokkan kedua tangannya. "Aku merasa diriku sudah membeku."

Dae tertawa, "snowman."

Aeri menatap Dae sambil mengernyit dan tersenyum seakan-akan tak mengerti perkataan nya.

Tanpa Aeri ketahui, Dae tiba-tiba langsung memeluknya begitu erat. "Sini sini, aku peluk, biar tidak kedinginan lagi."

Aeri menggerutu kesal dihatinya karena Dae telah membuatnya senam jantung. Bagaimana tidak, ia yang sedang kedinginan ini tiba-tiba dihangatkan dengan pelukan Dae. Beberapa orang yang melihat hal itu, langsung mendokumentasikan kedua pasangan pemain utama ini yang pastinya akan menaikan rating promosi film mereka.

"Dae! Aku terkejut."

Dae melepaskan pelukan nya, dia tertawa lagi. "Hangat kan?"

Tentu saja itu terasa hangat. Tapi seorang Aeri tidak berani mengungkapkan nya, ia hanya diam sambil tersenyum dengan detak jantung nya yang masih tidak karuan. Shooting pun berjalan, adegan demi adegan, scene demi scene, dan episode demi episode pun selesai. Badai salju juga cukup reda. Namun mereka masih harus menyelesaikan beberapa bagian adegan lagi.

Kalian tahu, ketika break time, Dae langsung memegang tangan Aeri dan memasukannya kedalam saku jaketnya. Pria itu terlihat sangat gentleman, ia ingin temannya lebih hangat karena harus bertahan selama tiga jam di badai salju ini. Para paparazi dan dokumentasi behind the scene selalu memotret dan mengambil kesempatan untuk momen mereka berdua. Aeri merasa nyaman dengan hal itu. Ia semakin terbiasa dengan perlakuan Dae, dia pun tak peduli dengan para paparazi yang memotretnya.

Shooting pun selesai, semua kembali ke dalam ruangan untuk menghangatkan diri. Mereka semua mengambil bagian untuk makan siang, begitu juga Aeri. Dia sudah menunggu hal ini sejak tadi, ia sangat lapar. Ia duduk di samping Adel yang sedang makan dan terlihat sangat kelaparan. Aeri menggeleng pelan sambil tersenyum melihat kelakuan temannya ini.

"Makan tuh pelan pelan, udah baca doa belom."

"Oh iya, ya Tuhan, belom gua, saking lapernya."

"Yaudah baca atuh."

My Journey In Korea (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang