Sebelum membaca jangan lupa vote dulu yah, sempat kan untuk berkomentar juga yu!!
•
•
•
•
•Nola berdiri di depan cermin yang menampilkan dirinya mengenakan gamis hitam panjang tanpa hijab. Nola menangis melihat dirinya yang terlihat sangat buruk. Rambutnya yang ia warnakan untuk mengubah dirinya kala itu, sekarang terlihat buruk padanya. Nola terduduk lemas di depan cermin, ia bingung semua ini. Nola ingin berubah sekarang juga, ia tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya. Allah telah memperingatinya dengan cara yang sangat luar biasa menyayat hatinya. Ia tak ingin penyesalan itu terulang kembali.
Nola ingin berubah sekarang juga, ia tak ingin melewatkan kesempatan hidup. Tapi ia bimbang dengan pekerjaannya. Apalagi ia masih memiliki kontrak dengan pihak agensi. Sejujurnya Nola sudah tidak tahan dengan kehidupan pekerjaannya sekarang. Ia ingin sudahi semuanya, ia ingin kembali hidup normal seperti dulu. Nola ingin berubah.
Bukan hanya itu, bahkan Nola membantah keinginan orang tuanya yang memintanya berubah menjadi wanita muslimah. Saat itu Nola masih ingin menjalankan karirnya. Ia merasa bahagia dengan kehidupannya saat itu. Karena keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya. Semua yang tidak bisa ia wujudkan sekarang bisa terwujud.
Namun, kebahagiaan dunia itu bersifat sementara. Dalam sekejap, Allah mengangkat kebahagiaan yang paling berarti di hidupnya. Ia tersadar, jika mengejar dunia itu tidak ada habisnya. Tapi dengan mengejar cinta Allah dan kehidupan selanjutnya, ia akan bahagia dan tidak terpuruk seperti ini. Nola mengingat perkataan abahnya sebelum beliau pergi haji.
"Abah cuman mau pesan sama kamu, jangan duakan Allah. Selalu ibadah di manapun, dan segerakan menutup aurat mu nak. Sudah cukup kamu membukanya, abah akan sangaaaattt bahagia... Kalau semua anak-anak abah bisa menjadi anak yang soleh dan solehah. Bisa ya neng."
"Masya Allah, perkataan itu seakan udah kasih peringatan untuk aku buat berubah. Abah sudah berharap banyak agar aku segera berubah. Abah, Jihan bingung untuk memulainya. Banyak tanggungan yang Jihan jalani sekarang. Jihan harus bagaimana, Jihan bingung. Jihan ingin berubah, bah," batin Nola. Gadis itu kembali meneteskan air matanya. Sepertinya bulan ini ia sudah mengeluarkan begitu banyak tangisan. Sampai dadanya begitu sesak untuk menangis.
Ia memandang langit senja di luar jendela. Seketika ia teringat seseorang yang jauh di negara lain. Nola tertegun, sudah setengah bulan lamanya ia disini, Nola sampai lupa dengan Daehyun. Ia bahkan lupa dengan rencana pertemuannya. Entah bagaimana kabarnya sekarang, Nola sangat merindukan pria itu.
Nola kembali merenung. Keputusan apa yang harus Nola ambil sekarang. Ia sungguh ingin berubah, tapi bagaimana dengan perjanjian pekerjaannya. Nola harus memikirkan keputusan yang begitu panjang sebelum ia mengambil keputusan tersebut. Seketika Nola teringat dengan buku yang ia pinjam ketika berada di Jepang. Buku milik ibu Kiran yang sedikitpun belum ia baca lagi setelah meminjam pada Daehyun.
Nola mengambil buku itu dari tasnya, ia menatap buku itu dan mengusapnya. Nola duduk di window seat yang begitu nyaman. Ia membuka lembaran pertama yang ditulis begitu rapi. Ia kagum dengan tulisan tangan ibu Kiran. Nola mulai membaca buku tersebut.
Daehyun, anakku. Ini adalah buku yang ibu tulis sendiri agar kamu selalu mengingatku sampai kapanpun.
Daehyun, ibu harap kamu mendengar nasehat ibu walau ibu sudah tiada. Ibu menulis buku ini ketika dirawat di rumah sakit Saiseikai Tokyo. Sehari semalam ibu menulisnya hanya untukmu.
Nola membuka lembaran demi lembaran berikutnya, ia begitu serius membacanya sampai ia menyandarkan kepala di dinding jendela. Hampir dua jam lamanya ia duduk di sana hanya untuk membaca buku ini. Naik turun emosional karena membaca buku ini. Ia sempat menangis karena perkataan ibu Kiran yang sangat menyentuh hatinya. Ada pula perkatan penting yang sangat berarti bagi Nola.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Journey In Korea (COMPLETED)✔️
EspiritualCOMPLETED! Tidak ada kisah yang berakhir okay Spiritual~Romance~Petualangan~Drama Gadis itu melepaskan harga dirinya sebagai seorang muslimah karena suatu pekerjaan. Dia rela membuka hijabnya demi menghidupkan keluarganya. Ia tak punya pilihan lain...