part 24

594 83 0
                                    

Lisa melirik ke arah Jungkook yang sedang menyetir. Malam ini ia akan melakukan dinner dengan Jungkook dan seluruh anggota keluarga dari pemuda itu. Dan hal ini adalah permintaan pertama yang Jungkook inginkan dari Lisa.

Lisa benar-benar gugup saat ini. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Yoona ─Bunda Jungkook dan juga Taecyeon ─Ayah Jungkook. Lisa tahu mereka adalah dua orang yang baik tapi entah kenapa kemungkinan skenario terburuk sudah berada didalam pikirannya.

"Jungkook," panggil Lisa seraya menatap Jungkook yang sedang fokus menyetir.

Jungkook hanya membalas panggilan Lisa dengan dehaman seraya melirik Lisa sekilas, lalu mulai melihat ke arah jalanan depan lagi.

"Aku tegang banget. Gimana kalo tiba-tiba Tante Yoona jadi nggak suka aku?" tanya Lisa.

"Bunda, Lisa," koreksi Jungkook.

"Tante Yoona, Jungkook."

Jungkook melihat sekilas ke arah Lisa. "Kamu dulu manggilnya Bunda. Kenapa sekarang tiba-tiba jadi Tante Yoona?"

Lisa menghembuskan napasnya panjang. "Iya itu kan dulu. Lagian sekarang kita juga udah bukan siapa-siapa lagi."

Jungkook terdiam sesaat. Hantinya mencelos. Entah ucapan Lisa yang melukai hatinya atau kenyataan yang menyadarkannya.

"Gimana dong? Kalo tiba-tiba Tante Yoona jadi nggak suka aku gimana? Kalo Om Taecyeon juga jadi benci lihat aku gimana?" tanya Lisa lagi.

Jungkook mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa kamu bisa mikir gitu, Lis? Lagian mereka kenapa bisa tiba-tiba jadi benci kamu?"

Lisa juga tidak tahu dari mana pemikiran itu berasal. Ia hanya takut jika semuanya berubah setelah ia mencampakan Jungkook. Karena jujur saja hal itu masih membuatnya merasa bersalah kepada Jungkook.

Bahkan Lisa masih merasa tidak pantas bisa kembali dekat dengan pemuda itu. Luka yang ia tinggalkan untuk Jungkook begitu dalam hingga ia juga merasakan rasa sakitnya. Ia merasa tidak berhak berada disisi Jungkook saat luka yang ia buat masih terus membayanginya.

"Lisa, kenapa?" tanya Jungkook saat melihat Lisa yang terus saja terdiam seraya menundukan kepalanya.

Lisa menengadah untuk melihat ke arah Jungkook. "Nggak papa."

Jungkook hanya mengangguk seraya mata yang terus memperhatikan jalanan di depannya.

"Lisa, sejak kapan suka fotografi?" tanya Jungkook lagi.

Lisa terdiam sesaat untuk menjawab pertanyaan dari Jungkook. Matanya menerawang atap mobil yang polos, mencoba untuk mengingat kejadian awal ia bisa menyukai dunia fotografi.

"Belum lama sih... mungkin setengah tahun yang lalu," jawab Lisa dengan suara yang terus merendah di akhir ucapannya, ia masih merasa ragu.

"Kamu banyak berubah, Lis," Jungkook memandang sekilas ke arah Lisa. "Soalnya Lisa yang satu tahun lalu aku kenal itu, benci banget sama kamera."

Lisa menatap Jungkook tidak terima seraya kedua alis yang menyatu. "Kata siapa? Aku nggak benci kamera."

"Tapi waktu dulu setiap aku bawa kamera kamu pasti udah cemberut duluan, Lisa."

"Perasaan kamu doang kali itu. Aku sih ngerasanya biasa aja," ucap Lisa seraya memandang ke arah luar jendela.

Sungguh Lisa tidak ingin memandang mata Jungkook saat ini. Karena sepenuhnya ia telah berbohong. Semua ucapan yang keluar dari mulutnya adalah kebohongan.

Satu tahun yang lalu, Lisa memang tidak pernah suka dengan kamera karena rasanya kamera telah berhasil menarik perhatian Jungkook dari dirinya. Tapi setelah mereka berpisah, kerinduannya pada pemuda itu mendorong Lisa untuk menyukai kamera. Karena kamera dapat mengingatkannya kepada Jungkook, mengobati rasa rindu yang ada dalam diri.

ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang